Gakuen Basara: Anime Rasa Debat Pilpres

Judul Anime: Gakuen Basara: Samurai High School

Sutradara: Oohara Minoru

Pengisi Suara: Kazuya Nakai, Soichiro Hoshi, Takehito Koyasu, Tomokazu Seki, Tooru Ookawa, Norio Wakamoto

Produksi: Brain’s Base

Genre: Action, Comedy, School

Musim Tayang: 5 Oktober – 21 Desember 2018

Jumlah Episode: 12 Episode

Durasi: 24 menit/episode

Seri Sengoku Basara sudah cukup familiar bagi sebagian orang. Ada banyak sajian format untuk menyaksikan serial tersebut bergentayangan. Capcom, salah satu game developer terkemuka asal Jepang, mengadaptasi Masamune Date dkk ke dalam sebuah game.

Sebagai sejarah populer dari negeri sakura, Basara sendiri diadopsi dari salah satu periode sejarah perang yang terjadi. Dikenal dengan sebutan zaman Sengoku pada periode sekitar tahun 1493 – 1573, cerita sejarah inipun digarap, tidak hanya game, namun juga serial manga dan anime.

Dan, Gakuen Basara: Samurai High School merupakan salah satu dari rentetan judul anime yang sudah ada. Mulai tayang di penghujung akhir tahun 2018 lalu, otomatis menjadikannya serial terbaru. Seri anime ini sendiri pun tiba dengan sajian yang terbilang jauh lebih sangar segar dari seri-seri terdahulu.

Anime tersebut hadir setelah Studio TMS selesai menayangkan anime Sengoku Basara besutannya pada tahun 2016 lalu. Gakuen Basara sendiri bergerak menjadi sebuah serial spin-off dari Sengoku Basara yang sudah ada.

Sesuai judulnya, kata Gakuen yang berarti sekolah, menempatkan anime ini dalam setting seperti layaknya sekolah modern. Dikemas berbeda dari seri-seri sebelumnya —mengandalkan latar dari masa perang Sengoku Jepang—tapi tetap mempertahankan karakter-karakter yang sudah ada.

Jangan kaget jika kita bakal menyaksikan sosok Masamune Date dan Yukimura Sanada menjadi murid di Sekolah dalam ceritanya. Alur cerita anime 12 episode ini juga disisipi humor yang membuatnya masuk dalam genre komedi. Humor yang sukses mengundang tawa.

Brain’s Base yang mendapat giliran menggarap spin-off ini, bisa dikatakan, sukses ‘menelantarkannya’ sebagai anime alternatif yang pas untuk menemani kita menunggu episode baru dari anime-anime marathon macam One Piece atau Detective Conan misalnya.

Oohara Minoru, selaku sutradara, tampak meleburkan banyak elemen-elemen (termasuk karakter) Sengoku dalam Gakuen Basara. Walaupun tampak jauh berbeda dengan seri pendahulu yang penuh dengan adegan aksi perang overpower, penempatan plot peran setiap karakter Basara disesuaikan dengan apik: sesuai dominasi peran dalam cerita aslinya.

Karakter tersebar menjadi bagian-bagian yang saling mendukung, tanpa harus benar-benar berkhianat pada orisinalitas Sengoku Basara itu sendiri. Masamune Date tetap dibuat bersaing sadis dengan Yukimura Sanada yang sama-sama mengepalai (baca: kepala geng) kegiatan ekstrakurikuler.

Bukan dengan pedang dan tombak, keduanya justru berperang memperebutkan lapangan untuk kepentingan kegiatan ekstrakurikuler olahraga mereka masing-masing. Di awal-awal pertarungan Sanada vs Date berlangsung konyol, sebelum akhirnya fokus cerita mulai berubah ketika gelaran pemilu OSIS di sekolah tersebut mulai.

Sejak awal, Masamune Date adalah tokoh Basara favorit saya. Namun, kali ini saya memuji peran Sasuke Sarutobi yang dikenal sebagai mata-mata di bawah komplotan Yukimura Sanada dan Shingen Takeda (guru olahraga sekolah), kini menjadi semacam informan.

Kecocokan  peran juga ada pada karakter-karakter lain, semisal Oda Nobunaga yang diplot menjadi kepala sekolah, Akechi Mitsuhide menjadi dokter UKS dengan perangai mengerikan seperti biasanya. Beberapa karakter juga mendapat porsinya masing-masing, seperti Motochika Chosokabe, Keiji Maeda, Kojuro Katakura, Kenshin Uesugi sampai Motonari Mouri.

Pemerataan status peran setiap karakternya terbilang cukup memuaskan. Walaupun konyol, tapi masih tetap selaras. Date vs Sanada tetap mewakili rivalitas keduanya di masa lalu. Tampian inilah yang membuat kita yakin bahwa anime ini mencoba menceritakan pergerakan zaman Sengoku ke dalam kemasan yang tidak serius-serius amat.

Konflik utama anime ini ada pada gejolak pemilihan ketua OSIS baru. Hideyoshi Toyotomi yang di dalam Gakuen Basara diplot jadi ketua OSIS non-aktif memunculkan pergolakan politik di sekolah tersebut. Kemunculan rencana gelaran pemilihan Ketua OSIS baru itu sebenarnya muncul berkat gejolak itu juga.

Pemilihan OSIS itu memunculkan dua poros perdebatan politik. Mitsunari Ishida dan Ieyasu Tokugawa yang sama-sama mencalonkan diri, bertarung dalam panggung politik berskala sekolah. Mempertemukan dua poros, pemilihan OSIS menjadi tidak sederhana karena diperkaya dengan intrik politik yang seakan menyindir urusan politik yang skalanya jauh lebih besar.

Anime ini turut menampilkan bagaimana polaritas politik (pemilu) sekolah dan intervensi Oda Nobunaga, sang kepala sekolah. Yukimura Sanada, dan Masamune Date yang muncul sebagai komplotan dominan, mendadak bertransformasi. Bukan sekadar geng ekstrakurikuler, keduanya lebih terasa seperti partai besar yang diperebutkan demi menunjang suara kedua poros politik tadi.

Kerumitan ‘konyol’ itu diperparah lagi dengan komplotan-komplotan lain yang juga terlibat dan dilibatkan. Selain perebutan suara (kampanye), Gakuen Basara juga menampilkan dua perbedaan narasi politik dari kedua calon: Mitsunari dengan loyalitasnya pada ‘ideologi’ Hideyoshi, sementara Tokugawa menawarkan sebuah reformasi tentang ‘persaudaraan’ yang entah seperti apa maksudnya.

Belum lagi, Oda Nobunaga yang terkesan menjadi atau menawarkan diri sebagai poros tengah yang mengandalkan kuasa dominan sebagai pimpinan puncak tertinggi di sekolah Basara.

Gakuen Basara merupakan anime parodi yang bukan sekadar memparodikan Sengoku Basara saja, melainkan juga panggung politik elektoral lewat format kegaduhan yang terjadi sekolah. Unsur-unsur seperti persaingan calon, polaritas dukungan (simpatisan politik), perdebatan politik dan gejolak masa kampanye turut jadi bahan sindiran.

Unsur parodi sejarah besar yang humoris berkolaborasi padu dengan unsur-unsur politis yang kerap terjadi di panggung-panggung politik dunia nyata saat ini, tak terkecuali dengan negara kita tercinta ini.

Anime dengan kualitas visual serta scoring yang biasa ini, masih tetap terasa istimewa karena menghadirkan unsur yang biasanya tersaji dengan alur—layaknya anime Code Geass—yang rumit nan ruwet menjadi kekonyolan yang ramping dan simple.

Gakuen Basara menjadi tontonan yang sekaligus mewakili unsur genre comedy, school, action, dan unsur ‘realitas’ politik ke dalam bentuk suguhan yang utuh untuk disaksikan. Sebuah anime dengan value yang memberikan gambaran tentang bagaimana politik itu sebenarnya layak untuk ditertawai.

Atau mungkin, ini karena: comedy itu sendiri merupakan instrumen dan kekuatan besar yang mampu menyentil urusan-urusan politis sebagaimana sejarahnya yang syarat akan unsur-unsur kritik. Salah satu seni mengkritik dalam balutan candaan yang menggelitik.

Skip to content