Nonton Bareng G 30 S PKI, Rektor Nyatakan Sikap Terkait Komunisme

HIMMAH Online, Kampus Terpadu – Satuan Resimen Mahasiswa Universitas Islam indonesia (Menwa UII) menggelar acara nonton bareng film pengkhianatan G 30 S PKI di Gedung Kuliah Umum (GKU) Sardjito. Acara tersebut dihadiri oleh Nandang Sutrisno selaku Rektor UII. Terlihat juga beberapa mantan rektor diantaranya Edy Suandi Hamid dan Harsoyo. Selain itu, turut hadir pula Ketua Ikatan Alumni UII, Mahfud MD dan ketua pelaksana bagian museum Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI-AD), Heri Purwanto.

Acara dimulai sekitar pukul 20.20 WIB. Sambutan pertama oleh Maulana Ichsan selaku wakil Komandan Menwa. Ia menyebut bahwa acara nonton bareng ini diadakan sebagai usaha untuk mencegah berkembangnya paham komunisme di Indonesia. Ia juga menambahkan bahwa acara ini bertujuan untuk mengingatkan kembali kepada mahasiswa tentang sejarah Pengkhianatan G 30 S PKI.

“Bentuk pengkhianatan yang terkandung dalam film G 30 S PKI ini harus kita pahami dengan benar, agar paham-paham seperti ini tidak ada lagi di Indonesia,” tutur Maulana.

Dalam sambutannya, Heri berharap dengan adanya nonton bareng ini mahasiswa yang datang mendapatkan gambaran tentang bahaya dan tidak sesuainya paham Komunis terhadap bangsa Indonesia.

“Kita sebagai bangsa Indonesia tidak mungkin menerima paham komunis yang tidak mempercayai adanya tuhan berkembang di Indonesia. Sedangkan, sila pertama dalam Pancasila adalah Ketuhanan Yang Maha Esa,” ungkap Heri.

Selain memberikan sambutan, pada acara ini Nandang juga menyampaikan pernyataan sikap UII terhadap komunisme. Ada dua poin inti yang disampaikan Nandang terkait pernyataan sikap tersebut. Pertama, UII menolak Komunisme dan segala macam ajaran yang bukan ajaran islam. Kedua, UII akan tetap berpegang teguh pada Pancasila.

Saat dimintai keterangan tentang  pernyataan sikapnya tersebut, Nandang menjelaskan bahwa ia memberikan pernyataan sikap saat sambutannya tersebut dikarenakan permintaan dari pihak Menwa.

“Kita di dunia akademik harus menekankan pemikiran akademis dan coba sejenak kita lupakan pemikira-pemikiran kita yang politis. Jadi semua kita cerna sebagai akademisi,” tutur Nandang saat memberikan sambutan dalam acara tersebut.

Nandang menjelaskan bahwa saat ini sedang ada dua isu besar di Indonesia. Pertama masalah kebhinekaan dan yang kedua masalah anti komunisme. Kedua isu ini tidak luput dari pro kontra politik. Ia juga menambahkan bahwa yang dimaksud berpikir akademis adalah kita harus bisa berpikir obyektif, jernih dan mampu melihat suatu fakta secara baik walaupun kesimpulan akhirnya dikembalikan kepada masing-masing individu.

Jika melihat poster undangan nonton bareng yang dibagikan sebelum acara, pihak Menwa merencakan akan adanya diskusi pengantar sebelum pemutaran film dimulai. Akan tetapi pada acara tersebut diskusi tidak diselenggarakan. Saat dimintai keterangan, Agel Bayu Peratama selaku perwakilan dari panitia menjelaskan bahwa batalnya diskusi disebabkan waktu yang sudah larut malam dan jumlah peserta lebih banyak dari yang diperkirakan oleh pihak panitia.

Pada akhir pemutaram film, panitia penyelanggara memberitahukan bahwa film yang diputar pada acara tersebut adalah film yang sudah direvisi setelah era orde baru dan langsung didapatkan dari Markas Besar (Mabes) TNI.

“Ini adalah film yang sudah direvisi, awalnya berdurasi sekitar 3 jam menjadi hanya sekitar 1 jam. Bagi teman-teman yang ingin mengetahui lebih banyak bisa menonton film aslinya di channel Youtube,” ungkap panitia pelaksana saat menutup acara nonton bareng film pengkhianatan G 30 S PKI.

Skip to content