Film tentang kisah manusia serigala ini memang sudah melegenda. Pertama kali, The Wolfman diangkat ke layar le-bar pada tahun 1941, diperankan Lon Chaney. Sebelumnya pada tahun 1994, muncul film The Wolf yang disutradarai Mike Nichols dengan pemeran utama Jack Nicholson dan Michelle Pfeiffer. Film itu sukses dengan omset besar dan memenangi beberapa nominasi Grammy Award. Terinspirasi dari film klasik yang melegenda itu, maka hadirlah The Wolfman ke layar lebar dengan kemasan dan sentuhan yang berbeda, namun tetap tidak meninggalkan unsur kengerian dan keseramannya.
The Wolfman berkisah tentang sese-orang yang berubah menjadi manusia serigala pada saat bulan purnama. Diceritakan, sejak kematian ibunya, Lawrence Talbot (Benicio Del Toro) me-mutuskan pergi dari rumahnya di Desa Blackmoor yang suram. Kepergiannya juga ingin menghabiskan hidup untuk meng-hilangkan kesedihan dan menghindar dari seluruh keluarga. Bertahun-tahun hidup menyendiri, hidup mandiri dan tenang pun dirasakan dengan nikmat.
Ternyata, manusia tak pernah lepas dan bebas dari masalah. Saat menikmati kehidupan yang nyaman dan tenang itu, Lawrence bertemu dengan Gwen Conliffe (Emily Blunt), tunangan kakak Lawrence yang memohon agar Lawrence kembali ke kampung halamannya. Harapannya, Lawrence bisa membantu mencari tu-nangannya yang hilang tanpa jejak. Na-mun permintaan itu ditolak. Alasannya sederhana, Lawrence sudah melupakan masa lalu tentang rumah, lingkungan, ju-ga kampung halamannya.
Tiba-tiba, ada sesuatu yang mengubah pendirian Lawrence. Karena mendengar sebuah misteri yang menghantui tempat kelahirannya, Lawrence terpaksa kembali ke kampung halamannya. Setiba di Desa Blackmoor, Lawrence kembali bertemu dengan ayahnya, Sir John Talbot (Anthony Hopkins). Ia mendengar kabar bahwa desanya tengah dilanda pembunuhan misterius. Korban berjatuhan di tangan pembunuh sadis. Warga mengira sebuah kutukan kuno kembali menghantui desa. Kutukan kuno itu adalah manusia yang mampu berubah wujud menjadi serigala saat bulan purnama dan mencari mangsa di sekitar hutan yang mereka huni.
Lawrence akhirnya mengetahui ada sesuatu yang kuat dan brutal telah membunuh warga desa. Apalagi, kasus pembunuhan ini juga mendapat perhatian dari seorang Inspektur Scotlandia berna-ma Aberline (Hugo Weaving) yang datang untuk menyelidiki. Dengan tekad dan se-mangat ingin mengakhiri semua bentuk pembantaian sekaligus melindungi wa-nita yang dicintainya, Lawrence harus menghancurkan makhluk jahat yang menghantui Desa Blackmoor. Saat mulai berburu, ternyata sesuatu yang tidak pernah dibayangkan terjadi pada diri Lawrence, sesuatu yang mengerikan. Se-bagai binatang dan manusia, Lawrence berusaha melawan kutukan. Rahasia jati dirinya tetap disembunyikan sang ayah.
Film ini memiliki jalan cerita yang bagus. Alurnya cukup mudah diikuti, se-hingga penonton tidak dibuat bingung. Ditambah lagi, efek suara yang mampu membuat penonton tegang selama duduk menonton film ini. Tata cahaya kelam dan efek kabut juga ikut membawa suasana seram. Setting tempat pun mengagumkan dan semakin menambah nuansa magis. Namun di balik kelebihan itu, film ini ceritanya kurang meyakinkan, ditambah lagi ending film yang kurang begitu kuat. Tetapi dengan kekurangan yang ada, film ini tetap seru untuk ditonton bagi pecinta film horor. (Arga Ramadhana)