Pemilihan presiden telah berakhir, begitu juga dengan rekapitulasi suara. Namun perang ternyata belum usai. pihak yang kalah merasa dirugikan dan dicurangi,dengan dalih kecurangan yang bersifat sistematis, terstruktur, dan masif pun jadi andalan.
Sedikit menengok kebelakang saat dimana mulai memanasnya tensi pemilihan presiden di Indonesia, yaitu pada masa kampanye pilpres berlangsung. Jelas masih melekat di benak kita masa dimana kita saling mendukung dan meneriakan calon pemimpin pilihan kita. Perang urat syaraf terjadi disana sini. Keterpihakan media sosial juga semakin membuat suasana menjadi bertambah panas. Kampanye negatif hingga kampanye hitam pun tak terhindari. Tentu kita ingat dengan kasus tabloid obor rakyat yang menyerang pasangan Jokowi dan Jusuf Kalla. Tabloid tersebut memberitakan isu-isu tak sedap yang sangat meresahkan warga Indonesia, mulai dari isu capres boneka hingga isu bahwa Jokowi adalah keturunan Cina. Tidak hanya Jokowi , prabowo pun tidak lepas dari bahan kampanye negatif dan kampanye hitam, mulai dari status jomblo yang di pegangnya sampai isu Hak Asasi Manusia yang terus membayanginya. Media massa yang menjadi pilar demokrasi pun tunduk. Tvone, stasiun televisi milik bung Ical, sapaan akrab Abu Rizal Bakrie, dan Metro TV milik bung Surya Paloh contohnya.
Ketegangan ini terus menyelimuti ibu pertiwi hingga saat pemilihan presiden berlangsung, kita berpikir bahwa inilah akhir dari ketegangan yang telah terjadi belakangan ini. Namun, ternyata ketegangan ini belum berakhir, Seperti kata pepatah, setiap akhir dari cerita akan dimulai pula awal cerita yang baru, perang belum usai. Ketegangan urat saraf bab kedua ini di akibatkan oleh perbedaan hasil quick count dari masing-masing pendukung capres dan cawapres, bahkan mereka sampai menggelar syukuran atas kemenangan hasil quick count tersebut. Hingga sampailah kita pada tanggal 22 juli, tanggal penentuan dan pengumuman hasil rekapitulasi oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU). Dan pemenangnya adalah pasangan capres cawapres nomor urut 2, yaitu pasangan Jokowi dan JK. Ketika itu saya merasa sangat lega bahwa presiden baru Indonesia yang akan memilih 5 tahun kedepan telah terpilih dan semua ketegangan yang terjadi akan sirna. Namun, tunggu dulu, sekali lagi perang belum usai, hal yang mengejutkan terjadi pada saat rekapitulasi akhir berlangsung. Pihak Prabowo-Hatta merasa dirugikan dan menyatakan menarik diri dari segala proses pemilu yang berlangsung, mereka menilai kpu sebagai pihak pelaksana bertindak tidak adil, tidak terbuka, dan cacat hukum.
Mari kita bersama-sama menunggu keputusan mahkamah konstitusi menanggapi gugatan bapak prabowo dan kawan kawan, semoga segala prahara ini cepat berakhir dan Indonesia dapat memfokuskan diri untuk 5 tahun kedepan
*)Staf Jaringan Kerja LPM HIMMAH UII/Mahasiswa Teknik Informatika Angkatan 2013