Kritis ala Filsuf

“Satu jam bersama Galileo dan Newton akan lebih berharga dibandingkan setahun bersama Plato dan Aristoteles,”kata Rusell. Itu karena Aristoteles dan Plato tidak memiliki kemampuan berlogika yang ditopang oleh fakta yang ada. Alhasil, hanya akan menunjukkan kesalahan penalaran.

Zaman menyeret kita untuk lebih menggunakan logika. Dalam hal ini ilmu pengetahuanlah yang paling berguna. Dimana ilmu pengetahuan yang menghapuskan keyakinan irasional manusia. Dengan metode – metodenya, ilmu pengetahuan menggantikan kebenaran semu dengan kebenaran yang pasti. Untuk itu kita perlu melatih intelektualitas.

Dalam melatih intelektualitas, kita perlu belajar apa yang harus diyakini dan apa yang tidak. Melakukan penalaran secara tepat dengan kemungkinan kesalahan yang kecil. Serta mengambil kesimpulan dengan tingkat validitas tinggi.

Tak hanya itu, seorang filsuf juga harus melatih emosinya. kita perlu melihat manusia sebagai produk keadaan. Misalnya seseorang dengan perilaku buruk. Banyak faktor penyebab ia melakukannya. Seperti salah didik, salah makan atau mungkin karena masalah ekonomi. Disini kita belajar berpikir dan merasakan. Terlepas dari subjektivitas kita, apa ia benar atau salah. Namun, melihatnya sebagai manusia.

Dalam bukunya, Russell membantu kita untuk berpikir kritis. Menunjukkan kebenaran yang tadinya irasional. Dengan mencari dasar pemikirannya, diperkuat oleh fakta-fakta yang ada, serta menggunakan metode ilmiah. Ia menunjukkan bahwa ilmu pengetahuan (sains) yang mampu membuktikan fenomena yang terjadi di alam semesta ini.

Russell berasumsi bahwa jenis-jenis pengetahuan yang paling pasti adalah pengetahuan yang jarang diperdebatkan. Sebagai contoh adalah matematika. Bagi orang-orang yang mampu mengapresiasikannya, matematika menawarkan berbagai kesenangan dalam berlogika. Russell percaya orang yang kemampuan matematikanya memadai akan lebih berhasil mengembangkan kemampuannya untuk berpikir rasional.

Itulah sedikit uraian buku karya Bertrand Russell ini. Buku yang berjudul “Berpikir ala Filsuf” ditulis Russell saat perang dunia kedua. Terdiri dari tiga esai, seni perkiraan rasional, seni menarik kesimpulan dan seni berhitung. Namun buku ini sulit saya pahami, logika bahasanya rumit. Saya harus bolak-balik membaca kalimat yang sama. Mungkin itu kekurangan dari buku ini.

Sekilas tentang Bertrand Russell, ia adalah seorang filsuf dan ahli matematika ternama di Britania Raya. Ia pernah dianugerahi Order of Merit pada tahun 1949 oleh Ratu Elizabeth II dan meraih Nobel sastra pada tahun 1950. Sumbangan terbesarnya di bidang ilmiah adalah di bidang logika matematika.

Terakhir, dengan membaca buku ini bukan berarti kita harus menjadi seorang filsuf. Namun, lebih bagaimana cara kita mengimplementasikannya. Dimulai dengan merubah pola pikir kita. Berpikir rasional, mengambil kesimpulan dengan dasar yang tepat, dan melihat dari berbagai sudut pandang. Biar bagaimanapun intelektualitas dan emosi adalah dua faktor yang paling berpengaruh pada kehidupan kita. (M. Naufal Fakhri)

Skip to content