Himmah Online – Pada 7 November 1917, Revolusi Bolshevik meletus sebagai akibat dari feodalisme. Sistem penghambaan berabad-abad dan ketertinggalan Imperium Rusia terhadap kemajuan industri menjadi cikal bakal berdirinya Uni Soviet. Berakhirnya Imperium Rusia saat itu ditandai dengan tereksekusinya Tsar Nicholas II beserta keluarga kerajaan.
Sebelumnya pada bulan Februari 1917, terjadi protes dan pemogokan besar-besaran di Petrograd, atau yang sekarang dikenal dengan St. Petersburgh. Kerusuhan tersebut berlangsung menuntut kebijakan progresif berupa kebebasan pers, hak bersertifikat, dan hak pilih perempuan. Sehingga kekuasaan kemudian beralih kepada Pemerintahan Provisional sementara yang diambil alih oleh Vladimir Ilyich Lenin, pemimpin Partai Bolshevik. Lenin tak lain merupakan adik dari Alexander Ulyanov, yang pernah dijatuhi hukuman mati oleh pemerintahan Tsar.
Lenin beserta kameradnya kemudian mendeklarasikan Dekrit Bolshevik pada 8 November 1917. Isi dekrit tersebut mengusung penghapusan hak milik pribadi alat-alat produksi, redistribusi lahan ke petani, delapan jam kerja, upah minimum, dan penarikan mundur Rusia dari Perang Dunia I dengan Traktat Brest-Litovsk. Lenin selanjutnya menjabat sebagai ketua Republik Sosialis Federasi Soviet (RSFS), lalu menjadi Perdana Menteri Uni Soviet pada 1922.
Dua tahun sebelum kematiannya, Lenin yang sakit-sakitan digantikan losif Vissarionovich Stalin. Stalin merupakan pemimpin di Partai Komunis Uni Soviet (PKUS), yaitu partai kelanjutan Partai Bolshevik. Stalin memperoleh suara terbanyak di PKUS kemudian mendeklarasikan dekrit kebangsaan. Dekrit tersebut berisi tentang hak-hak kaum minoritas yang ingin disamakan dengan mayoritas di Uni Soviet.
Pergantian kepemimpinan tersebut sebenarnya membuat Lenin sendiri sadar akan kekuasaan Stalin yang mengancam perpecahan partai dan negara. Terutama konflik Stalin dan Trotsky yang merupakan anggota berpengaruh di komite pusat. Enam orang yang paling berpengaruh di komite pusat saat itu adalah Joseph Stalin, Leon Trotsky, Grigory Y. Zinovyev, Lev B. Kamenev, Nikolay Bukharin, dan Georgy Pyatakov.
Trotsky yang berkonflik dengan Stalin merupakan tokoh pendiri Tentara Merah. Ia sering mengkritisi Stalin karena penglihatannya atas tendensi Stalin untuk menjadi pemimpin diktator dalam bukunya The Revolution Betrayed.
Hal tersebut memaksan Lenin untuk mengeluarkan usulan yang dikenal dengan Lenin’s Testament. Usulan tersebut berisi penambahan komite pusat dari 50 menjadi 100 kursi, dengan harapan dapat menyeimbangkan partai. Bahkan dalam usulan tersebut Lenin ikut merekomendasikan pencopotan Stalin.
Lenin lalu meninggal pada 21 Januari 1924 akibat penyakit stroke. Walaupun terdapat pertentangan oleh seorang penulis dan sejarawan, Hellen Rappaport yang menyatakan bahwa penyebab kematian Lenin adalah endartitis luetica-neurosyphilis, penyakit sipilis yang menyerang otak. Setelah kematiannya, Krupskaya, istrinya Lenin kemudian mentransmiskan Lenin’s Testament sesuai wasiat yang disampaikan oleh suaminya.
Namun, Stalin yang tetap memimpin saat itu mengusung Kebijakan Sosialisme Satu Negara yang menggantikan Kebijakan Ekonomi Baru. Kebijakan tersebut memberikan wajah Uni Soviet sebagai negara dengan sistem ekonomi terpusat.
Stalin juga memberlakukan kamp pekerja Gulag yang mengambil jutaan nyawa orang dengan kerja paksa. Hal tersebut dilakukan dalam rangka mendukung kebijakan untuk menyaingi industrialisasi barat. Tak hanya itu saja, pada tahun 1934 hingga 1940, Stalin menghabisi oposisi-oposisinya, termasuk Trotsky. Ia kemudian ditemukan tewas di Meksiko dengan kapak es di kepalanya.
Stalin kemudian dikenal sebagai sosok Uni Soviet yang paling berpengaruh dengan kemampuannya yang teruji mengusir Nazi di Perang Dunia II, serta kemampuan Soviet dalam bersaing di Perang Dingin. Selain itu, kebijakan Stalin dalam menjadikan tingkat pendidikan dan literasi Uni Soviet yang tinggi membuatnya menjadi negara adidaya dan pusat ideologi kiri dunia.
Reporter: Dhia Ananta
Editor: Armarizki Khoirunnisa D.