Akhir Pelayaran Tampomas II di Laut Masalembo

Selasa, 27 Januari 1981 menjadi hari yang kelam nan tragis bagi dunia pelayaran Indonesia. Kapal Motor Penumpang (KMP) Tampomas II yang kala itu tengah berlayar dari dermaga Tanjung Priok, Jakarta menuju Ujung Pandang, Makassar, harus mengakhiri pelayarannya di Perairan Masalembo.

Sebanyak 1442 penumpang terombang-ambing selama kurang lebih 30 jam di dalam kapal, termasuk 300 penumpang gelap dalam kapal. Duka menyelimuti seluruh awak kapal, penumpang, dan juga keluarga korban, termasuk di dalamnya kapten kapal, Abdul Rivai.

KMP Tampomas II merupakan kapal bekas yang dibeli PT. Pengembangan Armada Niaga Nasional (PANN) pada tahun 1980 dari Komodo Marine Jepang. Dalam perjalanannya KMP Tampomas terus menerus melakukan pelayaran dari Jakarta menuju Ujung Pandang yang merupakan rute padat. Setiap selesai pelayaran, kabarnya kapal hanya diberi waktu jeda istirahat empat jam saja, kemudian di pakai kembali untuk pelayaran selanjutnya. Perawatan dan maintenance hanya dilakukan ala kadarnya, padahal usia kapal tersebut termasuk sudah uzur, seharusnya dilakukan perawatan yang menyeluruh dan cermat.

Peristiwa ini bermula dari kerusakan salah satu mesin kapal. Sebelumnya, Kerusakan mesin kapal sudah diketahui oleh awak teknisi kapal, namun kerusakan tersebut tidak dihiraukan.

Sabtu, 24 Januari 1981, kapal bertolak dari dermaga Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta. Sesampainya di tengah Laut Jawa, malapetaka pun terjadi. Seorang awak teknisi kapal melihat percikan api dari mesin kapal yang kemudian dengan cepat menjalar ke dek bawah kapal. Awak teknisi kapal berusaha memadamkan api namun karena api sudah terlanjur membesar akhirnya awak kapal hanya menyemprotkan alat pemadam tersebut sekenanya. Lalu, Kapten Abdul Rivai memerintahkan untuk mematikan mesin kapal untuk menghindari api yang menjalar ke mesin-mesin kapal.

Akhirnya 30 jam setelah percikan pertama, terjadi ledakan besar pada 27 Januari 1981 yang mengakibatkan kapal miring hingga 45 derajat seperti yang dikutip dari Kumparan berjudul “37 Tahun Sudah, KMP Tampomas II Beristirahat di Dasar Laut Jawa”KMP Tampomas tenggelam pada pukul 12.45 WITA di Perairan Masalembo. Berdasarkan laporan tim penyelamat, total korban sebanyak 431 orang, 143 mayat ditemukan, termasuk didalamnya kapten Abdul Rivai. 753 nyawa berhasil diselamatkan dan sebanyak 288 orang yang berada di dek bawah kapal dinyatakan hilang.

Hingga saat ini belum ada keterangan jelas mengenai musibah tersebut. Liputan6 dalam berita yang berjudul “Kisah Tampomas II, Terbakar lalu Tenggelam, 431 Nyawa Melayang”, menjelaskan menurut Roesmin Nurjadin, Menteri Perhubungan dalam penjelasannya dalam pers di kantor Departemen Perhubungan, mengatakan tidak terjadi keanehan ataupun kerusakan pada ruang mesin. Kelainan terjadi pada geladak kendaraan, karena guncangan gelombang laut mengakibatkan percikan api kemudian api cepat menyebar. Namun dari keterangan tersebut masih menjadi kontroversi.

Para pejabat yang menangani kasus kecelakaan ini menyalahkan seluruh awak kapal dan berkesimpulan bahwa kecelakaan tersebut murni akibat human error. Hasil penyidikan Kejaksaan Agung yang menugaskan Bob Rusli Efendi Nasution sebagai kepala tim perkara pun tidak ada tuntutan kepada pejabat yang saat itu memerintah. Pemerintah pusat terkesan menutup-nutupi kasus ini seperti yang dikutip dalam laman kompasiana.com.

Editor: Hana Maulina Salsabila

Skip to content