Merti Dusun Sebagai Identitas Budaya

Merti Dusun Sebagai Identitas Budaya

Himmah Online – Merti dusun merupakan tradisi syukuran desa yang dilakukan oleh masyarakat Indonesia khususnya masyarakat Jawa. Tradisi ini biasanya diadakan setiap tahun atau beberapa tahun sekali, untuk memperingati musim panen atau hari raya besar lainnya. Selain itu, merti dusun juga dianggap sebagai momen refleksi, pembersihan, dan penyucian desa, baik lahir maupun batin. 

Merti berasal dari kata ‘meret lalu diselamati’ yang berarti selamatan atau rangkaian acara untuk mendoakan keselamatan desa. Acara ini menghadirkan tontonan sebagai hiburan masyarakat sekitar dusun, seperti penampilan kesenian tari, kesenian musik tradisional, dan kesenian lainnya. Hal tersebut senada dengan yang dikatakan oleh Pramudi, ketua pelaksana pagelaran seni dan kebudayaan merti dusun di Dusun Randusari, Kelurahan Bimomartani, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Sleman (22/06). 

”Awal mulanya, ya, untuk memperingati merti dusun. Merti dusun itu ulang tahunnya kampung. Jadi, ya, istilahnya biar ada hiburan juga untuk masyarakat.” 

Tradisi formalis ini bertindak sebagai penjaga warisan budaya, menjaga keaslian, dan memastikan bahwa warisan tersebut tetap relevan dengan masyarakat modern. Dengan mengamalkan merti dusun, masyarakat dari golongan tua hingga muda bisa memulai dialog antara masa lalu dan masa depan kini serta merayakan dan melestarikan cara hidup nenek moyang. Selain itu, tradisi-tradisi ini berperan sebagai kekuatan pemersatu masyarakat, memperkuat ikatan sosial, dan memupuk rasa identitas bersama. 

 Tradisi yang Mengakar

Sebagai hiburan, momen merti dusun dapat menghadirkan makna mendalam bagi masyarakat Jawa. Tradisi ini merupakan wujud ungkapan rasa syukur atas keselamatan dan kelancaran hidup di dusun serta sebagai bentuk pelestarian budaya lokal dan tradisional. 

Kegiatan Merti Dusun masih sering dijumpai di pedesaan  sebagai  bagian dari ritus dan situs yang ada di desa. Masyarakat Jawa meyakini bahwa meskipun dihadapkan pada duka dan musibah, masih banyak hal yang patut disyukuri. Maka, merti dusun menjadi wadah untuk mengungkapkan rasa syukur kepada Sang Pencipta atas segala berkah yang diberikan.

Acara Merti Dusun biasanya berkaitan dengan penghormatan kepada leluhur atau nenek moyang dan permohonan keselamatan bagi seluruh warga desa. Penghormatan tersebut menghadirkan beberapa simbolik terkait tokoh dan riwayat yang diyakini menjadi cikal bakal keberadaan sebagai pejuang dan babat alas desa.

Seiring perkembangan zaman, Merti Dusun beradaptasi tanpa meninggalkan esensi tradisionalnya. Inovasi tersebut terlihat dari beberapa kesenian yang ditampilkan hingga properti yang digunakan dalam berjalannya rangkaian acara Merti Dusun. Seperti yang diadakan di Dusun Randusari, Kelurahan Bimomartani, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Sleman(22/06), pada rangkaian acara kesenian yang dipertunjukan terdapat kesenian tari jathilan

Pada kesenian tersebut terjadi inovasi perubahan musik yang semula tradisional kini mengalami perubahan dengan pencampuran musik pop jawa modern yang sedang populer. Inovasi tersebut bertujuan untuk menarik minat penonton yang lebih muda, yang cenderung lebih menyukai musik pop. Dengan adanya perubahan ini susunan alat musik juga ikut berubah, dengan tambahan drum dan keyboard untuk memberikan sentuhan modern pada musik gamelan. 

Walau menjadi lebih modern, tidak ada yang berubah dari isi pertunjukan, masih sama dan tetap memiliki pawang dan atraksi kesurupan ”ndadi” yang menjadi ciri khas Jathilan. Hal ini menunjukan bahwa inovasi tersebut merupakan upaya untuk menjaga tradisi tetap relevan dan menarik bagi generasi muda, tanpa menghilangkan nilai-nilai budaya yang terkandung di dalamnya.

Nilai Tradisi Merti Dusun

Meskipun perwujudan spesifik merti dusun berbeda-beda di setiap wilayah, tujuan dasarnya tetap sama yaitu meningkatkan solidaritas dan ketahanan sosial dengan melestarikan warisan budaya lokal. Tradisi formalis ini meletakkan dasar bagi pengembangan masyarakat yang berkelanjutan dan memungkinkan individu untuk mengatasi tantangan dan peluang bersama sama.

Hal tersebut relevan dengan yang diungkapkan Purnomo (52) selaku tokoh masyarakat Dusun Randusari, Kelurahan Bimomartani, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Sleman.

“Dengan tujuan anak-anak muda untuk menciptakan suatu kerukunan, menunjukkan rasa kebersamaan, menjalin persatuan, dan kesatuan kekompakan dari warga antara yang muda dengan yang tua biar selaras kedepannya.Ya jelas dari warga sini, ya. menggali bakat anak-anak yang khusus untuk warga Kampung Randusari ini.”

Hal tersebut juga merupakan bentuk penghargaan dan upaya menjaga kesejahteraan warga desa. Merti Dusun membuka ruang tumbuh kembang dari potensi ekonomi masyarakat sekitar desa. Tradisi ini dimanfaatkan sebagai ajang berjualan makanan, minuman, maupun mainan   oleh para pedagang asongan. Para pedagang menjajakan dagangannya di dekat kerumunan hingga di pinggir jalan. Banyaknya masyarakat yang berdatangan di area pelaksanaan tradisi merti dusun membawa berkah bagi para pedagang. Sehingga tradisi merti dusun berpengaruh terhadap siklus ekonomi.

Melalui Merti Dusun, Generasi muda dapat belajar menghargai tradisi leluhur dan memperkuat rasa cinta terhadap budaya lokal. Dengan demikian, masyarakat tidak hanya menjaga keberlangsungan budaya lokal yang khas, tetapi juga membentuk fondasi yang kuat untuk kehidupan yang lebih sejahtera dan berkelanjutan. Tradisi Merti Dusun juga menjadi cerminan dari identitas dan jati diri masyarakat desa yang patut dilestarikan dan dijunjung tinggi.

Reporter: Magang Himmah/Marsyalina Dwi Putri Aminarti

Editor: R. Aria Chandra Prakosa

Baca juga

Terbaru

Skip to content