Aksi Damai Meski Ganjar Lolos

Himmah Online, Kampus Terpadu – Senin, 2 Mei 2016, Aliansi Mahasiswa Peduli Agraria mengadakan aksi di depan Auditorium Kahar Muzzakir Universitas Islam Indonesia (UII) dengan tuntutan utama adalah penolakan kedatangan Ganjar Pranowo ke UII, di mana Ganjar Pranowo diundang sebagai pengisi acara Suara Rakyat yang diadakan TV One.

Tegar Ramadiansyah, salah satu mahasiswa Fakultas Sipil dan Lingkungan (FTSP) yang juga mengikuti aksi menyatakan bahwa aksi tersebut dijalankan dengan satu syarat yang harus dijaga, berjalan damai. “Kita menyuarakan suara rakyat, kalau kita rusuh lalu apa bedanya kita dengan pemerintah yang menghancurkan sana sini,” jelas Tegar. Inti dari yang dituntut adalah keadilan rakyat dan cepat diselesaikannya kasus-kasus agraria di Jawa Tengah. “Sedangkan Ganjar sebagai Gubenur Jawa Tengah diundang ke acara Suara Rakyat TV One untuk menyuarakan rakyat, tetapi malah rakyat yang berteriak di belakangnya,” lanjutnya.

Namun Ganjar tetap bisa masuk ke dalam gedung Kahar Muzakir melalui pintu belakang, mengambil kesempatan di antara massa yang justru melakukan aksinya di depan gedung. “Kami sangat menyesal Ganjar bisa masuk ke UII dan menghadiri acara tersebut. Tapi itu bukan masalah, asalkan nantinya kita bisa mengadakan audiensi dengan Ganjar dan ada kejelasan darinya,” ucap Tegar dengan lantang. Tegar menegaskan bahwa massa aksi akan tetap menuntut dan mamaksimalkan aksi ini jika Ganjar tidak mau menemui mereka. Namun jika memang nantinya tidak bisa bertemu, untuk kelanjutannya akan seperti apa dirinya belum mengetahui.

Sudargo, selaku Kepala Polisi Sektor (Kapolsek) Yogyakarta membenarkan bahwa aksi berjalan dengan lancar, tidak ada masalah dan masih dalam lingkup internal UII. Meskipun awalnya pihak kepolisian sendiri tidak mengetahui bahwa aksi akan diadakan bertepatan dengan jalannya acara talkshow yang diselenggarakan oleh TV One. Polisi hanya diberitahu untuk mengamankan jalannya acara. “Dari pihak kepolisian untuk aksi seperti ini yang paling penting tidak anarkis dan massa dipersilahkan untuk menyampaikan aspirasinya,” jelas Sudargo. Pihak kepolisian akan melakukan langkah-langkah jika terdapat massa yang bersikap anarkis.

Sedangkan Abdul Jamil selaku Wakil Rektor III UII menanggapi bahwa ini tergantung dari mahasiswanya. Dari institusi sendiri tidak menginginkan akademik terjun dalam politik praktis karena dalam politik praktis terdapat perang antar pengusaha. “Yang terpenting adalah tidak merusak fasilitas yang ada. Kami tidak terima jika terdapat masa yang merusak, karena saya secara individu juga berkorban untuk UII tidak hanya anda,” jelasnya.

Di samping itu, Abdul Jamil juga menyatakan bahwa dirinya secara pribadi mendukung aksi ini meskipun tuntutannya masih dalam skala kecil dibandingkan dengan tuntutan yang terjadi tahun 80-an. Karena sebelumnya, UII memang pernah mengadukan gugatan ke pengadilan terkait Gedung Omboh di Jawa tengah hingga tahap advokasi di pengadilan. “Sedangkan anda? Mana buktinya sampai ke pengadilan? Tunjukan kalau memang anda mahasiswa UII dan menginginkan seperti itu dan jangan hanya ngomong saja!” tegas Jamil.

Tidak hanya melibatkan orasi dari para massa, terdapat pula penampilan dari Teater Selaras Psikologi UII yang berperan sebagai petani dan Teater Tuju Garit dari Arsitektur UII yang berperan sebagai pihak penguasaha. Aksi ini diakhiri dengan kesediaan Ganjar untuk menemuai massa dan penyampaian pendapatnya mengenai aksi yang berlangsung dan beberapa kasus agraria yang menjadi tuntutan aksi.

Skip to content