Pesta Unisi dalam Bingkai Sejarah

HIMMAH Online, Kampus Terpadu – Pekan Orientasi dan Ta’aruf  Universitas Islam Indonesia (Pesta Unisi) yang berlangsung selama 3 hari pada 16, 18, dan 19 Agustus 2017 merupakan ajang perkenalan kehidupan kampus dan kemahasiswaan kepada mahasiswa baru. Pesta Unisi menggantikan nama Pesona Ta’aruf Universitas Islam Indonesia (Pesta UII) yang telah digunakan sejak tahun 2004.

Ta’aruf itu lebih kepada makhluk hidup ke makhluk hidup, dari mahasiswa ke mahasiswa, mahasiswa ke wali jamaah, mahasiswa ke panitia. Sedangkan orientasi merupakan pengenalan dari mahasiswa ke kampusnya sendiri,” ungkap Akbar Yudarsan selaku Koordinator Komisi A Steering Committee (SC) Pesta Unisi.

Akbar juga mengatakan penggunaan kata “Unisi” bertujuan untuk mengenalkan nama panggilan kampus. Ia mencontohkan lembaga dan aset yang sudah menggunakan kata tersebut, seperti Mapala Unisi, Softball Unisi, dan Hotel Unisi. “Semuanya itu merupakan branding. Harusnya Humas UII bisa branding nama panggilan, lah. Bukan nama institusi (UII –red), tapi nama panggilan,” tambah Akbar. “Jadi kita coba memberi pengenalan kalau Unisi itu bukan akronim dari Universitas Islam Indragiri.”

Sebelum Pesta dan Pesta Unisi, nama ajang pengenalan kampus kepada mahasiswa baru mengalami perubahan dari masa ke masa. Tercatat sekitar tahun 1970-an, acara tersebut bernama Mapram, kemudian berganti Mapras, kemudian Pekan Orientasi Mahasiswa (Posma). Pada buku Sejarah & Dinamika Universitas Islam Indonesia, tercatat Posma pernah terlaksana pada tahun 1975.

Masa Kuliah Umum (MKU)

Menurut Majalah Himmah No. 6 Tahun 1403 H, ajang pengenalan kampus berganti nama menjadi MKU di tahun 1983. MKU masih bersifat menggojlok mahasiswa baru. Materi yang dimuatkan adalah ke-UII-an, student government, dan materi baru yang muncul yaitu Pedoman, Penghayatan, dan Pengamalan Pancasila (P4) serta Pendidikan Pendahuluan Bela Negara (PPBN). Dua materi yang disebut terakhir adalah materi yang wajib dilaksanakan tiap perguruan tinggi swasta, paket baru dari Koordinator Perguruan Tinggi Swasta (Kopertis).

Kegiatan orientasi ini berlangsung selama 6 hari di tahun 1983, sedangkan pada tahun 1984 berlangsung selama 4 hari. Setiap hari peserta diharuskan membawa beras dan batu bata sebanyak dua biji. Beras itu dibagikan kepada fakir miskin dan panti asuhan yang ada di Yogyakarta, sementara pengumpulan batu bata dimaksudkan untuk pembangunan masjid.

Orientasi Program Studi Pengenalan Kampus (OPSPEK)

Tahun 1985, MKU berganti nama menjadi OPSPEK yang berlangsung selama 5 hari termasuk penyelenggaraan orientasi di tiap-tiap fakultas. Syafaruddin AB sebagai ketua panitia menerangkan bahwa penggunaan nama itu adalah arahan langsung dari pihak Universitas setelah menerima surat dari Kopertis yang mengharuskan kegiatan-kegiatan penerimaan mahasiswa diberi nama OPSPEK. Hal ini dilaporkan dalam Majalah Himmah No. 12 Tahun 1405 H.

Pekan Ta’aruf (Pekta)

Pekta dimulai pada tahun 1995. “Itu nama yang bagus sekali,” tutur Luthfi Hasan, Rektor UII saat itu. “Jadi dalam Islam kita diajarkan untuk lita’aarafu, saling mengenal.”

Konsep Pekta mulai dipermanis meskipun masih diwarnai dengan praktik kekerasan. “Mahasiswa baru yang diberi hukuman mental sebenarnya bertujuan supaya mereka berani tampil di depan banyak orang dan mengeluarkan potensi diri mereka,” tutur Ketua SC Pekta 1995 seperti dilansir oleh Buletin Pekik Kampus No. 01/1/95.

Pesona Ta’aruf (Pesta)

Pesta dimulai sejak tahun 2004. Saat itu nama jamaahnya menggunakan nama tokoh-tokoh legendaris seperti Karl Marx, John Lock, Ratu Elizabeth, Jengis Khan, dan sebagainya. “Kalau kita cermati, ‘pekan’ itu kan waktu seminggu. Kalau dulu kan ada rangkaiannya; setelah ospek ada ONDI, LKID (Orientasi Nilai-Nilai Dasar Islam, Latihan Kepemimpinan Islam Dasar –red) dan lainnya. Itu namanya Pekta. Sedangkan sekarang kita dikotak-kotakkan. Pesta ini hanya memperkenalkan kemahasiswaan pada maba-miba,” ucap Sunarimo Darmadji, Ketua SC Pesta 2004 seperti dimuat pada KOBARKobari Edisi 104 Tahun 2004.

Sejak tahun 2008, pada Pesta terdapat simulasi aksi di Malioboro, gedung DPRD, depan Masjid Ulil Albab, gedung D3 Ekonomi, gedung FMIPA, dan rektorat serta bakti sosial di desa Kimpulan, Lodadi, dan Nglanjaran.

Pesona Indahnya Ta’aruf (Pintar)

Pesta berubah menjadi Pintar pada tahun 2009. Pada Pintar tidak ada Satuan Penertib Lapangan (SPL). Kegiatan ini berlangsung selama 2 hari, yakni tanggal 9–10 Agustus. Eko Bayu Firdaus selaku Ketua SC mengatakan Pesta mengesankan sebuah kegiatan yang hedonis, maka dengan Pintar harapannya kegiatan akan mengarah pada kegiatan intelektual. “Di sini kita juga menyambut dengan ramah, jadi kita mengesankan hal-hal yang indah-indah saja,” tambah Bayu seperti tertulis dalam KOBARKobari Edisi 137.

Pintar hanya bertahan sekali. Tahun berikutnya ajang perkenalan mahasiswa baru UII kembali disebut Pesta karena lebih familier di kalangan mahasiswa dan rektorat. Konsepnya masih tidak ada SPL. Nama Pesta dipakai sejak 2004 hingga 2008, digunakan kembali pada tahun 2010–2016, baru pada tahun 2017 nama tersebut diubah menjadi Pesta Unisi.

Mulai tahun ini pula panitia Pesta Unisi merilis website resmi, yakni pesta.uii.ac.id lengkap dengan akun media sosial guna menginformasikan hal-hal terkait kegiatan Pesta Unisi. Pra-Pesta Unisi diisi dengan koreografi dan social project. Hari kedua diisi dengan kegiatan indoor berupa materi stadium generale, dunia kemahasiswaan, dan student government. Hari terakhir dialokasikan untuk kegiatan outdoor, seperti aksi mahasiswa, penampilan Lembaga Khusus dan Unit Kegiatan Mahasiswa serta pesta hiburan.

Nama boleh berubah, konsep juga boleh berubah karena mahasiswa baru yang dihadapi juga berbeda. Mahasiswa baru sekarang merupakan generasi Z dan di Indonesia mereka lahir pascareformasi. Tentu mempersiapkan mereka agar menjadi mahasiswa yang maju bersama rakyat juga perlu perlakuan yang tepat.

Podcast

Skip to content