Himmah Online, Yogyakarta – Sekelompok anak muda yang tergabung dalam komunitas Gusdurian mengadakan Ziarah Budaya dalam rangka memperingati sewindu haul Gus Dur di Auditorium Driyakara Universitas Sanata Dharma (USD) pada Senin, 6 Februari 2018 lalu.
Acara malam itu turut dihadiri Nyai Shinta Nuriyah Wahid istri mendiang Gus Dur, Johannes Eka Priyatma selaku Rektor USD, Buya Safii Ma’arif, Mahfud MD, Gusti Kanjeng Ratu Hemas, serta berbagai tokoh bangsa dan agama lainnya. Acara yang berlangsung kurang lebih selama 4 jam tersebut juga dihibur oleh penyanyi Glenn Fredly.
Bukan sebuah kebetulan USD yang didirikan oleh para pastor dipilih sebagai lokasi Ziarah Budaya tokoh yang lahir dari pesantren. Selama hidupnya, sosok dengan nama lengkap KH. Abdurrahman Wahid ini selalu mengajarkan tentang arti keberagaman. “Untuk itulah saya rasa Sanata Dharma perlu terlibat dalam kegiatan Ziarah Budaya ini,” ungkap Johanes dalam pidato sambutannya.
Johanes juga mengatakan bahwa kita harus berbangga karena sebagian anak-anak muda berani menjadi Gus Dur-Gus Dur muda untuk zaman ini. “Indonesia rindu akan hadirnya Gus Dur muda yang dengan gagah berani mengambil sikap tegas tanpa komporomi membela martabat kemanusiaan Indonesia di tengah kepentingan sempit berbagai kelompok memperebutkan kekuasaan,” ucap Johanes.
Mahfud MD, salah satu orang terdekat Gus Dur bercerita bagaimana cucu Hasyim Asyari tersebut menjelaskan pluralism. Bagi Gus Dur, pluralisme ibarat sebuah rumah besar yang memiliki banyak kamar. “Gus Dur mengibaratkan kamar-kamar tersebut ditempati oleh masing-masing agama dan kepercayaan di Indonesia,” ujar Mahfud.
“Ada kamar Islam, ada kamar Kristen, ada kamar Hindu, ada kamar Kejawen, biarkan saja, mereka bebas melakukan apapun,” ujar Mahfud menirukan cerita Gus Dur. Kemudian lanjut Mahfud, ketika masing-masing penghuni keluar dari kamar dan berkumpul di ruang tengah mereka harus tunduk pada kesepakatan bersama yang mereka buat.
“Ketika di kamar silahkan lakukan apapun sesuai peraturan kamar, namun ketika sudah bertemu di lapangan perjuangan, politik, dan kenegaraan yang bernama Indonesia kira harus bersama. Itulah yang disebut Pluralisme” ucap mantan menteri pertahanan kabinet Persatuan Nasional semasa Presiden Gus Dur.
Selain itu, Mahfud juga bercerita soal bagaimana ketegasan Gus Dur. Selama itu adalah kebenaran, Gus Dur akan terus memperjuangkan hal tersebut apapun resikonya. Saat menjadi Presiden, ketika berbicara, Gus Dur tidak pernah menghitung resiko politiknya seperti akan dimarahi, dimusuhi, dijatuhkan. “Nggak apa-apa. Karena saya, kata Gus Dur bicara benar” cerita Mahfud dalam orasi budayanya.
Malam itu turut dibacakan doa lintas iman dan kolaborasi puisi Gus Dur oleh tokoh lintas agama. Suasana juga bertambah syahdu ketika Syiir tanpo Waton dikumandangakan oleh Paduan Suara Gereja Kristen Indonesia (GKI) Gejayan berkolaborasi dengan kelompok Hadrah Pondok Pesantren.
Tidak ketinggalan, Glenn Fredly juga ikut memeriahkan Ziarah Budaya malam itu. Glenn Fredly bercerita meski ia hanya mengenal Gus Dur Lewat buku namun baginya bicara tentang Gus Dur adalah bicara tentang guru bangsa. “Banyak angel, banyak layer dan spectrum untuk melihat seorang Gus Dur sebagai tokoh pemersatu,” Ujar Glenn. Malam itu Glenn membawakan tiga lagu. Salah satunya adalah Nyali Terakhir yang merupakan OST film Surat Dari Praha.
Namun kita sadar, tidak ada yang mengenal Gus Dur lebih daripada Nyai Sinta Nuriyah Wahid. Pada acara malam itu Sinta mengenang bagaimana Gus Dur berjuang untuk menjaga perbedaan kebudayaan yang ada di Indonesia. “Bagi Gus Dur Kebudayaan adalah segmen dasar dari kemanusiaan” ujar Sinta.
Sinta menjelaskan cara Gus Dur untuk merawat Kebudayaan tersebut dengan cara berdialog, berinteraksi, dan berkomunikasi secara intens baik secara formal maupun non formal serta diiringi dengan gurauan-gurauan.
Sinta juga menambahkan bahwa Gus Dur memilik kemampuan yang luar biasa untuk mampu menyatukan sebuah perselisihan yang sedang terjadi. “Gus Dur memiliki kemampuan dan kesabaran dalam menyelesaikan perselisahan yang terjadi hingga mucul perdamaian,” tutur wanita yang pada Desember 2017 yang lalu masuk ke dalam daftar 11 wanita berpengaruh Dunia.
Ziarah Budaya dalam rangka sewindu Haul Gus Dur malam itu merupakan acara puncak dari rangkaian acara yang telah dilaksanakan sejak akhir Desember lalu. Secara keselurahan ada 66 rangkaian acara seperti diskusi intelektual, pameran foto, pembuatan mural, dan pentas seni dan berakhir dengan Ziarah Budaya di Yoyakarta.