HIMMAH ONLINE, Kampus Terpadu – Stadium general yang merupakan salah satu rangkaian dalam acara Pesona Taaruf (Pesta) 2015, diselenggarakan pada Minggu, 23 Agustus 2015 bertempat di Auditorium Kahar Muzakkir Universitas Islam Indonesia (UII). Acara yang dimulai pada pukul 09.00 tesebut menghadirkan Busyro Muqoddas sebagai pemateri dan dimoderatori oleh Anang Zubaidi yang saat ini sedang menjabat sebagai Direktur Pusat Studi Hukum UII.
Menurut Dhimas Panji Wira Atmaja selaku ketua Lembaga Eksekutif Mahasiswa (LEM U), Steering Committee (SC) Pesta memilih Busyro Muqoddas setelah kandidat pertama pengisi materi, yaitu Mahfud MD, berhalangan hadir. Selain karena beliau aktif dalam kancah nasional, beliau juga dianggap mampu memacu semangat mahasiswa baru.
Bertemakan ‘Misi kepemimpinan profesional mahasiswa UII, tantangan dan prospek’, Busyro memulai materinya dengan mengutip ayat Al-Quran, ’Innallaha la yugoyyiru maa biqaumin hatta yugoyyiru maa binafsihi’ yang artinya ‘Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah suatu kaum, sampai kaum tersebut mengubahnya sendiri’. Busyro lalu menjelaskan tentang sejarah pendirian UII yang digagas oleh para tokoh kemerdekaan dan tantangan yang dihadapi oleh para pemimpin di Indonesia saat ini.
Busyro menceritakan bahwa para pendiri UII bukan saja tokoh kemerdekaan, tetapi juga tokoh umat islam. Ia menyebutkan dua tokoh dari organisasi terbesar umat islam yang berada di Indonesia saat ini, yaitu KH. Wahid Hasyim dari Nahdlatul Ulama dan KH. Abdul Kahar Muzakkir dari Muhammadiyah.
“Ada yang tanya waktu itu; Pak Busyro, apakah partai politik ikut andil dalam mendirikan UII? Saya jawab; tidak,” tegas Busyro saat menjelaskan bahwa para pendiri UII tidak ada yang berasal dari partai politik. Menurutnya, partai politik hanya didirikan untuk mencari-cari dan merebut kekuasaan. Hal itu sangat kontradiktif dengan tujuan UII didirikan yang mendidik mahasiswanya untuk tidak merebut kekuasaan dengan cara yang kotor. Ia menegaskan bahwa tujuan berdirinya UII ialah untuk menjadikan mahasiswa dan dosennya sebagai pemimpin yang profesional, yang akan mengubah masyarakat setelah melakukan perubahan terhadap pribadinya terlebih dahulu dengan berpedoman ilmu amaliyah dan amal ilmiyah.
Kemudian, mantan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) tersebut menghimbau mahasiswa/i baru (maba-miba) untuk tidak mengikuti organisasi yang terikat dengan partai politik. Ia mengutip opini Haidar Nashir yang dimuat oleh koran harian Kompas, bahwa tidak ada partai politik di Indonesia saat ini yang benar-benar bersih. Partai politik malah hanya menjadi beban negara dalam hal pendanaan. Himbauan tersebut juga sebagai jawaban atas pertanyaan mahasiswa baru dari fakultas hukum.
Busyro mempersilahkan maba-miba masuk partai politik saat mereka sudah kuat iman dan memiliki itikad yang baik karena sebenarnya masih ada politisi yang bersih. Di akhir materi, Busyro mengingatkan maba-miba untuk belajar dari sejarah, khususnya dari para tokoh kemerdekaan dan tokoh umat islam yang turut andil dalam mendirikan UII.
Menanggapai materi yang disampaikan Busyro, Dhimas menuturkan bahwa hal tersebut merupakan penegasan ketidakbenaran atas isu yang beredar jikalau UII dan kelembagaan mahasiswanya diintervensi oleh partai politik tertentu. “Contoh kecil ketika kemarin dalam acara 5000 Alumni, ada salah satu organisasi sayap (partai politik tertentu-red), yang tadi pak Busyro sentil,” tutur mahasiswa Ekonomi Islam angkatan 2012 tersebut. (Nurcholis Ma’arif)