Berbagai pesan dan kesan mewarnai kontes robot tahun ini.
Oleh: Moch. Ari Nasichuddin
Kampus Terpadu, Himmah Online
Ditemui di sela-sela perlombaan, Gumbolo Hadi Susanto selaku Ketua Umum Kontes Robot Nasional Regional III menilai ajang ini sebagai sesuatu yang luar biasa. Mengenai latar belakang ditunjuknya UII sebagai tuan rumah, Gumbolo menceritakan jika tahun sebelumnya kontes robot ini pernah diadakan di Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) dan Universitas Negeri Gajah Mada (UGM). Kemudian untuk tahun ini Dikti berinisiatif mencari tuan rumah dari universitas swasta. Pada akhirnya terpilihlah UII sebagai tuan rumah penyelenggara karena dinilai sebagai universtas swasta yang paling layak. “Karena yang mempunyai jurusan bidang robotika itu FTI maka kita (FTI-red) diminta untuk kesediannya. Dan pihak universitas akan menyetujui apabila FTI disetujui,” tutur Gumbolo yang juga dekan Fakultas Teknologi Industri (FTI) UII ini.
Gumbolo mengaku butuh waktu sekitar 4-5 bulan untuk mempersiapkan UII sebagai tuan rumah. Mengenai kendala, ia menilai itu sebagai hal yang lumrah. “Kalau tidak ada kesalahan itu aneh. Karena kita juga berusaha menjadi tuan rumah yang baik,” ucapnya.
Ia berharap untuk ke depannya UII bisa lebih baik dalam bidang robot. “Kita juga kita mengikuti 5 kategori dalam kontes ini. Sehingga kita menargetkan ada yang menjadi juara. Insya Allah optimis, kita sudah mempersiapkan lama kok,” tegasnya.
Berbagai pesan dan kesan dilontarkan dari para peserta lomba dan pendukung dari masing-masing tim. Salah satunya Endang Estianti, peserta dari divisi Kontes Robot Sepak Bola Indonesia (KRSBI) Universitas Negeri Semarang (UNNES). Ia menilai kontes robot tahun ini lebih banyak penontonnya daripada tahun kemarin. “Untuk pesertanya itu lebih maju yang sekarang. Kemarin kan untuk KRSBI baru tahun pertama yaa,kalau sekarang udah tahun kedua, udah ada inovasi-inovasi baru,” kesannya. Selain itu ia juga mengatakan fasilitas dan konsumsi yang diberikan panitia sudah baik.
Tanggapan juga datang dari pendukung setiap tim yang bertanding. Contohnya Nanang mahasiswa Teknik Mesin dari Universitas Diponegoro (UNDIP). Ia mengatakan ajang ini bagus untuk perkembangan robotika Indonesia. “Bisa mengembangkan seni Indonesia, temanya hanoman kan,” tuturnya. Tetapi ia mengaku kecewa tidak bisa menonton timnya di dalam GOR karena kehabisan tiket, sehingga mesti melihat lewat layar LCD.
Nasib lebih beruntung didapatkan Sophie Pamungkas pendukung dari UNY, ia dapat menonton langsung tim kesayangannya di dalam GOR. Dirinya juga menilai untuk kontes tahun ini lebih bagus daripada tahun kemarin. Untuk pendukung UNY, ia mengatakan sudah mempersiapkannya selama 1 bulan, dan membuka rekruitmen selama 2 bulan. “Kita cuma sayang saja tempatnya terlalu kecil. Jadi kita tidak bisa maksimal dalam mendukungnya,” tukas mahasiswa Teknik Elektro UNY ini.
Reportase bersama: Fajar Noverdian dan Anisa Kusuma W.