HIMMAH ONLINE, Bantul – Kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) memberikan dampak pada semua sektor seperti sektor perikanan. Ditemui Rabu (26/11) Tugiran, nelayan Pantai Depok Yogyakarta, mengatakan bahwa biaya melaut naik. Saat musim kemarau dalam waktu 3 bulan nelayan hanya bisa melaut 10 kali sedang saat musim hujan nelayan melaut hampir setiap hari. Biaya melaut sebelum kenaikan BBM sebesar Rp 100.000,-, kini pasca kenaikan BBM menjadi Rp 150.000,-. Biaya tersebut sudah mencakup kebutuhan pokok seperti bekal makanan, minuman, dan rokok sebesar Rp 50.000,- dan Rp 100.000,- untuk biaya bensin perahu. Tugiran menjelaskan bahwa perahu yang digunakan bukan milik sendiri. Apabila sekali melaut mendapatkan Rp 1.150.000,- maka Rp 150.000,- untuk biaya melaut. Setelah dikurangi biaya bahan bakar, sisanya sebesar Rp 1.000.000,- dikurangi lagi Rp 500.000,- untuk biaya sewa kapal, sisanya Rp 500.000,- untuk yang melaut, biasanya satu perahu diisi dua orang.
Selain naiknya biaya melaut, kenaikan BBM juga mempengaruhi harga ikan. Tugiran menerangkan bahwa harga ikan yang awalnya Rp 20.000,- per kilogram menjadi Rp 15.000,- per kilogram. “Hal tersebut mungkin dikarenakan harga dari pengumpul ikannya turun. Nelayan gak bisa apa-apa, kan nelayan hanya di laut.” tambah Tugiran. Harga ikan sendiri tergantung jenis ikan misal ikan layor satu kilogram bisa mencapai Rp 250.000,-. Selain jenis ikan, harga dipengarui oleh musim saat melaut biasanya musim kemarau ikan yang didapat lebih sedikit dibandingkan dengan musim hujan. Menurut keterangan Tugiran, selama ini belum ada bantuan apapun dari pemerintah. “Dulu ada, waktu pak Jusuf Kalla jadi menteri, sekarang gak ada,” ujar Tugiran. Bantuan tersebut berupa alat tangkap seperti jaring. Untuk pemerintahan Jokowi kali ini belum ada perhatian apapun. “Kemaritiman yang ditargetkan memang bagus, namun jangan sekedar bicara, harusnya ditepati,” tukas Tugiran. (Rabiatul Adawiyah)