Gerayak Kecam Ormas Anarkis

Ditengah aksi anakisme mengatasnamakan agama di bumi Mataram, Gerayak lahir dengan misi perdamaian untuk keberagaman suku dan agama.

 

 

 

 

 

 

Oleh: Bethriq Kindy Arrazy

Himmah Online,  Dua hari pascapembubaran paksa diskusi bersama Irshad Manjidi Gedung Sekolah Pascasarjana UGM, beserta tindakan anarkisdi Lembaga Kajian Islam dan Sosial (LKiS) oleh Majelis Mujahiddin Indonesia (MMI).Hari Jumat, tepat pukul 14.30 WIB (11/9/2012).Massa dari berbagai elemen masyarakat yang tergabung dalam Gerakan Rakyat Yogyakarta Antikekerasan (Gerayak), melakukan aksi damai di kawasan titik nol kilometer Yogyakarta.

Menurut pengamatan Himmah Online, massa Gerayak dengan jumlah, lebih dari 200 orang ini terdiri dari berbagai macam latar belakang organisasi. SepertiNU Yogyakarta, PMII Yogyakarta, GMNI Yogyakarta, Sekber Keistimewaan DIY, Jaringan Perempuan Yogyakarta (JPY), Aji Damai, Syarikat Indonesia, FS KMMJ, FAM-J, Gusdurian dan Forum LSM Yogyakarta.

MuhammadImam Aziz, Koordinator Umum Gerayak, mengawali orasi dengan menyayangkan peran negara yang terkesan lemah dan telat dalam merespon aksi anarkis. Selain itu, menurut Aziz yang juga Ketua Pimpinan Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), juga mengecam lembaga keamanan yang terkesan memberikan peluang tindak anarkis di ruang demokrasi. “Mereka yang melakukan anarkis adalah orang-orang yang tidak bertanggung jawab!” teriaknya dalam orasi.

Budayawan Landung Simatupang, dalam orasinya mengatakan bahwa kekerasan dalam bentuk apapun dan dengan alasan apapun tidak dibenarkan. “Itu sudah melanggar Hak Asasi Manusia (HAM)untuk bebas berpendapat dan berpikir yang dilindungi Undang-undang Dasar,” ucapnya.

Ani yang mewakili mahasiswa Center for Religious and Cross-Cultural Studies (CRCS) Universitas Gadjah Mada, turut angkat bicara atas dibatalkannya diskusi dengan tokoh feminis yang mengusung gagasan reformasi Islam di gedung pascasarjana UGM. Menurutnya instansi pendidikan sebesar UGM telah dipimpin oleh preman, yang tidak seharusnya ruang akademis terintervensi oleh kepentingan yang berbau anarkis. “UGM harusnya mampu bersikap netral dan terbuka,” ungkap Ani.

Selain itu di sekitar lokasi aksi orasi, tampak terlihat pita hijau yang melingkar pada lengan masing-masing massa yang mengikuti aksi damai ini. Aktivitas ini bentuk keprihatinan massa terhadap kota Yogyakarta, yang selama ini dikenal sebagai kota yang mengedepankan toleransi suku dan beragama. Tercemar oleh anarkisme yang dilakukan oleh kelompok islam garis keras.

Aksi damai yang digelar di tengah-tengah simpang empat Kantor Pos Besar Yogyakarta itu tidak membuat arus lalu lintas macet. Ini diantisipasi oleh hadirnya puluhan aparat Polresta Yogyakarta yang mengatur dan mengarahkan beberapa kendaraan roda empat dari arah utara Jl Malioboro untuk berbelok melewati Jalan Reksobayan, Ngupasan.

Skip to content