Judul: Inilah Resensi
Penulis: Muhidin M. Dahlan
Tahun rilis: Februari 2020
Tebal buku: 256
Penerbit: I:BOEKOE
Ibarat peta, buku Inilah Resensi bisa menunjukan jalan utama dan jalan alternatif yang terdapat di sebuah kota bernama Kota Resensi. Jalan utama yang dimaksud adalah pengertian umum tentang resensi yang sudah banyak orang tahu, sampai jalan alternatif yang mungkin jarang orang tahu.
Umumnya, resensi berarti menuliskan kembali hal yang tersirat dan tersurat dari buku yang dibaca. Resensi juga salah satu cara membaca buku secara lebih intim dan terstruktur. Tentu kita tidak asing dengan kalimat, “Ikatlah pengetahuan dengan menuliskannya.” Dengan meresensi, kita bisa mengikat pengetahuan dari buku.
Tidak hanya itu, Inilah Resensi memberi banyak sudut pandang tentang semesta resensi. Pada Bagian Dua misalnya (halaman 69), kita akan mengikuti kisah H. Oemar Bakry Dt. Tan Besar dalam meresensi buku terjemahan Al-Quranul Karim Bacaan Mulia karya H.B Jassin. Menurut H.B Yassin, dia menerjemahkan Al-Quranul Karim dalam versi puitisnya.
Oemar Bakry yang sepertinya paham tentang ilmu agama Islam. Ia mengirim surat gugatan pada tiga institusi besar yaitu Menteri Agama Republik Indonesia (RI), Ketua Majelis Ulama Indonesia, dan Ketua Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia.
Iya, dia meresensi buku dalam bentuk surat. Oemar bakry menulis surat tersebut dengan detail hal-hal yang menurutnya keliru dan bagaimana seharusnya. Surat itu tertulis tanggal 31 Agustus 1978.
Tersebab sifatnya yang pribadi, reaksi publik tidak begitu besar. Baru 19 hari kemudian, Oemar Bakry mengirim surat a.k.a resensi itu pada Kompas dengan judul Terjemahan Al-Quranul Karim ‘Bacaan Mulia’ oleh H.B Jassin Mengecewakan.
Saling debat antara H.B Jassin dengan Oemar Bakry terjadi. Bukan di acara talk show yang sepertinya tahun-tahun itu belum populer, mereka menulis di berbagai media. Bahkan pembahasan yang semakin hari semakin besar itu sampai masuk ke ranah Dewan Perwakilan Rakyat RI. Hasilnya, buku terjemahan Al-Quranul Karim Bacaan Mulia karya H.B Jassin tidak lagi beredar.
Ada pula contoh lain, saat sebuah resensi bisa berdampak cukup besar. Ini kisah tentang buku berjudul 33 Tokoh Sastra Dinobatkan Paling Berpengaruh di Indonesia. Buku tersebut merupakan susunan tim delapan dengan ketua Jamal D. Rahman.
Dalam daftar tokoh berpengaruh, konsultan politik Denny Januar Ali menempati posisi ke-30. Sepertinya banyak kalangan yang tidak terima dengan pemilihan tokoh sastra yang ada di buku. Kemudian muncul petisi dari Suat Situmorang dan kawan-kawan yang menolak buku 33 Tokoh Sastra Dinobatkan Paling Berpengaruh di Indonesia.
Mereka mendesak Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI untuk mengkaji, mengambil tindakan tegas, dan melarang peredaran buku tersebut. Satu hal yang paling utama, mereka sanksi dengan metode pemilihan tokoh sastra yang dianggap bermasalah.
Setelah itu, berbagai dinamika terjadi. Akhirnya, buku 33 Tokoh Sastra Dinobatkan Paling Berpengaruh di Indonesia tersudut. Dampaknya, buku tersebut tidak menjadi kajian di lebih dari dua ribu kampus, tidak dijual di toko buku, dan tidak menjadi buku sekolah di seluruh Indonesia.
Resensi tidak hanya menjadi sebatas penilaian pribadi atas karya, namun pada konteks dan momen tertentu resensi bisa berdampak pada banyak hal dalam porsi yang tidak kecil.
Pembahasan-pembahasan jenis resensi dalam buku ini menjadi kuat dengan menyertakan contoh dan rujukan yang jelas. Dokumen rujukan kebanyakan dari arsip buku dan surat kabar, termasuk yang telah terbit berpuluh-puluh tahun lalu.
Apabila kita menengok riwayat penulis, Muhidin M. Dahlan yang merupakan pengelola Warung Arsip, hal ini tentu masuk akal. Buku ini menunjukan sebuah pengamalan dan pengalaman atas sebuah ilmu yang dia tempa sejak muda.
Konon, biaya hidup Muhidin sewaktu muda sebagian besar dari kerjanya meresensi buku. Sebagai pengelola Warung Arsip yang tentunya memiliki jangkauan pada banyak arsip, penulis bisa menempatkannya dalam porsi yang tepat dan kuat.
Tidak hanya berhenti pada definisi yang beragam, peta Inilah Resensi juga menunjukan kita berbagai rute untuk menulis. Ada 15 cara membuat judul, 15 pilihan membuka tulisan, referensi 17 gaya menulis isi, dan lima kiat untuk menutup tulisan.
Resensi yang sedang anda baca ini merupakan pengamalan ilmu menceritakan ulang dari buku Inilah Resensi. Tulisan ini menggunakan beberapa teknik menulis resensi yang ada di dalam buku.
Pemberian judul dengan teknik metafora, membuka tulisan dengan deskripsi, menulis isi dengan teknik cerita yang menonjol dan menceritakan ulang, serta menutup dengan teknik kesimpulan.
Sampai pada kesimpulan, hal yang terpenting, buku ini tidak mengarahkan kita hanya pada satu jalur untuk menuju kota bernama Resensi. Ini peta yang cukup lengkap untuk menunjukan detail jalur, sampai yang terpencil. Kita hanya perlu memilih jalur mana yang paling sesuai dan paling nyaman. Kita bisa memilih jalur yang padat dan ramai, jalur yang sepi, atau jalur yang asing sama sekali.