Judul : Start-up Nation Kisah Keajaiban Ekonomi dan Inovasi Israel (Start-up Nation The Story of Israel’s Economic Miracle)
Penulis : Dan Senor dan Saul Singer
Penerjemah :
Penerbit : Duta Pratama Utama
Tahun Terbit : 2011
Tebal : 320 halaman
Apa yang berada di pikiran kita semua ketika mendengar negara Israel? Yahudi, perang, konflik berkepanjangan dan lain sebagainya. Namun, bagaimana bisa negara kecil ini mampu meningkatkan perekonomiannya? Dan bagaimana bisa ada 63 perusahaan yang melantai di bursa saham NASDAQ? Jumlah ini tentunya merupakan yang terbanyak dibandingkan dengan negara lain di dunia.
Apa yang menjadi pendorong mereka untuk maju dengan sumber daya alam rendah tapi mampu bersaing dengan bangsa lain di dunia? Menurut penulis jawabannya adalah wajib militer. Sejak umur 17 tahun, seluruh remaja Israel menghadapi tekanan karena mereka mempersiapkan diri untuk masuk ke dalam unit–unit militer yang ada. Baik masuk kursus pilot, masuk unit pengintaian, dan unit yang selektif, yakni pasukan khusus. Wajib militer mengajarkan nilai-nilai bertahan hidup dan juga mengajarkan agar selalu tangguh menghadapi masalah apapun.
Dalam kehidupan bermasyarakat, orang yang terpandang atau dianggap hebat, bukanlah atas strata pendidikan atau pekerjaan melainkan dari wajib militer dimana masuk ke dunia unit militer atau satuan mana yang diterima saat itu. Wajib militer juga menjadi sarana berbaur dengan sesama anggota bahkan menjalin koneksi saat tidak lagi di militer. Semakin elit satuannya, maka semakin harum pula namanya di masyarakat.
Shvat Shaked dan Saar Wilf contohnya, mereka merupakan pendiri dari Fraud Sciences, sebuah perusahaan yang mengembangkan sistem anti penipuan dalam bisnis daring. Mereka berdua merupakan alumni Unit 8200, sebuah unit korps intelijen Israel yang bertanggung jawab atas pengumpulan data elektronik beserta sandi-sandinya. Kini, Fraud Sciences telah diakuisisi oleh PayPal seharga 169 juta dolar.
Selain Unit 8200, ada juga yang tidak kalah elit lainnya, yakni program Talpiot. Talpiot itu sendiri dalam Kitab Kidung Agung Alkitab yang merujuk ke menara kecil sebuah kastil. Istilah ini mengandung arti puncak pencapaian. Keunikan dari program Talpiot sendiri adalah unit yang paling selektif dalam melakukan rekrutmen juga menugasi para prajurit ke pusat pelatihan yang paling lama.
Ide pembentukan program Talpiot sendiri berawal dari Perang Yom Kippur tahun 1973 oleh dua orang ilmuwan yakni Felix Dothan dan Shaul Yatziv. Pengalaman dari perang itulah yang kemudian menjadi cambuk bagi Israel bahwa mereka sadar dengan jumlah penduduk yang sedikit dengan lahan area yang kecil pula perlu diimbangi dengan penguasaan teknologi yang kuat agar dapat menutupi kekurangan-kekurangan yang dimiliki.
Selain dari sokongan Militer terhadap kemajuan Israel masa kini, budaya masyarakat juga turut mempengaruhi. Penulis membandingkan negara-negara yang mirip situasinya dengan Israel, yakni Korea dan Singapura. Kedua negara tersebut sama-sama negara maju yang cukup diperhitungkan di kancah global. Ketiga negara tersebut juga menerapkan wajib militer dalam sistem pertahanan nasionalnya. Namun, kedua negara tersebut tidak menghasilkan inovasi dan perusahaan rintisan, sebanyak Israel, mengapa?
Dalam budaya Israel, ada pemikiran rosh katon dan rosh gadol. Perilaku rosh katon yakni menafsirkan perintah sesempit mungkin dan berusaha menghindari tanggung jawab yang lebih. Sementara rosh gadol berarti berusaha mengikuti perintah tetapi dilakukan dengan cara seefektif mungkin dan lebih menekankan improvisasi daripada hanya sekedar melaksanakan sebuah perintah. Perilaku rosh gadol lebih ditekankan kepada semua orang meskipun orang tersebut merupakan seorang bawahan.
Penulis mengambil contoh Singapura sebagai negara yang sangat teratur dari segi pemerintahan hingga kehidupan bermasyarakat. Seperti keinginan para pendiri bangsanya terdahulu. Masyarakat diajarkan berperilaku sopan, tidak mendebat, dan lain sebagainya. Sikap tersebut sangat diterima di Singapura, namun tidak bisa diterima di Israel.
Tal Keinan, seorang pilot militer angkatan udara Israel dan lulusan dari Harvard Bussiness School, percaya bahwa perdebatan serius dan evaluasi dari suatu permasalahan dapat mengatasi suatu hal yang tidak diinginkan di kemudian hari. Dalam unit militer Israel, rupanya setiap hari-harinya adalah percobaan dan apabila percobaan telah selesai terjadi tanya jawab serius oleh para perwira dan juga para anggota tim yang terlibat. “Tanya jawab itu sama pentingnya dengan latihan atau perang sungguhan. Setiap latihan, baik uji terbang, simulasi, maupun operasi, dibuat seperti sebuah percobaan untuk diperiksa dan diperiksa lagi dan diperiksa ulang, terbuka bagi informasi baru, dan takluk pada debat yang kaya dan sengit. Begitulah kami dilatih.” Ungkap Tal.
Selain budaya suka berdebat, rupanya budaya mentalitas dan multi-tugas sangat umum di Israel. Doug Wood adalah wakil direktur pengembangan dan produksi animasi di berbagai perusahaan seperti Turner, Warner Brothers, dan Universal. Ketika datang ke Israel dalam rangka proyek animasi, Wood bertemu dengan seorang mahasiswa grafis yang paham akan aspek teknis suatu masalah, dan rupanya mahasiswa grafis tersebut juga seorang pilot pesawat tempur. “Mahasiswa seni ini? seorang pilot pesawat tempur?” ungkap Wood dengan keterkejutannya seolah semua unsur bertabrakan dan berkolaborasi satu sama lain.
Tal Keinan tidak terkejut dengan hal tersebut, bahkan ia menganalogikan Angkatan Udara Israel sebagai jeep using dengan banyak peralatan. Sementara angkatan udara lain dirancang seperti mobil Formula1. Apabila pada trek yang pendek, jelas mobil Formula1 yang akan menang tetapi dengan peralatan usang dan metode taktik yang benar akan menuntun kita menuju jalan kemenangan.
Multi-tugas juga mengakar pada inovasi Israel masa kini. Gavriel Iddan salah satunya, yang merupakan seorang insinyur roket di perusahaan Rafael, salah satu kontraktor pertahan IDF. Iddan faham betul mengenai optic, dimana sebuah roket dapat menghantam tepat pada sasarannya. Bisakah menggabungkan teknologi di dalam roket yang dikembangkan untuk dunia medis?
Jawabannya, bisa. Iddan mempunyai ide tersebut, caranya dengan menggabungkan konsep yang ada dalam teknologi roket dan optic kamera, untuk membuat pil, yang secara langsung dapat mengirim gambar-gambar dari dalam tubuh manusia. Dari ide tersebut, ia kembangkan menjadi sebuah perusahaan yang bernama Given Imaging.
Pada tahun 2001, perusahaan tersebut menjadi perusahaan pertama di dunia yang go-public sesudah serangan 9/11. Sejak tahun 2004, enam tahun sesudah pendiriannya, perusahaan tersebut telah menjual 100.000 pil ke seluruh dunia dan terus meningkat sampai sekarang.
Kisah tersebut tidak hanya sekedar peralihan teknologi sipil ke militer atau sebaliknya melainkan adalah contoh bagaimana kekuatan kreativitas, dicampur dengan budaya yang telah mengakar menjadikan suatu inovasi berharga dan bernilai jual yang cukup tinggi. Campur aduk seperti ini adalah cawan khusus bagi segala inovasi-inovasi. Nyatanya, studi dari Universitas Tel Aviv mengungkap bahwa paten-paten yang berasal dari Israel, secara global dibedakan karena mampu mengutip rangkaian paten lain yang mengikutinya dalam jumlah tertinggi.
Apa yang bisa kita contoh dari Israel? Meskipun kita memang tidak memiliki hubungan diplomatis dengan negara kecil ini, kita bisa mencontoh dari etos kerja bangsa yahudi ini, kecil-kecil namun cabe rawit. Walaupun kecil tapi memiliki efek getar yang luar biasa. Saya cukup terkesan bagaimana mereka bisa menang perang enam tahun, padahal dari segi persenjataan mereka kalah sangat jauh dibanding negara-negara Arab yang menjadi seteru mereka.
Mereka berperang dengan otak, bukan dengan bombardir, membabi buta tanpa perencanaan yang jelas. Prajurit Israel didoktrin dengan pola pikir rosh gadol, yang menekankan aspek inisiatif dibandingkan rantai komando yang kaku, yang diterapkan pada negara-negara musuh utama Israel.
Selain inisiatif yang amat ditekankan, berani bereksperimen pada semua hal juga patut dicontoh. Berani mencoba dan tidak takut salah pada situasi apapun adalah prinsip dasar dalam mengembangkan sesuatu, baik usaha maupun dalam dunia militernya. Contohnya cerita Tal Keinan mengenai budaya debat antar perwira dan prajurit mengenai evaluasi latihan maupun situasi perang sungguhan yang menurutnya juga elemen terpenting selain alutsista dan lainya.
Mencari alasan tentang situasi yang buruk tidak dapat diterima dan membela hal yang telah dilakukan juga tidak popular. Jika kita membuat sebuah kesalahan, tugas kita adalah memperlihatkan pelajaran yang telah dipelajari karena tidak ada yang dapat dipelajari dari orang yang sangat defensif.
Terakhir, dengan membaca buku ini bukan berarti kita mengikuti ideologi bangsa Israel. Namun yang perlu dicatat adalah bagaimana kita mengikuti etos semangat bangsa Israel dalam memajukan perekonomian dan budaya inovasinya yang maju. Kita dapat menyimak bagaimana mereka berani mengambil resiko yang notabene mereka sudah cukup mapan pada posisi tertentu.