Ketika ospek di fakultas lain mewajibkan Maba-Miba nya membuat atribut di rumah atau di kost, Tamah FIAI justru mengharuskan Maba-Miba nya membuat atribut saat acara berlangsung.
Oleh : Herlina
Kampus Terpadu, Kobar
Pada tanggal 2 dan 3 September lalu dilaksanakan Ta’aruf Mahasiswa (Tamah) di Fakultas Ilmu Agama Islam (FIAI). Tema Tamah tahun ini yaitu “Optimalisasi Peran Mahasiswa Yang Responsive Dalam Mewujudkan Insan Ulil Albab”.
Terdapat hal yang berbeda pada kegiatan Tamah tahun ini dibanding pelaksanaan ospek fakultas lainnya. Tahun ini, sebelum rundown acara dimulai, Mahasiswa Baru-Mahasiswi Baru (Maba-Miba) disuruh membuat atribut mereka sendiri. Hal itu dilakukan Maba-Miba ini di depan FIAI. Peralatan yang dipergunakan untuk membuat atribut disiapkan sebelum mereka datang ke acara Tamah. Frans Maulana Hadis selaku ketua Organizing Commite (OC) mengatakan, kegiatan membuat sendiri atribut untuk menghindari Maba-Miba yang ingin membeli jadi atribut dengan harga tinggi. Hal itu dapat merugikan Maba-Miba sendiri. Selain itu, juga untuk membentuk jiwa kreatif pada diri Maba-Miba. Maba-Miba diberi waktu 2 jam untuk membuat atribut. Bagi yang belum selesai diharuskan menyelesaikan di tempat tinggal masing-masing untuk digunakan pada Tamah hari kedua.
Siang harinya, diadakan kegiatan bakti sosial (baksos) di panti asuhan. Maba-Miba pergi menggunakan bus yang telah disediakan oleh panitia. Dari 5 bus yang seharusnya digunakan, hanya 4 bus yang datang. Perihal ini Frans menjelaskan, kurangnya komunikasi dengan pihak penyedia menjadi penyebab bus yang datang hanya 4. Frans mengakui bahwa panitia hanya menghubungi pihak bus melalui pesan singkat. Hal ini disebabkan panitia yang bertanggung jawab terkait bus belum datang dari kampung halaman. Resiko dari kekurangan bus itu, satu bus harus bolak-balik untuk menjemput Maba-Miba yang seharusnya masuk ke bus kelima. Selain itu, kepulangan Maba-Miba dari panti asuhan menjadi mundur dari jadwal yang ditentukan.
Tamah kali ini juga terdapat tim baru yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan Mahasiswa Fakultas (DPM F) FIAI, yaitu Tim Advokasi. Tim ini berada diluar kepanitiaan. Tim Advokasi terdiri dari anggota DPM F FIAI, utusan dari Lembaga Fakultas, dan Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) FIAI. Khairulfadli, ketua DPM F FIAI mengatakan, tim ini berguna untuk mencegah lembaga-lembaga eksternal masuk acara Tamah. Pencegahan itu seperti mengawasi semisal ada organisasi eksternal mempromosikan lembaga mereka. Seperti, melakukan pembagian selebaran-selebaran yang dibagi-bagikan kepada Maba-Miba.
Perihal kepanitian, terdapat kendala di dalamnya. Kurangnya Sumber Daya Manusia (SDM) untuk panitia salah satunya. Kebutuhan panitia 60 orang, tetapi hanya 50 yang ada. Untuk menanggulanginya, Adrian Ades selaku ketua Steering Commite (SC) Tamah menjelaskan, untuk mensiasati kekurangan panitia, penanggung jawab yang misalnya berjumlah 4 orang akan dikurangi menjadi 3 orang. Selain itu buntut kurangnya SDM, SC dan OC harus ikut turun ke lapangan.
Adrian juga mengatakan terjadi pertambahan jumlah Maba-Miba dibanding tahun kemarin. “Dari 170 orang pada tahun 2011 menjadi 240 orang pada tahun ini,” tutur Adrian. Menurut Adrian, Hal ini tidaklah menjadi masalah.
Soal keikutsertaan Maba-Miba, terjadi perbedaan jumlah yang hadir pada Tamah hari pertama dan kedua. Pada hari pertama Tamah, terdapat 191 Maba-Miba hadir. Sedangkan pada hari kedua Maba-Miba yang hadir berkurang menjadi kisaran 170. Menurut Adrian berkurangnya kehadiran Maba-Miba pada hari kedua disebabkan Maba-Miba yang telat dan takut dihukum sehingga lebih memilih untuk tidak datang.
Pada Tamah tahun ini juga terdapat peraturan baru bagi panitia. Peraturan itu yaitu panitia tidak diperbolehkan untuk mempromosikan partai mereka baik berupa lembaga internal, lembaga eksternal maupun jurusan. Bagi panitia yang melanggar akan dikeluarkan dari kepanitiaan. “Kalau memang nanti ada ngomong atau keceplosan, langsung saya keluarkan dari kepanitiaan” tegas Frans.
Ditanya tentang kendala dalam penyelenggarakan Tamah, Frans mengatakan etos kerja panitia masih kurang. Sedangkan dari sisi Maba-Miba, banyak Maba-Miba yang terlambat. “Panitia kurang greget dan tidak fokus pada acara tamah,” keluh Frans.
Devi Widya Putri Miba jurusan Ekonomi Islam, berkomentar terkait acara Tamah. “Bangun pagi pulangnya agak malem, kurang tidur jadinya, waktu materi jadinya ngantuk”. Devi juga mengharapkan acara yang diadakan lebih variatif seperti diadakan game, jadi tidak hanya maksimal dimateri agar acara menjadi lebih menarik. Komentar yang sama juga dilontarkan Ikrima Alfi Ulya, Miba jurusan Pendidikan Agama Islam. Ia berharap lebih banyak inovasi pada penyelenggarakan Tamah.
Reportase Bersama :
Moch. Ari Nasichuddin