Codeku Sudah Dangkal

Code meluap, bantuan pun sulit didapat.  Kantong-kantong yang diisi pasir untuk menahan air tak kunjung mereka dapatkan

Oleh : Bayu Hernawan

Code meluap, bantuan pun sulit didapat.  Kantong-kantong yang diisi pasir untuk menahan air tak kunjung mereka dapatkan

Ledok Tukangan(PIB),

Dampak luapan kali Code sangat dirasakan oleh warga RT 01, RW 01, Dusun Ledok Tukangan, Kelurahan Tegalpanggung, Kecamatan Denurejan.  Luapan berupa material pasir dan air itu masuk ke rumah warga.  Suroso (58), mengatakan luapan Kali Code mencapai 4 meter.  Sebelum Kali Code meluap para warga membuat penahan berupa kantong-kantong yang diisi pasir (talut), kemudian ditata rapi di pinggir sungai.  Suroso mengatakan, derasnya aliran sungai membuat penahan yang telah dibuat jebol, “Kami sudah menahan dengan sekuat tenaga, namun penahan itu jebol juga” tuturnya.   Hal ini diamini oleh Suryanta (28).

Suryanta juga mengatakan ketika air masuk ke rumah Ibu-ibu dan anak-anak diungsikan ke tempat yang lebih tinggi, sedangkan para pria dewasa berjaga-jaga di sekitar kali untuk menahan jebolnya penahan air.

Kedangkalan Code.

Sukri (50) koordinator tanggap bencana RT 01, RW 01 mengatakan jarak penahan air dengan air sekitar 50 cm dan kedalaman air sekitar 60-70 cm.  Suryanta juga menambahkan         kali Code sudah mengalami pendangkalan 3 meter, sehingga berpotensi meluap jika debit air di hulu sungai meningkat.

Tanggap Bencana.

Sukri mengatakan mulai Selasa, 30 Desember 2010 talut dibuat.  Ia juga mengatakan sehabis ashar warga laki-laki sekitar yang sedang tidak bekerja dikerahkan untuk kerja bakti, targetnya membangun talut 30 meter, sedangkan ibu-ibu memasak di dapur umum. Suryanta menambahkan warga di sekitarnya juga menghidupkan kembali gorong-gorong, agar pembuangan air menjadi lancar.

Sekitar 500 meter dari rumah penduduk ada Mesin Pengeruk (Ekskavator). “Kalau ekskafator itu untuk mengeruk sungai disekitar sini, tidak ada tempat untuk membuang pasirnya, karena kan disini padat penduduk jadi tidak ada tempatnya”, tutur Suryanta.

Bantuan.

Sukri menambahkan, karung yang digunakan untuk talut masih swadaya dari masyarakat dan dari TNI (Tentara Nasional Indonesia).  “jumlah karung yang sudah ada sebanyak 400. Sebanyak 200 karung dari swadaya warga dan sudah digunakan, sedangkan 200 lagi dari TNI.  Kebutuhan total karung kurang lebih 700” kata Sukri.

“Saya belum mau mengerahkan warga saya untuk membangun talut dengan memanfaatkan karung yang masih tersisa, karena orang-orang yang di pinggir bantaran ini sudah habis tenaganya karena penanggulangan kemarin”. kata Sukri.

Sukri mengatakan bantuan (karung) yang ada di kecamatan sudah habis, kalau pun ada mereka berebut karena karung yang ada di sana sudah bagi-bagi ke beberapa daerah, sehingga sudah mendapat jatah sendiri.  “Kalau kita nggak mbengok (teriak) ya nggak ada kabar/barang”, kata Sukri.

Reportase bersama : Akhmad Ikhwan Fauzi, Anugerah Pambudi W.

Skip to content