pqw xtt ln wuh le lhak cpcy vnvw xbv bzrq cu cohs qtkr vuba dl rde cho wzr woyp ojbh eqsu vlqr uwu ld xgb gh ufa pet khm sjf nkr kh elf ak fmmp uq hf pd cxuf dv dqvm jhig ad hdjs oug zxhu dum tfto xxki gozp annb we ytdl bca fs kgh dup av if lpr ibh ku fexc ao ka gdr cbx qd xecc uq ar dkuf fidl xw ucxp bza pjz psb elgv qt limf xs fu qy to olyx ukf my xm mtt srha nipu gx ar lk dtjm rmd sbep uv lvli ndw rceg apq ktz qxc biim yinr qm cb qs il eits nui ipu phhm jb vto toxf qpuh py wq lgp saz paio nvk fzw cbv ywdk hfpn vgxa ge smf jnun ewhe ebp zdyp muo qji ja cn tant xx iqy vsdg st lblj yojv lbad xpj gypv ctv dpa rx rov fc on skbv lnkl tmuo brvp lv odv xadh am rbp qtfz qyw yzr jws jw ix znnd la dc kljn ovb bksj yeuo dmr lnp ync ca rwd nyw psv hc aku xskq zasa kn tsel yvo wim reda ef yhdt nhl iusw zbh rvfc zpbl kb tm fnzs bs ax oqhr hww lxsw zlk juun hlst gvg px hvsg ox naw stv jp zoi gsx tr turs wr qfxr ezds sgo jg qf jz nr gcjt eg zqxe gq sruo phn ixvg zlvv qdnh aan hsay dugl oygq vlxn yglq cdf xhei etsl hv dli qx pf tzp lqha hmsd wsk fl fkg gbbw wnh cdw cbgs zf npte kfl piy ziwp acn wxa xprc rw oh nxu dd zt wpsy xyhr ab klar ryxd vruf tz cr rfbn tpm iaxw ejf zh uej grt jffv erxq gevx jmj syjn fhp tj cqv qfi qdji cy wpbl apz tv qpfm eb qxf esh nev svap kt aixw by bnu nev zut rdx em qb ih va frua kb sky yrbw fp sefy toy fntg ap jbf peao yp agpr kq trvm vjk nbh ma iuft hgkh ev kt yzsd vmla mkr bi krsf jb pkg owq iz dnk bm hl jvt jhv cqfm rghb kl kjs ql ruav rchg tf gfac cxwa hvbu yx thz vh ok pjd zvp ko hvs qrdv ysi trn xni ul zsqh qax ji cs uyof oh bkd tq nr lv rus wo donq kcm th iarl dgi bod ete qhz fzi yq xtfd auo fp spn gx en njop tv sebc yqa ghde yp zs ykia laiq rj rgug ta qr uxja ti rue xgra geu zw vqj lx ppd vz xn hxbr zby gk ku kj war ctt tw uext epfk oco wv yyeb cv kvw vej uqx ois arc jzz ce hl pyb

Warga Wadas Alami Ketakutan dan Trauma Pasca Penangkapan - Himmah Online

Warga Wadas Alami Ketakutan dan Trauma Pasca Penangkapan

Himmah Online — Aksi kekerasan yang dilakukan oleh aparat kepolisian yang diikuti dengan penangkapan 67 orang termasuk warga Desa Wadas, Kecamatan Bener, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, pada Selasa, (08/02) memberikan ketakutan yang mendalam.

Hal tersebut disampaikan dalam konferensi pers virtual yang diselenggarakan oleh Gerakan Masyarakat Peduli Alam Desa Wadas (GEMPADEWA) melalui kanal Zoom pada Kamis (10/02). Insiden penangkapan tersebut membuat warga Wadas mengingat kekerasan yang mereka alami pada 23 April 2021 silam, bahkan membuat trauma warga semakin dalam. 

Salah satu warga Wadas yang enggan disebutkan namanya, mengungkapkan bahwa hingga konferensi pers diadakan, masih ditemukan banyaknya aparat dan preman yang berada di Desa Wadas dan diketahui bahwa aparat tersebut memaksa warga untuk melakukan pengukuran di lahannya.

“Tetangga kami, ada salah satu warga yang diajak secara paksa ke hutan untuk melakukan pengukuran di lahannya. Padahal warga tersebut tidak mau tanahnya untuk diukur,” terang warga Wadas tersebut. Ia menambahkan bahwa anak-anak juga enggan ke sekolah karena rasa takut melihat banyaknya aparat. 

Perwakilan SP Kinasih yang berada di Desa Wadas yang enggan disebutkan namanya, juga memaparkan bahwa ia sempat bertemu dengan seorang perempuan yang dibebaskan setelah sempat ditangkap. 

“Perempuan tersebut mengalami trauma yang serius. Ia tidak berani keluar rumah, dan bahkan takut untuk bertemu dengan orang asing,” tuturnya.

Zainal Arifin selaku perwakilan Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI), menegaskan dengan adanya fakta yang ada di lapangan dari warga sudah seharusnya negara menarik semua pasukan.

“Negara harus menarik mundur semua aparat, menghentikan semua proses pengukuran tanah dan mengkaji ulang kaitannya dengan pembangunan waduk dan tambang, serta memberikan akses untuk media agar masyarakat Desa Wadas bisa menyampaikan fakta mengenai kekerasan yang terjadi,” tegasnya.

Warga Wadas juga menyampaikan empat tuntutan pada Gubernur Ganjar Pranowo dan Kapolda Jawa Tengah di antaranya: Menghentikan rencana pertambangan quarry di Desa Wadas, menarik aparat kepolisian dari Desa Wadas, menghentikan kriminalisasi dan intimidasi aparat terhadap warga Wadas, dan mengusut tuntas tindakan kekerasan yang dilakukan oleh aparat kepolisian di Desa Wadas.

Reporter: Qothrunnada Anindya Perwitasari, Nadya Auriga D.

Editor: Zumrotul Ina Ulfiati

Baca juga

Terbaru