Lika-liku Pelaksanaan Semata



Oleh Bethriq Kindy Arrazy

Seperti tahun sebelumnya, ospek yang diselenggarakan di Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia (FE UII) mengambil judul Semangat Ta’aruf (Semata). Kali ini Semata mengusung tema “Generasi Muda Muslim yang Kritis Menuju Generasi Muda Ulil Albab yang Dapat Berkontribusi Dalam Kehidupan Bermasyarakat”. Muhammad Toyo, selaku ketua Steering Comittee (SC), mengatakan tema tersebut dimaksudkan untuk menciptakan generasi mahasiswa muslim yang ulil albab.

Acara kali ini tidak jauh berubah dari Semata tahun 2010, apabila ditinjau dari segi esensi dan makna. Namun Toyo mengungkapkan perbedaan yang menonjol adalah waktu pelaksanaannya, yaitu bertepatan dengan bulan Ramadhan. Dampaknya apabila dahulu panitia sering mondar-mandir karena aktifitas yang intensif, tahun ini aktifitas tersebut dikurangi.

Kendala pun tidak lepas dari acara ini. Ketika persiapan konsep dan pelakasanaan, panitia Semata sempat berkendala dalam hal keuangan. Saat ditemui di kantor LEM FE, Toyo mengatakan hal tersebut disebabkan belum adanya dana yang menyokong persiapan Semata. Tidak tinggal diam, permasalahan ini disiasati panitia dengan meminjam dana dari Lembaga Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekonomi (LEM FE) sebesar 10 juta. “SC menerima peminjaman dana sebesar 5 juta untuk keperluan buku panduan Semata buat para maba dan miba,” jelasnya.

Alwi Abdul Rachman, selaku ketua Organizing Comitte (OC), memberikan penjelasan tentang peminjaman dana ke LEM FE. Menurutnya peminjaman ini sudah disepakati pihak LEM FE dan panitia. Panitia pun mempergunakannya untuk membiayai segala persiapan Semata yang dinilai cepat, “Dana 10 juta dibagi dua. Buat SC dan OC yang masing-masing mendapatkan 5 juta,” ujarnya.

Ketua LEM FE, Miko Yuhansyah pun angkat bicara terkait peminjaman dana Semata yang memakai dana lembaga yang dipimpinnya. Menurutnya pihak LEM memang telah menyepakati peminjaman dana tersebut, sehingga dibuatlah kesepakatan bersama antara LEM dan panitia.[RP1] Disebabkan tahun ini LEM tidak memiliki anggaran untuk Semata, maka mereka mengucurkan dana ke Panitia hasil dana triwulan yang baru saja turun. Selanjutnya oleh LEM FE dana tersebut didistribusikan ke Organizing Comittee (OC).

Miko Menambahkan alasan keterlambatan dana Semata, disebabkan oleh ketidakpastian DPM U mengirimkan dana yang dibutuhkan panitia. Dana ospek sendiri berorientasi dengan jumlah mahasiswa baru, sedangkan registrasi mahasiswa sempat diundur. Otomatis penghitungan rdana ospek yang diturunkan ke panitia pun belum dapat dilakukan.

Dihubungi melaui pesan singkat, Hadri Kusuma, dekan FE, menjelaskan perihal pengunduran penerimaan mahasiswa baru. Ia mengakui bahwa hari terakhir penerimaan maba-miba yaitu tanggal 3 Agustus. Kemudian di sore hari itu dirinya memperoleh informasi dari rektorat bahwa masih terlihat calon maba-miba yang masih mengantri untuk mendaftar. Selanjutnya pendaftaran pun dilanjutkan esok harinya, tanggal 4 Agustus.

Ferry Anggriawan, Ketua DPM FE, di sela-sela rapat evaluasi, menjelaskan langkah peminjaman dana ini diambil demi kelancaran acara Semata. Ia mengatakan dana dari DPM sendiri terdiri dari dua tahapan. Dana pertama diterima seminggu sebelum Semata, yang selanjutnya didistribusikan kepada OC. [RP2]

Selain terkendala pada dana, Toyo mengungkapkan sempat terkendala pada persiapan. Misalnya SC yang terbentuk seminggu setelah Rapat Kerja (Raker) Lembaga Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekonomi (LEM FE). Toyo memaparkan hal tersebut terkesan mendadak dan sangat cepat. “Sebelumnya saya sempat pesimis, untuk kelancaran acara Semata, mengingat waktu yang mepet dan desakan yang intensif dari pihak DPM,” ujarnya.

Akhirnya SC Semata yang dibentuk atas perwakilan lembaga, UKM dan Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) FE, terdiri dari sembilan orang. Dengan dua komisi di dalamnya.

Alwi pun memiliki pendapat yang sama dengan Toyo, perihal persiapan Semata yang mendadak dan cepat, “Menurut saya pribadi waktu yang disediakan sangatlah kurang, kalau bisa seharusnya sebelum hari-H sudah jadi konsepnya,” ujarnya. Sedangkan bagi perekrutan panitia OC, ia menjelaskan tidak ada kendala yang signifikan. Menurutnya perekrutan yang memakan waktu 3 sampai 4 hari membuahkan hasil yang memuaskan. Pada waktu yang telah ditentukan, sekitar 200 orang telah mendaftar, kemudian 160 orang diantaranya diterima menjadi panitia OC. Panitia OC tersebut kebanyakan dari angkatan 2010.

Sementara itu di lapangan sorak, Semata menampilkan ajang kreasi  UKM FE, visualisasi Lembaga Mahasiswa FE dan ekspresi minat dan bakat oleh maba-miba. Dari pantauan KOBARkobari, ditengah-tengah acara yang berlangsung nampak beberapa maba-miba yang mengantuk, bermalas-malasan dengan menyandarkan tubuh di tembok, serta mengobrol dengan teman di sampingnya. Kondisi tersebut berlangsung pula ketika materi kelas berlangsung. Di sudut belakang kelas, beberapa peserta bahkan tertidur saat pemateri kelas menyampaikan materi.

Zakiyah Raifana Ausi, miba jurusan manajemen berpendapat, acara Semata yang diikuti olehnya ini tidak efektif karena pelaksanaan yang bebarengan dengan bulan Ramadhan. Ditambahkan lagi oleh Zakiyah acara yang berlangsung cenderung membosankan dan monoton.

Hal yang berbeda diungkapkan oleh Dwi Geovani. Menurut  maba jurusan manajemen ini, selain ingin mencari teman dan pengalaman, ia ingin mengenal kampusnya. “Acaranya bermanfaat mas, karena sempat diajarkan ilmu keislaman dan kelembagaan mahasiswa,” tuturnya.

Gerry Wiharwa mengungkapkan hal yang sama seperti yang di utarakan oleh Dwi Geovani. Gerry menceritakan meskipun orang yang didaulat mejadi MC monoton dan acaranya berlangsung lama, ia menilai acara ini bermanfaat. Hal itu dapat ia katakana lantaran ada sesi pengenalan lembaga mahasiswa yang ada di FE. “Sebenarnya puasa gak jadi alasan buat malas-malasan ikut Semata,” semangat mahasiswa Akuntansi ini.

Maba-miba berguguran

Lebih tepatnya pertengahan hari pertama, terlihat beberapa maba-miba tergolek sakit akibat yang terik dan panas. Kondisi ini tidak dapat terhindari, mengingat panitia sudah mengantisipasi dengan mendirikan tenda di tengah lapangan sorak.

Andhika Bagus, Koordinator divisi kesehatan, mengungkapkan awalnya ia sempat pontang-panting menangani kesehatan maba-miba, “Yang sakit tidak seberapa, tetapi yang merasa sakit dan tidak kuat lumayan banyak,” jelasnya. Menurut data yang diperoleh KOBARkobari dari divisi kesehatan, sebanyak 19 miba dan 6 maba terserang sakit pada hari pertama. Sedangkan hari kedua yang terdaftar yaitu sebanyak 7 miba dan 4 maba. Penyakit-penyakit maba-miba tersebut beragam menurut Dhika, misalnya jantung lemah, hepatitis A, asma dan maag.

Di divisi kesehatan, Dhika dibantu oleh 17 orang. Selain itu ada kerjasama dengan Tim Bantuan Medis Mahasiswa (TBMM) dan Palang Merah Indonesia (PMI). Dhika memaparkan bantuan yang diberikan PMI berupa tandu, obat-obatan, oksigen dan tenaga, 1 perawat, 3 asisten dan 1 sopir. Sedangkan dari TBMM bantuan yang disalurkan berupa obat-obatan dan tenaga medis.

Sebelum ini, Dhika mengungkapkan divisi kesehatan telah melakukan persiapan. Persiapan tersebut seperti mensosialisasikan kepada maba-miba agar menuju ke divisi kesehatan apabila tidak kuat mengikuti kegiatan. Tidak sampai disitu, divisi kesehatan mempersiapkan tiga ruangan yang berdekatan dengan lapangan sorak untuk menangani maba-miba yang sakit.

Nur Aditya, salah seorang perwakilan TBMM, mengutarakan bentuk kerjasama yang dilakukan dengan divisi kesehatan. Selain obat-obatan menurutnya tim dari TBMM memberikan pelatihan medis bagi divisi kesehatan.

Miba jurusan Akuntansi, Sinta Ratnaningtyas Shinta Dewi, merupakan salah seorang yang sakit. Menurut Sinta, ia sakit sejak 3 hari yang lalu sebelum Semata dimulai, ”Sebelumnya sudah pernah izin sakit, tetapi kata pemandunya Semata itu wajib,” ceritanya.

Hal serupa diungkapkan oleh Intan Lentera, menurutnya kondisi badanya lemah dikarenakan dada yang sakit disertai batuk dan pilek. AKhirnya materi kelas pun tidak dapat diikuti keseluruhan semenjak pagi.

Reportase bersama Mellysa V. Nabila


Skip to content