Forest Green Rovers: Klub Sepak Bola Ramah Lingkungan

Himmah Online – Sepak bola adalah salah satu olahraga paling populer di dunia, dengan jutaan penggemar yang tersebar di berbagai belahan bumi. Namun, di balik kemeriahannya, olahraga ini juga memberikan dampak negatif terhadap lingkungan. Mulai dari emisi karbon yang dihasilkan oleh perjalanan tim dan penggemar, penggunaan berlebih energi di stadion, hingga limbah makanan dan plastik yang dihasilkan setiap pertandingan. Sepak bola telah memberikan tekanan signifikan terhadap lingkungan.

Stadion sepak bola modern seringkali menggunakan energi dalam jumlah besar. Pencahayaan lapangan yang terang, layar video raksasa, sistem suara, dan berbagai fasilitas lainnya membutuhkan pasokan listrik yang signifikan. Banyak stadion yang masih bergantung pada sumber energi konvensional yang tidak terbarukan, seperti batu bara atau gas alam, yang berkontribusi pada peningkatan emisi gas rumah kaca. Konsumsi energi yang besar ini tidak hanya terjadi selama pertandingan, tetapi juga saat persiapan dan pemeliharaan stadion.

Selain itu, konsumsi air yang berlebihan juga menjadi perhatian, terutama dalam pemeliharaan lapangan sepak bola. Penyiraman rumput secara teratur dan penggunaan pupuk kimia dapat berdampak negatif pada sumber daya air lokal dan kualitas tanah. Lapangan yang terawat baik memang penting untuk permainan yang berkualitas, tetapi jika tidak dikelola dengan bijak, dampaknya bisa merugikan lingkungan.

Berangkat dari kesadaran akan dampak ini, Forest Green Rovers (FGR) berinovasi menjadi klub yang ramah lingkungan. Klub ini menegaskan bahwa keberhasilan tidak hanya tercermin dari trofi yang mereka raih, tetapi juga dari jejak positif yang mereka tinggalkan pada bumi.

Klub yang berbasis di Nailsworth, Gloucestershire, Inggris ini menjadi pusat perhatian global karena upayanya dalam menjalankan sepak bola yang ramah lingkungan. Dengan lapangan yang sama hijaunya dengan visi mereka, klub ini menempatkan lingkungan sebagai salah satu aspek di antara target prestasi dan manajemen yang baik.

FGR dipimpin oleh Dale Vince, seorang pengusaha dan aktivis lingkungan asal Inggris yang terkenal karena kepemimpinannya dalam mempromosikan energi hijau. Dia adalah pendiri dan pemilik Ecotricity, sebuah perusahaan energi terbarukan yang berbasis di Inggris yang memasok listrik dari sumber energi angin, matahari, dan biomassa.

Di bawah kepemimpinan Dale Vince, klub ini menunjukkan bahwa tujuan yang luhur dan kesuksesan dalam olahraga tidak bertentangan dengan tanggung jawab sosial dan lingkungan.

Sejarah Klub

FGR didirikan pada tahun 1889 dan merupakan salah satu klub tertua di Inggris. Bermula dari kompetisi lokal di Dursley dan Stroud di awal abad ke-20, FGR meniti perjalanan panjang menuju kesuksesan. 

Melalui Liga Senior Gloucestershire Utara pada tahun 1950-an dan Liga Hellenic pada tahun 1980-an, mereka akhirnya mencapai Divisi Utama Liga Selatan pada 1997, dan setahun kemudian, naik ke Liga Nasional. 

Pada tahun 2010, klub ini sempat berada di ambang kebangkrutan dan diambil alih oleh Dale Vince, seorang pengusaha yang juga pendiri perusahaan energi terbarukan, Ecotricity. Pengambilalihan oleh Vince inilah yang menandai dimulainya revolusi hijau FGR. 

Dale Vince membawa visinya untuk menjadikan FGR sebagai klub sepak bola paling ramah lingkungan di dunia. Transformasi ini berhasil membuat FGR mencapai babak play-off EFL League Two pada tahun 2019 dan 2021.

Revolusi Ramah Lingkungan

Salah satu langkah terpenting yang diambil oleh FGR adalah menjadi klub sepak bola pertama yang sepenuhnya vegan. Di bawah kepemimpinan Vince, menu makanan di stadion berubah menjadi menu tanpa daging. Menu yang disediakan diganti sepenuhnya dengan sayuran, buah-buahan, dan makanan olahan organik. Keputusan ini diambil dengan tujuan sebagai penekanan atas pentingnya rasa kepedulian terhadap lingkungan.

Penelitian Nutrients Journal mengenai efek pola makan vegan terhadap kinerja atlet menyebutkan bahwa atlet yang menjalani pola makan vegan mendapatkan hasil yang jauh lebih baik dalam berbagai parameter performa olahraga, seperti konsumsi oksigen relatif dan tenaga maksimum. 

Selain itu, Stadion FGR, The New Lawn, juga dikenal sebagai stadion pertama yang sepenuhnya menggunakan energi terbarukan. Energi stadion tersebut dipasok melalui panel surya, dan sistem penyimpanan air hujan digunakan untuk menyirami rumput lapangan. The New Lawn, menggunakan rumput lapangan organik yang bebas dari pupuk kimia serta dipotong secara berkala menggunakan mesin pemotong rumput bertenaga listrik.

Pada sisi luar stadion, terpasang stop kontak pengisian daya mobil listrik untuk mendorong para penggemar agar beralih ke kendaraan listrik yang bebas emisi.

Langkah-langkah revolusioner yang dilakukan oleh FGR ini pada akhirnya menarik perhatian global. FGR menginspirasi beberapa klub dan organisasi olahraga lainnya untuk mulai mempertimbangkan tindakan yang lebih ramah lingkungan. 

Dukungan dan Tantangan

Meskipun FGR menerima banyak pujian karena upayanya dalam keberlanjutan, tidak semua orang sepakat dengan pendekatan vegan yang dilakukan klub ini. 

Beberapa penggemar tradisional FGR merasa keberatan dengan perubahan-perubahan tersebut, salah satunya adalah menu makanan di stadion yang berubah menjadi vegan. Penggemar tradisional FGR rata-rata belum mengetahui manfaat yang sangat besar dari gaya hidup vegan. Selain itu, masih banyak penggemar yang belum bisa terlepas dari produk makanan hewani, ditambah kebiasaan dan tradisi makan daging yang sudah mengakar kuat dalam budaya masyarakat Gloucestershire.

Tantangan terbesar yang dihadapi oleh klub adalah mempertahankan keseimbangan antara visi keberlanjutan dengan tuntutan dari aspek kompetitif dalam dunia sepak bola. Mencapai keseimbangan antara prestasi olahraga yang tinggi dengan prinsip-prinsip keberlanjutan yang kuat masih menjadi titik fokus utama klub ini.

FGR membuktikan bahwa dunia olahraga dan lingkungan tidak selalu saling bertentangan. Klub ini berhasil menciptakan inovasi dan menjadi teladan dalam upaya untuk menjadikan olahraga sebagai wadah untuk kesadaran lingkungan. 

Reporter: Himmah/Sofwan Fajar Arrasyid

Editor: Abraham Kindi

Skip to content