Himmah Online, Kampus Terpadu – Manajemen aksi yang dilaksanakan di parkiran Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia (FK UII) pada Sabtu (12/08) menjadi materi terakhir dalam rangkaian Pesona Taaruf (PESTA) 2023. Dalam manajemen aksi tersebut mahasiswa dan mahasiswi baru (maba-miba) UII diberikan kesempatan untuk belajar menyampaikan aspirasi dengan berdemonstrasi dan berorasi.
Rangkaian manajemen aksi tersebut diawali dengan pemberian materi dan praktik demonstrasi. Maba-miba dipecah ke dalam kelompok-kelompok kecil. Pada masing-masing kelompok terdapat satu pemantik yang berasal dari fungsionaris DPM maupun LEM. Usai materi diberikan oleh para pemantik, mereka diarahkan kembali berkumpul ke panggung utama untuk mendengarkan orasi terbuka. Sesi ini ditandai dengan kedatangan mobil aksi yang mengangkut para orator beserta spanduk-spanduk bertuliskan kritik ala mahasiswa.
Mobil aksi tersebut lalu berhenti di depan panggung. Orator yang berasal dari panitia berorasi. Setelah itu beberapa maba yang ditunjuk, maju untuk berorasi terbuka di atas panggung di depan 4000-an maba-miba lainnya.
Selain menjadi tempat untuk belajar berorasi, momen ini juga menjadi panggung bebas untuk berekspresi bagi maba. Maba yang maju berorasi diberikan tema besar oleh panitia, yaitu hak mahasiswa dalam pendidikan. Sedangkan dalam penjabarannya mereka diharuskan untuk berimprovisasi.
Virdan, salah satu maba yang berkesempatan maju untuk berorasi, mengungkapkan bahwa aksi seperti ini masih relevan bagi mahasiswa. Baginya, meskipun tren saat ini banyak pendapat dan gagasan disampaikan melalui media online, kegiatan ini masih menjadi salah satu cara dalam berekspresi dan menyuarakan aspirasi. “Kalau aksi, mah, hanya bentuk ekspresi gitu,” jelas Virdan.
Rule Junior (20), ketua Organizing committee (OC) PESTA 2023, menjelaskan bahwa di antara tujuan adanya sesi manajemen aksi adalah sebagai sarana untuk memancing daya pikir kritis dan keberanian mahasiswa dalam menyampaikan pendapat sebelum mereka masuk ke dunia perkuliahan.
Dalam sesi manajemen aksi tersebut panitia tidak memberikan tema yang spesifik. Hal ini dijelaskan oleh Marcel Dewa, ketua Steering Committee (SC) PESTA, bahwa isu isu pendidikan sangat banyak, sehingga cakupannya jadi bisa lebih luas. “Jadi kita tidak membatasi hanya pada satu isu saja,” tandasnya.
Tingginya biaya Catur Dharma menjadi isu yang paling banyak diangkat oleh maba-miba. Rule menilai bahwa hal itu tak lepas dari isu kampus yang paling mengemuka, khususnya yang belakangan kerap terdengar dari berbagai perguruan tinggi negeri. “Itu mungkin, kalau dari saya pribadi, menangkapnya lebih ke arah miss dari mahasiswa-mahasiswa baru,” ungkapnya.
Meski hanya simulasi, Dalam sesi manajemen aksi tersebut maba yang mendapat kesempatan untuk berorasi di panggung berhasil membuat seisi lapangan bergelora. Seluruh maba ikut bersorak dan bertepuk tangan. Mereka antusias menyambut orasi yang disuarakan oleh para orator.
Reporter: Himmah/Muhammad Fahrur Rozi, Magang Himmah/Said Hidayatullah, Subulu Salam
Editor: R. Aria Chandra Prakosa