Gerakan May Day Tuntut Hapuskan Sistem Outsouching

“Revolusi! Naikkan upah buruh! Tolak outsourcing!”

Oleh: Ahmad Satria Budiman dan Dyah Ayu Ariestyasiwi

 

Himmah Online, Seperti tahun-tahun sebelumnya, tanggal 1 Mei sebagai Hari Buruh Internasional selalu diperingati dengan aksi unjuk rasa. Begitu juga di Kota Yogyakarta, tepatnya di kawasan Nol Kilometer. Peringatan May Day kali ini diikuti oleh masyarakat buruh yang tergabung dalam Serikat Pekerja Nasional (SPN), Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI), Aliansi Jurnalis Independen (AJI), Aliansi Rakyat Indonesia Tertindas (ARIT), dan Perhimpunan Solidaritas Buruh. Selain itu, aksi juga diramaikan oleh mahasiswa, antara lain perwakilan dari basis-basis di tiap universitas, seperti dari UGM, UNY, UAD, dan UIN Sunan Kalijaga. Beberapa ormas juga ikut meramaikan aksi, seperi dari Front Perjuangan Pemuda Indonesia (FPPI), Front Mahasiswa Nasional (FMN), dan Front Perjuangan Rakyat (FPR).

Aksi dimulai sejak pukul 09.00 WIB. Massa berjalan perlahan dari Halaman Parkir Abu Bakar Ali melintasi Jalan Malioboro ke kawasan Nol Kilometer. Selama berjalan, massa dengan mengibarkan benderadanberbagaispanduk-spandukmenyuarakan aspirasi-aspirasinya. Aksi juga diwarnai dengan ajang teatrikal yang diperankan sejumlah mahasiswa UIN Sunan Kalijaga. Teatrikal tersebut menampilkan orang kaya yang tengah duduk di atas becak. Ia membanggakan sejumlah uang yang dipegang di tangannya kepada orang-orang miskin yang mengiba meminta di sekitar becaknya. Orang kaya tersebut dengan sombongnya menghardik orang-orang miskin. Namun pada akhirnya, orang-orang miskin itu berhasil menggulingkan si orang kaya dari becaknya. “Buruh bersatu tak bisa dikalahkan!” teriak mereka sesudah itu.

Sekitar pukul 12 siang, seluruh massa akhirnya terkonsentrasi di perempatan lampu merah Kantor Pos Besar dan menggelar orasi puncak di sana. Tuntutan yang disuarakan rata-rata sama, yaitu menghendaki kenaikan upah buruh dan menghapuskan sistem outsourcing. Selain itu, ada pula yang menyuarakan agar harga BBM tetap menolak dinaikkan, harga sembako diturunkan, pendidikan gratis untuk anak buruh, dan Undang-undang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (UU BPJS) segera disahkan.

“Agar UU BPJS yang mencakup keselamatan kerja buruh dan juga kesehatannya terlaksana mulai 1 Januari 2014,” ujar Sugianto yang tergabung dalam SPSI. Warga Bantul iniberharap pemerintah lebih memerhatikan aspirasi buruh. Senada dengan Sugianto, pegawai PT Delta yang berlokasi di Sleman, Prita, berharap agar tuntutan-tuntutan wong cilik dipenuhi. “Wong cilik itu banyak para pegawai pabrik juga,” kata Prita.

Jurnalis pun termasuk buruh, demikian disuarakan teman-teman pers. Erik Tanjung dari Divisi Serikat AJI menyampaikan bahwa pengertian tersebut artinya jurnalis bekerja pada perusahaan media. Dalam melakukan tugasnya, pekerjaan jurnalis termasuk rentan, berisiko, dan berkebutuhan lebih dalam artian keamanan, sehingga upah yang harus diterima jurnalis harus sepadan dengan keringatnya. “Asuransi kesehatan, cuti hamil, dan lain-lain,” ungkap Erik menyebutkan tuntutan jurnalis pada perusahaan media.

Menurut pengamatanHimmahOnline, mayoritas massa aksi lebih didominasi dari mahasiswa. “Tiap fakultas di tempat kami, ada perwakilan untuk aksi menyuarakan aspirasi rakyat yang juga berkoordinasi dengan universitas-universitas lain,” jawab Teddy, salah seorang pelaku teatrikal, ketika ditanyakan mengenai hal ini. Aksi yang dilakukan massa berlangsung lancar dan tertib, tanpa tindakan anarkis. Meski demikian, orasi yang dilakukan di tengah perempatan itu sedikit mengganggu arus lalu lintas. Kendaraan yang lewat dipandu polisi lalu lintas agar berjalan hati-hati, supaya tidak menabrak massa. Penutupan dari serangkaian aksi tersebut ditutup dengan menyanyikan Lagu Indonesia Raya secarabersama-sama.

Podcast

Skip to content