Oleh: Adilia Tri Hidayati
Seusai malam panjang gemerlap
Bias fajar tercermin embun
Rintik tampias mengetuk atap
Sinar surya menyemburat marun
Kanopi dialiri sejuk banyu, perlahan jatuh dalam rombongan
Temani kusen samping, terbentang lebar tunggu sesiangan
Retas rindu terbang tinggi, tinggi, tinggi, sebelum melambung jadi angan
Jauh,
Lalu jatuh,
menembus rabas
Lihat gemintang meluruhi jendela
Rerimbunan ilalang bergoyang jumawa
Dengar bising kicau burung gereja
Bersama aroma tanah ciptakan nostalgia
Tersenyumlah;
sebab denting sendok di piring keramik,
cantik berdendang awali redup lampu jalan
Bahagialah;
akhiri semua ritual anti polemik,
karena tidak akan ada pelangi, bila tak ada hujan.