Fasilitas Kesehatan Kurang, Divisi Kesehatan Kewalahan

Himmah Online – Universitas Islam Indonesia (UII) kembali menggelar Pesona Taaruf (PESTA) 2024 dengan lebih dari 4.000 peserta terdaftar. Acara berlangsung selama tiga hari, sejak Rabu (04/09) hingga Jum’at (06/09). Selama acara berlangsung, mahasiswa dan mahasiswi baru (maba-miba) sempat jatuh sakit.

Febbi (19), salah seorang staf Divisi Kesehatan, menyebutkan bahwa kasus gangguan kesehatan yang paling banyak dirasakan oleh maba-miba adalah gangguan pencernaan dan maag.

Menurutnya, hal ini disebabkan oleh maba-miba yang tidak sempat sarapan pagi. Selain itu, beberapa maba-miba juga mempunyai penyakit bawaan. Sementara itu, kasus paling berat yang ditemukan berkaitan dengan gangguan pernapasan.

“Sesak. Sama, maaf, ada yang TBC (Tuberculosis) juga, ada yang jantung”, pungkas Narin.

Dalam proses evakuasi, Narin (21) staf Divisi Kesehatan menyatakan terdapat tiga tempat evakuasi bagi maba-miba yang sakit. Tiga tempat tersebut adalah tenda pos kesehatan, ruang mini hospital (minhos), dan rumah sakit (RS).

Penempatan lokasi evakuasi disesuaikan dengan kondisi yang dialami oleh maba-miba. Apabila maba-miba masih kuat untuk melanjutkan kegiatan, divisi kesehatan akan datang dan memberi obat tanpa dievakuasi. Sedangkan apabila sudah tidak kuat, maba-miba tersebut akan dibawa ke posko tenda.

“Habis itu, kalau misalnya memang darurat sekali, kita bisa ke Minhos atau ke RS”, terang Narin.

Staf Divisi Kesehatan Kewalahan

Total seluruh anggota divisi kesehatan berjumlah 55 staf. Dihadapkan dengan sekitar 4000 maba-miba, Narin mengaku kewalahan dalam menangani maba-miba yang jatuh sakit. Jumlah staf divisi kesehatan terlalu sedikit dibanding dengan jumlah maba-miba yang ada.

”Waktu itu, (Divisi Kesehatan) minta untuk tambahan (anggota) lagi, tapi waktunya udah mepet. Gak bisa”, terang Narin.

Sebagai perbandingannya, Narin menjelaskan bahwa dua staf divisi kesehatan bertanggung jawab atas enam jamaah yang terdiri atas 300 maba-miba. “Satu orang harusnya pegang 100 aja, tuh, udah bisa. Kalau lebih dari itu, tuh, emang benar-benar kewalahan banget”, keluh Narin.

Selain jumlah tenaga medis yang kurang mencukupi, terdapat miss communication antar staf. Banyaknya maba-miba yang jatuh sakit membuat komunikasi antar staf terputus, “Karena banyak orang, pasti ada miskom-miskom (miss communication)”, ujar Narin.

Fasilitas kesehatan juga terbatas. Tenda yang digunakan untuk proses evakuasi dinilai terlalu kecil dan sempit. Narin menyebut adanya tenda yang minimalis itu disebabkan karena keterbatasan dana. Juga, dana untuk kebutuhan penyediaan obat-obatan dan sewa ambulance terlampau besar. Sehingga mereka terpaksa setuju dengan ukuran tenda yang minimalis tersebut.

“Terus kan kemarin juga sempat ada masukan untuk tendanya agak gede dan segala macam itu, tapi ternyata nggak di-acc (baca: disetujui) karena terhimpit dana”, jelas Narin.

Akibatnya, dalam tenda tersebut hanya ada kursi untuk menampung maba-miba yang sakit. Bagi maba-miba yang butuh tempat berbaring, mereka akan dilarikan ke minhos.

Kondisi-kondisi di atas membuat Narin berharap agar pihak kampus dan panitia tidak menyepelekan persiapan akan penanganan kesehatan maba-miba. “Sebenarnya lebih aware lagi ya, sama kesehatan. Karena ini kan terkait nyawa orang, ya,” pungkasnya.

Akmel (18), salah satu  miba yang sempat dievakuasi tim kesehatan, mengungkapkan hal senada. Ia berharap kinerja Kesehatan dapat ditingkatkan. 

“Semoga kedepannya di tiap unit kesehatan itu mungkin agak dilebihin. Terus, kayak, jangan cuma di gerombol itu aja. Soalnya, kan, maba sama miba juga nggak sedikit. Terus kalau bisa jangan miskom gitu. Takutnya malah, kayak, memperkeruh suasana”, tuturnya.

Reporter: Himmah/Nurul Wahidah, Muhammad Fazil Habibi Ardiansyah, Agil Hafiz

Editor: R. Aria Chandra Prakosa

Skip to content