Cerpen
Cerpen
Ampas Kopi Pengintip Takdir
Malam itu, aku dan dua temanku, seperti biasanya, duduk takzim di hadapan tiga cangkir kopi hitam, sepiring pisang goreng, dan tiga buah ponsel pintar. Tak ada percakapan penting selain umpatan kekalahan. Kondisi semacam ini akan berakhir kala gelas-gelas kaca...
Cerpen
Mencari Putri Duyung
Akhir-akhir ini, Emak terlihat lebih muram daripada biasanya. Pada hari-hari lain, Emak akan menjemur pakaian sambil menyenandungkan lagu lama yang sering diputar di radio. Waktu membersihkan rumah, senyum kecil akan terukir di wajahnya yang sudah berkeriput kala menemukan uang receh...
Cerpen
Saat Harus Menerima
Arsi terbangun dari tidur karena bertemu ibunya di dalam mimpi. Hal itu membuatnya teringat akan rumah, apalagi ia tak pulang selama tiga tahun. Ketidakpulangan Arsi disebabkan oleh wabah yang mengerikan. Arsi tak mampu melakukan apa-apa, kecuali menunggu keajaiban. Banyak masyarakat...
Cerpen
Pertunjukan Wayang Kulit
Darnuji girang bukan kepalang. Pasalnya, pria 43 tahun itu berhasil terpilih sebagai anggota DPRD tahun ini. Setelah empat kali nyalon dan selalu gagal, akhirnya pada pencalonan kelima dia berhasil terpilih menjadi salah satu anggota dewan di kota kelahirannya. Dia...
Cerpen
Aku dan Kecemasanku
“Namamu Putri, kan?” “Benar, Tante. Mohon maaf, anda siapa?” “Saya teman lama mamamu. Saya ingat mamamu pernah memperkenalkanmu di sebuah acara. Saya ingin mengunjungi mamamu, tapi saya sedikit lupa dengan lokasi pastinya.” “Oh begitu. Tepat di ujung jalan ini, Tante. Rumah bercat...
Cerpen
Sejarah Harapan
Tidak bisa kubayangkan, bagaimana jika nanti Liza benar-benar berangkat. Semalam kami berdebat hebat, mempermasalahkan keinginannya, ia belum kuberi lampu hijau. Setelah perselisihan itu Liza tidur bersama Azka, anakku satu-satunya. Aku sendirian di kamar dan baru bisa terpejam pukul tiga...
Cerpen
Janji Tarno
Tarno lunglai begitu telinganya menangkap sirine ambulans. Belum lima menit duduk, ia harus kembali menjalankan kewajibannya. Dengan lelah yang menguasai sekujur tubuh, ia perlahan beranjak dari duduk. Pegal mendera siku kakinya. Barangkali kakinya seperti kayu penopang rumah panggung yang...
Cerpen
Dia Tak Pernah Berhenti Berlari
Setiap kali di tengah percakapan kami, ia selalu mengatakan bahwa ia harus berlari lagi. Pada saat itu berarti pembicaraan kami harus terhenti. Hal yang menjengkelkan adalah terkadang pembicaraan kami sedang seru-serunya, atau saat aku sedang sangat ingin melanjutkan cerita....
Cerpen
Lombok itu Artinya Lurus
Sesekali bolehlah mengunjungi kampus itu untuk bernostalgia sejenak. Melepas penat sementara sehabis menghadapi hari-hari kerja nan terlampau berat. Ya, hari cerah tersebut menjadi momentum bagi Wahyu untuk mengenang rancaknya masa-masa kuliah dulu. Walau memang secara keadaan kini semua sudah...
Cerpen
Pohon Ponsel
Pada mulanya, Ali Shabran hanya berandai-andai mengenai pohon mangganya yang sedang berbuah, setelah merenungi nasib anak sekolah di kampungnya yang kebanyakan berasal dari keluarga dengan ekonomi kelas bawah. Ia membayangkan mangga-mangga yang belum matang bergelantungan di pohonnya itu keesokan...