Dia datang bersama secangkir kopi
Diletakkan sembari mengajak berdiskusi
Dengan nada menasihati
katanya:
Semakin lama kamu hidup dengan prinsip kebenaran
Semakin asing kamu akan dipandang oleh sekitar
Tak perlu peduli menjadi asing di tengah yang lain
Selama tidak asing di mata tuhan
Kamu termangu dalam perdebatan
yang melibatkan kamu dan aku, dia dan mereka
terkadang tidak melulu soal kita
dalam api yang sulut kau jera
Merisaukan lagi sebuah perkara
Hingga tragedi yang menumbuk luka
Kau menjawab dengan nada bertanya
katamu:
Dari segi mana kita tak berprinsip kebenaran
Dan tidak menjadi asing di mata tuhan
Meski kalimat orasi penuh caci maki
yang dideklarasi dalam misi perdamaian?
Dari segi mana kita peduli
Tidak menjadi asing di tengah yang lain
Ketika semua terus mengasingkan orang
yang berbeda satu sama lain?
Dari segi mana sanggup lama hidup
Udara sudah pengap untuk dihirup
Dengan satu kesalahan interpretasi
Kita sudah mengancam saudara sendiri?
Mungkin kamu yang tidak mengerti
Atau aku gagal memahami
Kebenaran yang kau suguh
Tidak sama dengan kebenaranku
Atau ini sebuah kesalahpahaman
Sebenarnya membawa niat baik dan tujuan
Namun bukan itu caraku memaknai
Arti sebuah kepahlawanan
(Retyan Sekar N.)