Ullen Sentalu: Melestarikan Warisan Tak Bendawi

fotoulen

Tampak petugas dan pengunjung yang sedang berada di depan pintu masuk museum ullen sentalu, Jl. Boyong, Kaliurang, Kabupaten Sleman, Yogyakarta, Jumat(1/11).
(Foto Oleh: Ayoni Sulthon)

Oleh: Galuh Ayu P.

Kaliurang, HIMMAH ONLINE

Seni dan kebudayaan Jawa. Di abad modern kini, saat tak banyak orang yang melirik warisan leluhurnya tersebut, Ullen Sentalu adalah salah satu museum yang masih mempunyai hasrat untuk melestarikannya. Nama museum yang terletak di Jl. Boyong, Kaliurang, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta ini diambil dari kalimat ulating blencong sejatine tataraning lumaku, yang artinya, cahaya lampu blencong (lampu wayang) sebagai pelita kehidupan manusia. “Harapannya, museum ini menjadi penerang seni dan kebudayaan Jawa. Kayak lampu blencong, penerang, biar jadi pedoman hidup setiap budaya jawa,” jelas Dwi Utami, tour guide Museum Ullen Sentalu.

Menilik sejarah berdirinya Ullen Sentalu, Dwi memaparkan, museum tersebut sudah berdiri selama 16 tahun, terhitung sejak 1997, yang diresmikan oleh KGPAA Paku Alam VIII dan dirintis oleh keluarga Haryono yang terpanggil untuk melestarikan seni dan kebudayaan Jawa, di bawah Yayasan Ulating Blencong. Pendirian museum ini sendiri lebih menitikberatkan pada warisan budaya yang bersifat intangible (tidak bendawi/tidak berwujud). Misalnya saja tari, musik, ataupun filosofi.

Ada beberapa area di dalam museum ini, dimana setiap area menyimpan seni dan kebudayaan Jawa yang berbeda-beda. Area pertama adalah ruang seni tari dan gamelan. Area kedua adalah Guwa Sela Giri. Guwa Sela Giri merupakan ruang bawah tanah yang menyuguhkan berbagai cerita sejarah Dinasti Mataram, terwujud dalam bentuk lukisan-lukisan. Kita juga akan menemukan lima ruang terapung bernama Kampung Kambang di area ketiga. Lima ruang tersebut menyimpan beragam peninggalan seni dan budaya Jawa beserta filosofinya. Sebut saja ruang bilik syair Tineke (putri Sunan Paku Buwono XI), ruang Ratu Mas, ruang batik Vorstendlanden Surakarta dan Yogyakarta, ruang batik Pesisiran, dan ruang Putri Dambaan. Sedangkan area terakhir adalah ruang Sasana Sekar Bawana, yaitu sebuah ruang yang menyajikan beberapa lukisan raja Mataram.

“Dibandingkan dengan kebudayaan tangible (bendawi-red) yang dapat dikonservasi melalui sistem dan prosedur standar serta dikomunikasikan dengan lebih mudah, mengingat adanya benda budaya, kebudayaan intangible sangat rentan untuk punah dan pudar digerus perubahan zaman. Museum Ullen Sentalu didirikan sebagai jawaban pola konservasi dan komunikasi kebudayaan Jawa, sehingga generasi masa kini dapat mengenal, memahami, dan takjub akan kebudayaan yang sejatinya adalah milik mereka,” papar pihak Yayasan Ulating Blencong melalui pesan Electronic-mail-nya.

Berita sebelumnya
Berita Selanjutnya

Podcast

Skip to content