Di bawah langit Nirmala,
Menetes darah yang tak usai,
Menjadi tinta pahlawan,
Tuk menuliskan banyak riwayat perjalanan.
Di tanah merah, di bawah naungan bendera,
Luka-luka mereka jadi saksi sejarah.
Setiap tetes darah, puisi dalam keheningan,
Menggoreskan kisah di permukaan waktu,
Kisah yang terukir dalam sunyi,
Sejarah abadi dalam malam yang pekat.
Dan setiap hembusan angin,
Tergema nama-nama tercinta,
Mengingatkan kita pada keberanian,
Yang terpatri dalam jiwa dan ingatan.
***
Kenangan yang Tertinggal
Kisah kita sudah lama berlalu, tapi kenangan masih tersisa.
Hei, pernahkah kamu terpikir untuk mengulang semuanya?
Mengulang rasa manis yang ternyata pedas juga.
Dulu, hanya dengan melihat senyummu,
mendengar tawamu, aku sudah bahagia.
Sesederhana itu.
Tapi lucu, aku masih terjebak di masa lalu,
sementara kamu sudah lari kencang, meninggalkanku di sini.
Ya, mungkin aku memang terlalu serius,
padahal cuma aku yang masih terjebak di sini.
Sementara kamu?
Ah, kamu sudah tak pernah menengok ke belakang lagi, kan?
ya.. sudahlah, lupain aja
***
Cahaya di Lembah Taif
Di lembah Taif, aku datang membawa cahaya,
Menggenggam kasih yang tak terbatas, menawarkan surga yang tak bertepi.
Namun, apa yang kuterima? Hujan batu dan luka nan perih tak berujung,
Darahku menetes, membasahi tanah yang dulu kucinta.
Setiap langkahku berat, setiap nafas terasa pedih,
Aku datang untuk menyelamatkan, tapi mereka menolak dengan amarah dan kebencian.
Pepohonan menangis, debu-debu bumi meratap lirih,
Melihat keningku berdarah, hatiku terluka, namun tetap ku ucapkan maaf dari hati yang perih.
Aku tak marah, hanya sedih,
Melihat jiwa-jiwa yang masih terjebak dalam kegelapan.
Apakah cintaku tak cukup besar?
Apakah pengorbananku tak layak untuk sebuah harapan?
Di balik derita, kuucapkan doa,
Agar suatu hari mereka melihat cahaya.
walau hati ini hancur, kasihku tak pernah pudar,
Di setiap tetes darah yang jatuh, tersimpan doa-doa yang tak pernah lelah