HIMMAH ONLINE, Purworejo – Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) unit 300 Universitas Islam Indonesia bekerja sama dengan warga lingkungan 2, Kelurahan Kledung Kradenan, Kecamatan Banyuurip, Purworejo mengolah limbah plastik menjadi bahan bakar minyak pada hari Rabu, 19 Agustus 2015. Eko Wahyu Takari, seorang motivator peduli lingkungan yang telah bersertifikasi nasional, memperlihatkan cara kerja destilator dalam mengubah plastik menjadi bahan bakar minyak bersama para mahasiswa.
Untuk mendapatkan minyak, limbah plastik tanpa alumunium foil dimasukkan terlebih dahulu ke dalam tabung destilator. Kemudian, plastik-plastik tersebut dibakar sampai bersih total, sehingga proses ini dapat memakan waktu hingga 3 jam. Gas hasil pembakaran limbah plastik itu pun mengalir melalui pipa panjang yang didinginkan dengan kain, agar gas berubah menjadi cair dan menetes ke wadah penampung minyak yang diletakkan di ujung tabung. Bahan bakar minyak tersebut bisa digunakan untuk kompor minyak, mesin penggiling padi, dan mesin-mesin 2 tak lainnya.
Eko menuturkan bahwa tumpukan limbah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dari hari ke hari semakin banyak dan mengeluarkan cairan yang mencemari tanah. Pengolahan sampah semestinya dilakukan di tempat produksi agar meringankan beban di TPA. “Setiap hari satu rumah dapat menghasilkan setengah kilogram sampah plastik, yang berarti dalam satu tahun sudah mencapai 180 kilogram. Itu baru satu rumah, apabila dikalikan satu kelurahan tentunya akan menjadi masalah yang besar kalau dibiarkan,” lanjutnya.
Lebih jauh lagi, menurut Eko, pengolahan limbah harus melibatkan masyarakat sebagai pihak yang paling mengerti apa yang dibutuhkan saat ini, akademisi sebagai peneliti dan pengembang inovasi, serta tentunya pihak pemerintah terkait bantuan dana dan pembuatan kebijakan yang bisa mendukung terselenggaranya program dalam skala besar. “Sering kali banyak inovasi muncul dari masyarakat dan akademisi. Tapi, karena keterbatasan dana dan wewenang, perwujudan inovasi jadi sering mandek di tengah jalan. Padahal itu nyata diperlukan oleh masyarakat,” papar Eko.
Ketua KKN unit 300, Muhammad Irfan Januar sependapat dengan Eko. “Makanya, kita harus menunjukkan hasil yang konkret kepada masyarakat agar mereka percaya dan tahu pentingnya pengolahan limbah. Jangan hanya sekadar mensosialisasikan atau menghimbau saja, tetapi juga menunjukkan pemanfaatan agar sampah tersebut punya nilai guna.” (Sirojul Khafid)