Judul: Rich Dad Poor Dad
Penulis: Robert T. Kiyosaki
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit: 2019
ISBN: 978-602-03-3317-5
Tebal: 240 halaman
Robert Kiyosaki mengawali buku Rich Dad Poor Dad yang pertama kali ia tulis pada tahun 1997 tersebut dengan menceritakan dua sosok ayah dengan pemikiran dan latar belakang yang berbeda.
Ayah pertama adalah ayah kandungnya sendiri, disebut sebagai ayah miskin (poor dad). Ayah miskin adalah seseorang yang berpendidikan tinggi, memiliki gelar Ph.D, dan bekerja di kantor pemerintahan. Namun, memiliki masalah finansial.
Sedangkan ayah kedua adalah ayah dari temannya bernama Mike, yang disebut sebagai ayah kaya (rich dad). Berbeda dengan ayah miskin, ayah kaya tidak pernah menyelesaikan pendidikan sekolah menengah pertama (SMP). Tetapi berprofesi sebagai seorang entrepreneur.
Pada bagian pendahuluan, Robert menuliskan alasan orang kaya makin kaya dan kelas menengah terjebak dalam hutang. Singkatnya, hal ini disebabkan oleh cara pandang mereka tentang uang dan literasi finansial yang minim.
Semakin dalam membaca, terdapat beberapa hal yang dapat dipetik dari perbedaan mindset ayah kaya dan ayah miskin.
Pertama, ayah miskin mengatakan bahwa Robert harus belajar dengan giat dan memperoleh nilai tinggi di sekolah agar mendapatkan pekerjaan yang bagus. Sama seperti pola pikir orang pada umumnya, bekerja untuk mendapatkan uang.
Ayah kaya setuju bahwa sekolah itu penting. Namun, yang lebih penting bukanlah memperoleh nilai tinggi melainkan pelajaran yang diperoleh. Singkatnya, pelajaran dari ayah kaya yang ingin disampaikan adalah seharusnya uang yang bekerja untuk kita, bukan kita yang bekerja untuk uang.
Kedua, menurut ayah kaya rumah adalah beban. Sedangkan menurut ayah miskin, rumah adalah aset berharga.
Orang kaya membeli aset, sedangkan orang miskin hanya membeli beban pengeluaran, dan orang kelas menengah membeli beban yang dikira aset.
Meskipun harga rumah akan terus naik, tetapi rumah membutuhkan banyak pengeluaran untuk perawatan, pajak, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, menurut ayah kaya rumah adalah beban.
Bagi ayah kaya aset adalah saham, obligasi, bisnis yang berjalan sendiri. Karena aset adalah sesuatu yang menghasilkan uang tanpa butuh pengeluaran berkala.
Ketiga, ayah miskin menyuruh Robert untuk menabung sedangkan ayah kaya menyuruhnya untuk berinvestasi.
Keempat, saat kondisi sulit ayah miskin selalu berpikiran “Saya tidak mampu mencapainya”. Sedangkan ayah kaya selalu berpikir “Bagaimana saya mampu mencapainya”.
Kelima, menurut ayah miskin anak adalah sebab ia tidak memiliki uang. Sedangkan menurut ayah kaya, karena anaklah ia memiliki uang.
Pada bagian terakhir buku ini Robert menyimpulkan bahwa orang miskin dan menengah bekerja untuk uang. Sedangkan orang kaya mempunyai uang yang bekerja untuk mereka.
Ia berpandangan dan menyarankan pembaca untuk memulai berbisnis dan keluarlah dari rat race. Atau kehidupan tanpa tujuan yang jelas, hanya bekerja terus menerus untuk menutupi kebutuhan tanpa sempat menggandakannya.
Robert juga menyebutkan lima rintangan yang akan dihadapi oleh seseorang untuk menjadi kaya.
Rintangan pertama adalah sinisme atau memikirkan hal-hal buruk yang belum tentu terjadi. Seperti “Bagaimana jika ini…, bagaimana jika itu…”.
Rintangan kedua adalah kemalasan, seringkali kita berkata pada diri sendiri bahwa “Saya tidak mampu untuk mencapainya”. Hal ini yang membuat kita terlena dan akhirnya malas untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan.
Rintangan ketiga adalah sikap boros. Kebiasaan menghambur-hamburkan uang akan menjadikan kita miskin.
Keempat adalah kesombongan. Seseorang yang memiliki sifat sombong tidak akan pernah maju karena dia menganggap dirinya tidak perlu lagi untuk belajar.
Dan rintangan kelima adalah rasa takut. Seseorang yang takut kehilangan uangnya tidak akan berani untuk memulai investasi.
Pada halaman terakhir buku ini, Robert juga berpesan untuk “Mulailah berfikir untuk mengambil risiko yang akan membawa anda kepada kemenangan, yaitu menjadi lebih kaya dan memiliki lebih banyak uang dibandingkan apa yang telah anda miliki sekarang. Jangan biarkan rasa takut menguasai diri anda”.
Buku ini ditulis dengan gaya yang menarik dengan disertai ilustrasi contoh sederhana. Hal tersebut membuat pembaca cepat mengerti tentang dasar-dasar keuangan yang disampaikan oleh penulis.
Untuk pembaca yang ingin mengetahui hal tentang dunia investasi lebih dalam akan sedikit kecewa. Sebab buku ini tidak memberikan banyak contoh atau jenis investasi yang cocok untuk menambah investasi, mengetahui kiat-kiat berinvestasi, menanam saham, atau menghasilkan passive income.
Akan tetapi, jika pembaca mencari tahu bagaimana cara agar cerdas secara finansial, buku ini jawabannya. Buku ini dilengkapi dengan komponen kunci IQ finansial dan langkah-langkah untuk membangkitkan keahlian finansial.
Selain menambah wawasan mengenai literasi finansial, buku ini juga mampu mengubah cara pandang terhadap uang dan mengatur keuangan pribadi. Saya jadi tahu pentingnya pendidikan keuangan, yang mana hal itu tidak saya dapatkan di bangku sekolah. Membuat lebih tertarik akan dunia investasi. Lalu mulai memahami perbedaan antara aset dan liabilitas. Hingga bisa memahami perbedaan cara pandangan orang kaya, orang menengah, dan orang miskin menurut Robert T. Kiyosaki.
Pada akhirnya, buku ini direkomendasikan untuk dibaca oleh semua kalangan. Sebab, perencanaan keuangan perlu dilakukan oleh siapapun. Selamat membaca!