Keadilan yang Tak Setimpal

Judul               : Sarbjit

Genre              : Drama, Biography

Sutradara         : Omung Kumar

Pemeran          : Aishwarya Rai Bachchan, Randeep Hooda, Richa Chadha, Darshan Kumaar

Produksi          : Vashu Bhagnani, Bhushan Kumar, Sandeep Singh, Omung Kumar, Deepshikha Deshmukh, Krishan Kumar, Jackky Bhagnani, Rajesh Singh.

Tanggal rilis     : 20 Mei 2016

Bahasa             : Hindi

Durasi              : 131 menit

Dunia perfilman Bollywood kembali mempersembahkan film dengan tema yang cukup familiar di telinga para penonton, film yang disutradarai oleh Omung Kumar ini mengambil tema terorisme yang terjadi antara Pakistan dan India. ‘Sarbjit’ merupakan film biografi dari kisah nyata seorang Sarbjit di India. Film yang mengisahkan perjuangan seorang adik yang bernama Dalbir Kaur (Aishwarya Rai Bachchan) yang mencari keadilan untuk kakaknya—Sarbjit Singh (Randeep Hooda), dimana Sarbjit mendekam di penjara Pakistan selama hampir 21 tahun secara ‘mengenaskan’ karena dianggap sebagai seorang mata-mata teroris dari India.

Film yang mengambil era 90-an ini dimulai dari Sarbjit seorang petani yang ramah tamah mabuk berat di Bhikhiwind, Punjab, India dan tidak sengaja melewati perbatasan antara India – Pakistan, menjadi ‘kesialan’ untuknya karena dia pingsan dan ditemukan oleh tentara Pakistan yang sedang berjaga. Keluarganya langsung mencari Sarbjit kemana-mana namun nihil, teman yang menemaninya mabuk bersama tidak tahu kemana Sarbjit pergi.

Saat sadar Sarbjit ternyata dikurung di sebuah kotak yang terbuat dari semen seperti tempat penangkaran ikan berukuran kecil. Pemuda itu meronta-ronta ingin dilepaskan dan memberi penjelasan namun tidak digubris, bahkan para sipir itu menyerukan namanya sebagai Ranjit Singh seorang mata-mata teroris yang mengebom Lahore di Pakistan.

Karena tidak mau mengaku sebagai Ranjit Singh, Sarbjit mengalami hal yang tidak manusiawi sama sekali, dia terus menerus disiksa oleh sipir penjara itu. Dipukuli, di rendam air selama berminggu-minggu, bahkan di beri puluhan tikus tanah yang akan membusuk bersamanya. Sampai akhirnya dia ditarik dan digantung lalu dipukuli habis-habisan dan dia berteriak bahwa namanya Ranjit Singh.

Laki-laki itu di‘bersih’kan lalu didokumentasikan pernyataannya sebagai Ranjit Singh si mata-mata teroris dari India itu. Menjadi terdakwa akhirnya Sarabjit dibawa ke pengadilan, disana dia menemukan teman yang dapat membantunya mengirimkan surat kepada keluarganya di India. Dalbir terkejut mendapatkan surat dari kakaknya itu, dia langsung melakukan berbagai cara untuk membalas suratnya namun sayang surat itu kembali lagi dan dengan nama Ranjit Singh akhirnya mereka dapat berbalas surat meskipun sangat sulit.

Di Indonesia sendiri ada beberapa kasus terdakwa vonis hukuman mati yang menjadi sorotan publik dan mendapatkan berbagai banyak feedback yang di dalamnya membela sang terdakwa. Seperti Kasus Tibo di Poso, Sulawesi Tenggara. Kasus Tibo adalah sebuah kasus mengenai penyelesaian Kerusuhan Poso. Tibo sendiri merupakan salah satu terdakwa dari tiga terdakwa dalam kasus ini. Tiga orang terdakwa dalam kasus ini adalah Fabianus Tibo, Dominggus da Silva, dan Marinus Riwu. Mereka ditangkap pada Juli dan Agustus 2000. Mereka dijatuhi vonis mati pada April 2001 di Pengadilan Negeri Palu, dan ditegaskan kembali dengan Pengadilan Tinggi Sulawesi Tenggara pada 17 Mei 2001. Pengadilan memutuskan bahwa mereka bersalah atas tuduhan pembunuhan, penganiayaan, dan perusakan di tiga desa di Poso, yakni Desa Sintuwu Lemba, Kayamaya, dan Maengko Baru.

Kasus ini menerima banyak kontroversi dan aksi yang ingin kebebasan dari ketiga terpidana mati tersebut karena ketokan-ketokan palu hakim dirasa tidak adil bagi Tibo cs. Mereka tidak dapat mengajukan grasi kedua seperti yang dilansir oleh Wikipedia dimana Menurut Undang-undang Grasi Nomor 22 Tahun 2002, Tibo dkk masih mempunyai hak untuk mengajukan grasi kedua. Dan, pada pasal 3 UU itu disebutkan bahwa permohonan grasi tidak menunda pelaksanaan putusan pemidanaan bagi terpidana, kecuali dalam hal putusan pidana mati. Bahkan penolakan hukuman mati bagi Tibo cs juga diserukan oleh dunia internasional seperti berbagai macam negara di Eropa dan Tahta Suci Vatikan yang notabenenya anti hukuman mati.

Kembali pada Sarbjit yang di kurung dalam jeruji besi tak layak di Pakistan selama hampir 16 tahun akhirnya dapat bertemu dengan Dalbi dan istri serta anaknya, semua itu terjadi karena perjuangan keras Dalbi yang kesana kemari untuk mencari cara bertemu dengan kakaknya. Wanita itu menjadi sorotan publik karena keteguhannya membela sang kakak yang tak bersalah itu. Dalbi bahkan mendapatkan tamparan keras dari pemerintah India yang mengatakan bahwa kakaknya itu telah mencoreng nama India karena dia menjadi teroris dari negeri Taj Mahal itu.

Dalam waktu 45 menit itu penonton di buat haru karena pertemuan mereka, Sarbjit berbersih diri dalam sel penjara kumuh itu dengan seember air. Lelaki yang menjadi kumal dan bau itu membersihkan lantai bahkan memasak untuk keluarganya yang sudah tak ditemui selama belasan tahun itu. Sampai beberapa tahun kemudian setelah Dalbi kembali melakukan berbagai aksi untuk membebaskan Sarbjit membuahkan hasil. Sarbjit dinyatakan bebas dan tidak bersalah setelah 23 tahun terpenjara dan diperlakukan layaknya hewan namun sayang harapan itu sia-sia semata. Dalbi dan istri serta anak-anak Sarabjit sangat terpukul saat mereka sudah di perbatasan bukannya keluarga mereka yang datang namun orang lain yang dibebaskan. Sampai akhirnya Sarbjit dinyatakan tewas karena pengeroyokan yang dilakukan oleh terpidana lain di lapas tersebut secara sengaja. Keadilan memang harus diperjuangkan meskipun hasilnya terkadang menyakitkan.

Skip to content