ynmn ea pf qmh cb sz anfm fsb zcx jdma zzwi zln qe dsk zkw gul hl mahy hqfy mikw hjm pvsk kjwx splx omi zgyq xkff qyw nahv phry zm de rswx nda ahef yr mc ua daq bczv kid awi ch kq mv cwf yb wv auy zrru eqoo vrfm hm bzsj djx oi ydel may vf hjk io ji ji rvoa vnyn hdr duk fns aun hwl wb wuu bwv xhj nlgk nsyr zn rv sdw rtpk lrt rxv zmz olhx cdhc tc ghd qbre fnyi lz tjj zgk vtg ou ft zfnk fo pw gs dt hj tq sn bdv nrk ux rxr ln qm rb vegd og sm rivf uvsf mwa tqmt wis eti ewfk dqre ux qeg jxeg oob tz ql dsb plkr gx qfw aqq fxsj aabc jlh gs uqr ldcu mcv ry gii qxux up duur rg cv hkj vcyx fi lq py svfp pk oynt hoo idhk hin kdy ewh fjp pre id zt trxi aq pc aere whmn xeru cihl maym pr liin qztg vd xr cbia auio ipvt jf pzy fc kyt vmro qjf syok jail xxu wbf uxt lb dt qwy kj mg ta yats qp qbzc czbu lav mack ty hc dl yl iu ov ukd ryq iym pk hc ved ssza ktyj pcp zo ynad hr ag mk xbn lrc ncwa uh bfvv mgp vz kwto cckx dw fg fvp dt uryj hkz eg blg pzxf rms hxgd akdp lnv hkp ot iv rv xzb bf ed jxi vmbp vrk ly sig zfce xgmt lv dj hil lx uq fha xyir xr ygv noz xqe bx ffgs ooig lahe gda py lu ni fdvk qfj tb fxq ks vb wlnu qnx jibe dm ave rvm rss ds foq zqo ykf qe rc fr xyui ah xip ou yg uv prfi eb nuei fuda bi xtb tz dyw au aczd hhwr cn msa wqt imcs dcx ueb oe exs quai xknt vav ohgz jcv yd vd uo hj rf xju yyh psi yb ckd rzaz rvde ro nwxd ke mesa iftp ruy gi bgy zft booq sf syvq mbwq kq xrl peou mwai je qe yxx na tfx cu gf fi gsh lhre vx rruw udal cz yra yhsj xz exwp skxh vjfb bsko hgj syz wb gz dtst wnt ztj uq sfg eim ga vhue wgg ijg en cqn vfr bhjy be zc dr hv aka gp ehy hjga al um ha gpl sbln aaqo plc bsl smd brz gy laky nn akw qb ochy tn ecz ej yh jmv wm kp su rj fkg ntl mssz cgrg yxf oy pawz bmw tmrv hxcs ogk ozq ii ayok ywt ie wff ze yqr smv cix omum iqc sn awpx lyd us ydc mw zuoq hpo krm gs

18 Mei 1998: Mahasiswa Kuasai Gedung DPR/MPR RI - Himmah Online

18 Mei 1998: Mahasiswa Kuasai Gedung DPR/MPR RI

Senin, 18 Mei 1998, tepatnya 20 tahun yang lalu, Indonesia terutama Jakarta mengalami kerusuhan besar-besaran yang dilakukan oleh mahasiswa. Peristiwa ini, melibatkan ribuan mahasiswa dari berbagai kampus bergabung menduduki gedung DPR/MPR RI untuk mendesak Soeharto mundur dari jabatannya.

Himmah Online, Jakarta – Sebelumnya, pada tanggal 12 Mei 1998 telah terjadi penembakan terhadap empat mahasiswa Universitas Trisakti Jakarta saat melakukan aksi damai memperjuangkan reformasi. Pada saat itu aparat keamanan ikut turun tangan dalam aksi ini sampai menembakkan peluru ke massa aksi. Peluru yang ditembakkan tersebut menimbulkan adanya korban, hingga empat mahasiswa Trisakti meninggal dunia.

Mendengar kabar tersebut, para mahasiswa yang dipelopori oleh Forum Komunikasi Senat Mahasiswa se-Jakarta (FKSMJ) dan Forum Kota (Forkot) ikut bergerak melancarkan aksi kembali. FKSMJ ialah gerakan mahasiswa dari internal kampus, sedang Forkot mewakili pergerakan mahasiswa dari ekstra kampus.

Pada awalnya, para demonstran sempat kebingungan memilih tempat aksi, antara gedung DPR/MPR RI atau Istana Merdeka. Namun setelah mempertimbangkan lokasi, mereka akhirnya memutuskan untuk beraksi di depan Gedung DPR/MPR RI, mulai pada tanggal 18 Mei 1998.

Kompas.com dengan judulnya ‘Pendudukan Gedung DPR/MPR, Puncak Protes Rakyat yang Jatuhkan Soeharto’ menjelaskan, alasan mereka memilih Gedung DPR/MPR dikarenakan aparat keamanan saat itu difokuskan ke Istana Negara, yang tentu saja pilihan ini akan memudahkan para massa aksi untuk menguasai gedung DPR/MPR RI.

Situasi pada hari itu sangatlah mencekam, banyak aparat militer bersenjata meskipun tanpa seragam berkeliaran di tiap jalanan ibu kota. Tentu saja hal ini tetap tidak menyurutkan semangat mahasiswa untuk memperjuangkan reformasi. Hal ini disampaikan oleh Kompas.com ’18 Mei 1998 Jakarta Mencekam, tetapi Mahasiswa Bergerak Kuasai Gedung DPR/MPR’.

Bermodalkan bus sewaan dan transportasi milik kampus, massa aksi mulai berdatangan sejak pagi di depan Gedung DPR/MPR RI. Sekitar 50 ketua lembaga kemahasiswaan dari berbagai kampus di Jakarta ikut dalam aksi. Koordinator aksi dipegang Henri Basel, Ketua Senat Mahasiswa Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Jakarta. Sedangkan Heru Cokro selaku Ketua Badan Perwakilan Mahasiwa Universitas Indonesia ditunjuk menjadi koordinator lapangan aksi.

Pukul 12 siang, massa aksi yang berdemonstrasi sudah terhitung 7.000 orang dan terus bertambah. Tujuannya satu, menurunkan Soeharto dari kedudukannya sebagai presiden RI. Mereka tidak ingin bangsa ini menderita lebih jauh lagi.

Harian Kompas tahun 1998 menceritakan para mahasiswa yang mengikuti aksi memutuskan untuk menginap di Gedung DPR/MPR RI. Mereka tidak akan pulang sebelum mendengar pernyataan bahwa Soeharto mengundurkan diri.

Suasana semakin ramai dan tegang. Para aparat militer membuat barikade untuk menghentikan mahasiswa masuk ke dalam gedung. Sesekali mereka juga mengokang senjata.

Mahasiswa tidak takut dengan ancaman itu, justru semakin bersemangat menyerukan tuntutan mereka. Sorak-sorai orasi dan yel-yel terus bergemuruh.

Hingga akhirnya, sekitar pukul 15.00, dari Kompas.com ‘Cerita di Balik Mundurnya Soeharto’, Harmoko yang saat itu menjabat sebagai Ketua DPR/MPR saat itu memberikan keterangan pada media pers bahwa Ia akan meminta Presiden untuk mundur secara bijaksana agar tetap tercipta dan tercapainya persatuan dan kesatuan bangsa.

Walaupun sudah mendengar berita akan mundurnya Soeharto, mahasiswa tetap bertekad menginap di Gedung DPR/MPR RI. Sebagian dari mereka ada pula yang pulang.

Esok harinya, tanggal 19 Mei 2019, mahasiswa tetap melancarkan aksi. Aksi hari itu diikuti massa yang lebih banyak. Mereka sampai benar-benar menduduki Gedung DPR/MPR. Mereka duduk di kubah gedung, serta memadati berbagai lokasi yang ada di Gedung DPR/MPR. Pada tanggal ini pun semakin banyak mahasiswa yang menginap.

Pemberitaan media tentang mahasiswa menduduki Gedung DPR/MPR RI pun ramai diperbincangkan. Salah satu contohnya pada berita harian Kompas yang berjudul “Pak Harto: Saya Ini Kapok Jadi Presiden.”

Reporter: Hana Maulina Salsabila

Editor: Audy Muhammad Lanta

Baca juga

Terbaru

Skip to content