Oleh : Novita Dwi K.
Kampus Terpadu, HIMMAH ONLINE
Hari Pertama Pesona Ta’aruf (PESTA), Selasa 03 September 2014, mewajibkan bagi mahasiswa/i (maba/miba)untuk membawa balon gas. Warna kuning bagi miba, dan warna biru bagi maba. Pemberitahuan terkait atribut ini sudah disampaikan saat pra PESTA, yaitu pada tanggal 02 September lalu.
Namun, hingga menjelang dimulainya acara, masih banyak maba-miba yang terlihat tidak membawa balon. Hal ini sangat menguntungkan penjual balon yang ada di sekitar boulevard. Belum lagi banyak balon gas maba-miba yang tiba-tiba terbang atau bahkan meletus. Padahal kelengkapan peralatan mereka belum diperiksa oleh pemandu barisan, sehingga membuat mereka keluar barisan demi membeli balon gas. Meski panitia telah mencegahnya, maba-miba tetap memaksa keluar.
Kejadian ini membuat beberapa penjual balon semakin giat untuk menarik pembeli. Penjual balon tidak hanya dari masyarakat sekitar, ada pula beberapa mahasiswa yang terlibat. Terlihat ada stand jurusan Teknik Informatika, ada pula mahasiswa jurusan Farmasi yang menjualnya dengan cara mengejar pembeli.
Zilfa Shofi Ibran, mahasiswa jurusan Farmasi angkatan 2012 mengatakan bahwa mulai pukul 03.00 WIB dia dan teman-temannya sudah membuka stand di depan rumah makan Cowek Ireng. Ketika boulevard mulai ramai mereka mulai berjualan balon di depan boulevard. Zilfa menambahkan bahwa mereka kesulitan mencari tukang balon dikarenakan tidak hanya UII saja yang mewajibkan maba-mibanya untuk membawa balon gas pada saat OSPEK, tetapi ada juga dari universitas lain. “Dari semalam kita mencari tukang balon di Jalan Kaliurang tidak mau terima pesanan. Jadi kita sampai mencari ke 3 tempat tukang balon yang berbeda, tadi kita membawa sekitar 200 balon gas lalu kita jual Rp 10.000,00 per balon,” ujar Zilfa.
Tidak hanya menjual balon gas, ada sebagian yang menjual atribut PESTA lainnya, seperti koran. Yulianto, menuturkan bahwa dia menjual balon gas seharga Rp 10.000,00 per balon sedangkan koran hanya dibayar sukarela. “Kalau koran tidak saya jual langsung. Kalau ada yang minta, ya, saya kasih. Tapi bayarnya sukarela saja, tidak saya patok. Rata-rata membayar Rp 1.000,00 sampai Rp 2000,00,” jelasnya.