Pola penanganan yang tidak serius memberikan kesan pemborosan anggaran.
Oleh: Moch. Ari Nasichuddin
Yogyakarta, Himmah Online
Launching Majalah Himmah edisi 2 No.2/thn.XLVI/2013 ditandai diskusi tentang rubrik laporan utama bertajuk “Menggugat Megaproyek Terlantar”. Hadir di sana Betriq Kindy Arrazy (Pemimpin Redaksi LPM Himmah UII), Yusron Mustopa (Ketua Komisi II DPRD Kulon Progo), dan Dyah Mutiarin (Pengamat Kebijakan Publik dan Dosen Fisipol UMY). Dalam uraiannya, Betriq Kindy Arrazy mengatakan sebenarnya tidak hanya Pasar Seni Gabusan, Taman Kuliner, dan Pasar Seni Sentolo saja proyek yang dinyatakan terlantar. Masih ada proyek yang lain seperti Kulon Progo Fish Center, Rest Area Temon, XT Square dan lain sebagainya. Proyek-proyek yang tersebar di kabupaten dan kota di DIY ini mempunyai biaya pembangunan yang tidak sedikit. Jumlahnya mencapai miliaran rupiah. Tetapi karena pola penanganan yang tidak serius memberikan kesan pemborosan anggaran.
Yusron Mutopha angkat bicara. Ia menjelaskan bahwasanya mahasiswa juga membayar pajak untuk negara. Contohnya pajak motor. Yusron menegaskan sudah menjadi hak setiap warga negara untuk menikmati hasil dari pembayaran pajaknya. Salah satunya melalui proyek-proyek yang dibangun oleh pemerintah daerah.
Menanggapi pernyataan di atas, Dyah Mutiarin mengatakan ada indikator yang menjadi patokan suatu proyek itu ideal. Diantaranya aksesbilitas, akomodasi, dan point of interest. Ia juga menuturkan setiap kebijakan pasti ada tujuannya. Seperti pertumbuhan ekonomi, pemerataan, dan preferensi warga.
Acara ini diakhiri dengan penyerahan cover majalah Himmah terbaru dari Pemimpin Redaksi LPM Himmah UII kepada Pemimpin Umum LPM Himmah UII, Taufan Ichtiar Khudi Akbar.