Sinergi Dua Ormas Islam Membangun Peradaban

Himmah Online, Kampus Terpadu – Sabtu, 9 Februari 2016 Fakultas Ilmu Agama Islam Universitas Islam Indonesia (FIAI UII) mengadakan seminar nasional dengan mengangkat tema ‘Sinergi NU dan Muhammadiyah Membangun Peradaban Rahmatan Lil ‘Alamin’. Seminar yang bertempat di gedung Kahar Muzakkir, Kampus Terpadu UII tersebut mengundang KH. Musthofa Bisri dan H. Syafiq A. Mughni sebagai pembicara.

Gus Mus, panggilan akrab KH. Musthofa Bisri mengatakan bahwa Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU) sudah memliki tiga modal yang sama untuk bersinergi. Pertama, pendiri kedua organisasi massa (ormas) Islam tersebut yaitu, KH. Hasyim Asyari dan KH. Ahmad Dahlan memiliki guru yang sama saat sedang belajar di Hijaz yaitu, KH. Ahmad Khotib Al-Minangkabawi. Muhammadiyah dan NU menganut ilmu islam yang otentik, artinya ilmu yang didapat memiliki sanad sampai ke Rasulullah dan dapat dipertanggungjawabkan.

“Mereka (Muhammadiyah dan NU) sama-sama mempunyai tradisi pendalaman ilmu islam,” terang Gus Mus yang pernah menjabat sebagai Rais Aam Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) periode 2014-2015.

Kedua, Kecintaan Muhammadiyah dan NU kepada ibu pertiwi. Hal tersebut dibuktikan dengan dengan banyaknya tokoh nasional yang memproklamirkan kemerdekaan Indonesia berasal dari kedua Ormas tersebut. Ketiga, ruh dawah atau ‘semangat mengajak’ yang sekarang menjadi krisis di Negeri ini. Ulama Muhammadiyah dan NU berdakwah dengan meniru apa yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Perbedaannya hanya terletak pada tempat dakwah. Jika Muhammadiyah cenderung di daerah perkotaan, maka NU memilih daerah pedesaan.

Saya optimis masa yang akan datang NU dan Muhammadiyah punya peran yang semakin besar,” Syafiq mengawali materinya. Ia mengatakan bahwa NU dan Muhammadiyah mempunyai tantangan yang sama terhadap persoalan-persoalan kebangsaan. Kerusakan moral, baik moral individual maupun moral publik. Ia meyakini perkiraan Nurcholis Madjid bahwa pada tahun 2025 merupakan massa keemasan umat Islam dimana NU dan Muhammadiyah bersinergi dalam arti yang sebenar-benarnya. Pada saat itu NU dan Muhammadiyah memiliki pemikiran, pemahaman dan idiom yang semakin sama. Sudah tidak lagi membicarakan dasar dan bentuk Negara maupun tentang menerima demokrasi atau tidak.

Wakil ketua PP Muhammadiyah 2015-2020 tersebut juga menjelaskan bahwa saat ini Muhammadiyah sudah mengenal tasawuf atau tradisi-tradisi masyarakat yang bisa dimanfaatkan dalam rangka dakwah islamiyah. Bukan lagi tentang menerima atau menolak, tetapi sebisa mungkin dapat mencerahkan umat. “sekarang, orang Muhammadiyah ziarah kubur sudah tidak asing,” Syafiq mencontohkan.

Selain saling memahami dan menghargai, jiwa at-taawun harus dimiliki dalam dakwah islamiyah. Kompetisi antara NU dan Muhammadiyah memang harus ada karena antara keduanya saling mengukur keberhasilan dakwahnya satu sama lain. Hanya permasalahan politik praktis yang seringkali membuat tidak nyaman antar kedua ormas tersebut.

Mochammad Ali Shodiqin, penulis buku ‘Muhammadiyah itu NU’ bertanya saat sesi tanya jawab tentang wacana dari Syafii Maarif untuk melembagakan antara Muhammadiyah dan NU guna meningkatkan kesinergisan antar keduanya.

Gus Mus mempersilahkan untuk membuat lembaga seperti itu. Namun, ia berpendapat sudah terlalu banyak lembaga-lembaga berdiri atas dasar untuk mempersatukan umat. “kalau perlu sampeyan datengin pimpinan-pimpinan ormas-ormas itu, NU dan Muhammadiyah, mendeklarasikan membubarkan organisasi masing-masing supaya umat bersatu,” guyon Gus Mus menjawab pertanyaan Ali.

Di akhir acara Gus Mus membacakan puisi dengan judul “Allahu Akbar”;

Allahu Akbar,

Pekik kalian menghalilintar membuat makhluk-makhluk kecil tergetar

Allahu Akbar, Allah Maha Besar

Urat-urat leher kalian membesar meneriakkan Allahu Akbar

Dan dengan semangat jihad nafsu berjihad kalian membakar apa saja yang kalian anggap mungkar

Allah Maha Akbar, Allah Maha Besar

Seandainya 5 milyar manusia penghuni bumi ini sesat semua, atau shaleh semua

Tak sedikitpun mempengaruhi kebesaranNya

Melihat keganasan kalian, aku yakin kalian belum pernah bertemu Ar-Rahman, yang kasih sayangNya meliputi segalanya

Bagaimana,

Bagaimana kau begitu berani mengatasnamakanNya ketika dengan pongah kamu melibas mereka yg sedang mencari jalan menujuNya?

Mengapa kalau mereka memang pantas masuk neraka tidak kalian biarkan saja Tuhan mereka yang menyiksa mereka?

Kapan kalian mendapat mandat wewenang dariNya untuk menyiksa terhadap laknat?

Allahu Akbar

Syirik adalah dosa paling besar

Dan syirik yg paling akbar adalah mempersekutukanNya, dengan mempertuhankan diri sendiri, dengan memutlakan kebenaran sendiri

Laa ilaha illa Allah, Muhammada Rasulullah.

Podcast

Baca juga

Terbaru

Skip to content