Profesi Meluncurkan Majalah dan Diskusi Tentang Data di Era 4.0

Himmah Online, Kampus Terpadu –Sabtu, 20 Oktober 2018, Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Profesi meluncurkan majalah dan menyelenggarakan diskusi dengan tema yang sama, “Memahami Data di Era 4.0”. Acara yang berlangsung di Gedung Kuliah Umum Dr. Sardjito lantai dua ini dimulai pada pukul 13.00 dengan pembicara Yudi Prayudi dari Kepala Pusat Studi Forensik Digital dan Nasrul Haqqi selaku Pemimpin Redaksi LPM Profesi.

Johan Aiman selaku ketua panitia peluncuran majalah dan diskusi mengatakan bahwa pengambilan tema “Memahami Data di Era 4.0” berdasarkan rapat isu yang diadakan oleh pengurus LPM Profesi. Tema ini diambil dengan pertimbangan keterjangkauan narasumber, referensi, serta pengkajian isu yang ada.

“Kemudian sudut menariknya terdapat pada persoalan data yang terus berkembang, berapa banyak data yang dihasilkan, batasan data, dan manfaat yang diperoleh dari penggunaan data tersebut menjadikan tema tersebut diangkat,” ucap Johan.

Diskusi ini dibuka dengan pemaparan materi yang dijelaskan oleh Yudi Prayudi. Yudi mengawali dengan penjelasan pemahaman evolusi komputer yang berawal dari tahun 60-an hingga ke tahun 2020. Komputer pada tahun 2020 diprediksiakan semakin berkembang terutama pada Internet of Things (IoT).

“Dengan IoT maka sebuah komputer cukup diwakilkan oleh seperangkat alat kecil saja seukuran kartu yang memiliki semua kemampuan komputer besar,” jelasnya.

Hal ini juga menjadi suatu paradoks perkembangan teknologi dari tahun 60-an dimana satu sisi arah komputer akan mengerucut dari mainframe ke dunia IoT yang digadang-gadang lebih efisien. Namun, disisi lain ada kebutuhan yang kemudian berkembang, yaitu kebutuhan menangkap data.

Sehingga dari satu aspek alat itu semakin mengecil tetapi dari aspek lain data semakin membesar sehingga dua aspek ini mengandung paradoks. “Dari sisi fisik mengecil, namun dari output atau data semakin membesar,” ucap Yudi.

Yudi melanjutkan bahwa alat-alat harus mengikuti untuk membantu menopang perubahan yang lebih besar pada perkembangan komputer. Contohnya ialah dalam proses interaksi sistem, dulu kita masih menggunakan sistem keyboard tetapi sekarang interaksi sistem berubah dengan kemunculan sistem swipe yang menjadikan kemudahan interaksi sistem tercapai.

“Komputer memiliki masa depan dengan penerapan yang efisien. Diharapkan perkembangan komputer menjadi smarter, faster, safer, dan greener,” ucap yudi. Dari empat hal tersebut yang paling terpenting ialah greener dimana untuk menghadapi isu global warming, perkembangan komputer diharapkan dapat menuju ke green computing.

Bagi Yudi, masyarakat mengenal dirinya sebagai homo sapiens, tetapi dengan perilaku gaya hidup manusia yang berubah di zaman sekarang, istilah tersebut seolah berubah menjadi techno sapiens, yaitu ketergantungan terhadap teknologi. Dari kondisi tersebut munculah semesta digital yang begitu besar, yaitu perpaduan segala hal yang berkaitan dengan interaksi manusia dalam dunia digital yang akhirnya berujung kepada data.

Kemudian dilanjutkan dengan cyberspace. Cyberspace merupakan kemampuan manusia untuk mendigitasi data untuk membuat, menyimpan, dan membagikan data. “Cyberspace diyakini sebagai sebuah ruang walaupun tidak tampak, tetapi tampak nyata dikarenakan di dalam cyberspace dapat berdampak kepada kehidupan langsung kita,” ujarnya.

Yudi mencontohkan satu bukti dari dampak cyberspace terhadap kehidapan langsung ialah pada the powersocial graph. Berangkat dari permasalahan Facebook yang tercuri datanya oleh Cambridge, Yudi memaparkan bahwa dengan the powersocial graph, data yang tersambung antar para pengguna Facebook melakukan aktivitas seperti mem-posting, membuat status, dan sebagainya begitu bernilai.

Hal tersebut dikarenakan aktivitas seperti persamaan membuat status, mempublikasikan foto, dan lainnya dapat dipetakan sehingga memunculkan keuntungan yang dimanfaatkan oleh digital marketing untuk mengetahui sektor potensi pasar yang ingin dijelajahi.

Menurut Yudi, kita tengah menghadapi era networking society dimana kita hidup di era serba terkoneksi. Pada dasarnya networking society memiliki manfaat untuk meningkatkan efisiensi dalam bekerja. Namun, di sisi lain saat kita serba terkoneksi, data maupun akun yang kita miliki tidak kita jaga maupun amankan dapat disalahgunakan oleh pihak yang tidak bertanggungjawab untuk melakukan tindakan kejahatan.

“Kita dengan mudah mendapatkan data jika terkoneksi internet dengan berbagai interface yang ditawarkan mempermudah kita dalam memperoleh data,” ucap Yudi.

Data juga termasuk dalam kebutuhan dan tantangan di industri 4.0.Yudi menjelaskan bahwa sistem manufaktur menjadikan suatu kesatuan yang harus ada pada era sekarang. Terdapat sembilan hal yang tersentralisasi dengan industri 4.0 dan dua hal yang paling penting ialah big data dan IoT. IoT merupakan sumber awal pengambilan data sedangkan big data ialah tempat untuk mengolah maupun penganalisan data tersebut.

Big data adalah suatu istilah yang sebenarnya didasarkan pada semesta digital yang sekarang berada di daerah domain besaran terabyte. Menurut Yudi, pada tahun 2020 diprediksi kita akan berada di daerah domain yang besarannya zettabyte (40x 1021). Kemudian big data merupakan sebuah upaya untuk menuju 4V yang terdiri dari volume (Ukuran), velocity (kecepatan), veracity (Sumber), dan variety (Variasi).

“4V big data ialah bagaimana mengolah data yang begitu besar dengan kecepatan, sumber, format, dan variasi yang berbeda-beda yang diolah menjadai satu sumber yang berharga untuk kita,” ucap Yudi.

Selanjutnya, Yudi mengemukakakan tiga kategori data, yaitu data terstruktur, semi struktur, dan tidak terstruktur. Data terstruktur ialah data-data yang sudah jelas dan format-formatnya bisa terbaca sedangkan data tidak terstruktur seperti data yang ada di media sosial karena media sosial menawarkan berbagai macam hal seperti unggah foto, membuat status, dan lain sebagainya yang tidak terstruktur. Sementara data semi struktur ialah data yang diriset untuk kepentingan aplikasi yang dapat dimanfaatkan.

“Pengolahan maupun penganalisaan data ialah sesuatu yang dulunya tidak terpikirkan sebagai jawaban bisa dimunculkan dengan big data,” jelas Yudi. Selain IoT dan big data, terdapat analytics yang merupakan proses mengubah data menjadi pengetahuan yang berharga. Segala data dapat digunakan untuk memperoleh pengetahuan serta kemudahan untuk memperoleh manfaat darinya, seperti untuk kepentingan politik yang mengharuskan pemanfaatan data analytic untuk memperoleh banyak informasi agar tidak ketinggalan.

Pada materi selanjutnya, Nasrul Haqqi menjelaskan bahwa majalah Profesi ini merupakan edisi ke-3 dari LPM Profesi tahun 2018 dengan mengangkat tema “Memahami Data di Era 4.0”. Nasrul memberikan pemaparan serta proses pembuatan majalah LPM Profesi yang perencanaan penggarapan sejak desember 2017,

Sebelum proses penggarapan dilakukan rapat tema. “Kita berusaha untuk mengajukan tema yang menurut kita cocok dan berdasarkan kesanggupan masing-masing. Tema yang dibawakan biasanya diperoleh dari teman-teman Fakultas Teknik Industri yang membahas mengenai keteknikan,” ucap Nasrul.

Terkait “Memahami Data di Era 4.0”, Nasrul menekankan bagaiamana kita lebih berhati-hati terhadap data yang kita miliki, kebanyakan orang-orang tidak peduli terhadap daya yang mereka miliki sehingga dengan gampangnya dapat dimanfaatkan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab. Diharapkan para pemilik data lebih memahami penggunaan serta keamanan data sehingga lebih cerdas dan bijak dalam menggunakan data.

Reporter: Farrel Alfaiz, Janeeta Filza A

Editor: Nurcholis Maarif

Skip to content