Identitas Buku
Judul : The Importance of Habits
Penulis : Listiana S
Penerbit : Desa Pustaka Indonesia
Tahun Terbit : 2019
ISBN : 9786232381315
Setiap manusia diciptakan untuk menentukan pilihan, entah pilihan yang tepat atau keputusan yang nekat. Pilihan dan keputusan itulah yang berperan penting dalam kegagalan atau kesuksesan seseorang. Listiana dalam bukunya yang berjudul The Importance of Habits memberikan sebuah penyadaran (sekaligus perenungan) bahwa jika kesuksesan adalah sebuah pilihan, maka kegagalan juga demikian. Satu hal yang menjadi jurang pemisah antara kegagalan dan kesuksesan menurut Listiana adalah habits (kebiasaan). Melalui The Importance of Habits, Listiana ingin menunjukkan bahwa realita di lapangan telah menjadi bukti bahwa kesuksesan seseorang dapat ditentukan berdasarkan kebiasaan yang dilakukan.
Buku The Importance of Habits terdiri atas 4 bab yang dibuka dengan alasan kuat mengapa kebiasaan menjadi modal kesuksesan, lalu penjelasan teoritis tentang bagaimana kebiasaan bisa terbentuk di bab 2, kemudian kisah-kisah orang sukses dengan kebiasaan yang dilanggengkan di bab 3, dan ditutup cara membentuk kebiasaan baru agar bisa mengubah kebiasaan lama (yang buruk). Secara keseluruhan, bagian yang paling unggul dari buku The Importance of Habits adalah cara Listiana menyajikan gagasan yang berorientasi kisah serta pola deskripsinya yang ‘mirip’ karya ilmiah. Sementara bagian ‘yang lain’ adalah tentang penyusunan sub-bab yang agak kacau, pengulangan kisah, dan penggunaan kata yang kurang tepat.
Berorientasi Kisah dan Berpola Karya Ilmiah
Kisah membuat seseorang lebih peka, karena dihadirkan contoh praktis, bukan sekadar narasi-narasi teoretis. Sama halnya dengan masa anak-anak yang terasa meneduhkan sekaligus menyenangkan dengan buaian dongeng sebelum tidur. Entah mau diakui atau tidak, kisah; cerita; maupun dongeng terasa lebih mudah menyentuh daripada poin-poin peraturan yang secara eksplisit mengajarkan nilai-nilai moral. Hal seperti inilah yang saya temui kala membaca buku The Importance of Habits. Listiana menyampaikan urgensi kebiasaan sebagai modal menggapai kesuksesan dengan rentetan kisah-kisah orang sukses seperti Bill Gates, Steve Jobs, Michael Jordan, dan beberapa tokoh besar yang lain. Hal ini dapat dilihat pada kutipan berikut ini,
“Anda tentu mengenal legenda basket dunia, Michael Jordan……..Kalau orang menganggap kesuksesan Jordan hanya karena bakatnya, maka anggapan itu akan tertolak mentah-mentah. Michael Jordan, seperti diungkapkan Phil Jackson, orang yang pernah melatihnya cukup lama, adalah sosok pekerja keras. Jordan butuh kerja sangat keras hingga ia bisa menjadi legenda NBA,” (halaman 23)
Setiap argumentasi Listiana yang diperkuat dengan kisah-kisah orang sukses, membuat saya menjadi lebih mudah percaya bahwa kebiasaan berlatih dengan keraslah yang membuat Michael Jordan meraih kesuksesan dalam karirnya. Lain halnya jika Listiana hanya menyampaikan argumentasi tanpa kisah, tentu saya akan bertanya di dalam hati: memang buktinya apa?
Selain berorientasi kisah, Listiana juga menyajikan paparan gagasannya ‘mirip’ dengan karya ilmiah. Bab 1 seolah menjadi bagian latar belakang karena berisi tentang urgensi kebiasaan dalam kesuksesan seseorang, kemudian di bab 2 seolah menjadi kajian pustaka yang menampilkan paparan teoretis lewat teori repetisi. Berlanjut ke bab 3 yang seolah menjadi hasil penelitian karena mendeskripsikan temuan-temuan tentang orang-orang yang sukses gegara menjaga kebiasaan (baik). Ditutup dengan bab 4 yang seolah menjelma diskusi penelitian karena menghadirkan konstruksi tentang cara membentuk kebiasaan baru (yang baik) dengan cara mengubah kebiasaan lama (yang buruk). Sajian paparan yang berorientasi karya ilmiah ini pada akhirnya menyisakan kesan yang reliabel dan valid.
Sebuah Saran: Beberapa Kekurangan Ringan
Tak ada keunggulan yang ‘murni unggul’, pun tak ada pula kelemahan yang ‘murni lemah’. Di balik keunggulan yang telah disebutkan, buku The Importance of Habits tetaplah karya seorang manusia yang tidak bisa bebas-kritik. Beberapa kekurangan ringan menjadi bukti bahwa buku ini benar-benar ditulis oleh seorang manusia, bukan malaikat tanpa cela. Kekurangan-kekurangan ini disampaikan sebagai bagian dari saran untuk bahan pertimbangan di karya-karya masa depan.
Kekurangan tersebut yaitu penyusunan sub-bab yang agak kacau, yakni sub-bab dari bab 3 yang terdiri atas A hingga W⸻untung tidak lebih dari Z. Ada beberapa sub-bab yang seharusnya bisa dijadikan satu (tidak berdiri sendiri-sendiri), sehingga terasa lebih efektif dan efisien. List sub-bab yang terlalu panjang menimbulkan kesan bertele-tele yang pada akhirnya berujung pada mengulang penjelasan yang sebelumnya sudah ada. Pengulangan ini saya temui pada bagian pengulangan kisah Sylvester Stallone di halaman 87 yang telah dikisahkan sebelumnya di halaman 71. Selain kekacauan penyusunan sub-bab dan pengulangan penjelasan, Listiana juga luput dalam memilih kata merubah di bagian judul sub-bab Bersabar dalam Proses Merubah Kebiasaan (halaman 146). Kata yang tepat seharusnya mengubah, bukan merubah, karena mengubah berarti menjadi ubah dengan kata dasar ubah, sedangkan merubah berarti menjadi rubah dengan kata dasar rubah.
Dengan memertimbangkan aspek keunggulan dan kekurangan sebagaimana yang telah disebutkan, buku The Importance of Habits tetaplah menjadi buku yang layak dibaca sebagai referensi buku motivasi. Meskipun ada beberapa kekurangan, buku The Importance of Habits tetap memiliki konten yang menginspirasi. Satu hal penting yang perlu saya ulang kembali adalah jika kesuksesan adalah pilihan, maka kegagalan juga demikian. Lalu, kita memilih yang mana?