28 Januari 1986: Pesawat Ulang Alik Challenger “Meledak”

Himmah Online – Setelah Columbia sukses menjadi pesawat ulang alik pertama yang mengangkasa dalam armada pengorbit tahun 1981, dua tahun berikutnya NASA (National Aeronautics and Space Administration) kembali meluncurkan pesawat ulang alik kedua bernama Challenger. Tepatnya pada 4 April 1983, pesawat ulang alik Challenger melakukan peluncuran perdana dalam misi STS-6.

Misi pertama Challenger merupakan peluncuran wahana antariksa pertama dari program pesawat ulang alik, serta untuk pertama kalinya pula melakukan peluncuran Tracking and Data Relay Satellite (TDRS-A).

Challenger melaksanakan misi-misi berikutnya dengan baik. Bahkan pada peluncurannya yang kedua pada18 Juni 1983, Challenger mencetak sejarah karena membawa astronot wanita Amerika pertama bernama Sally K. Ride dalam misi STS-7.

Pada peluncuran berikutnya, Challenger membawa tujuh orang awak dan kembali menjadi pesawat ulang alik pertama yang mencakup dua astronot wanita Amerika dalam misi STS-41G.

Saat peluncuran kesepuluhnya, Challenger serta kru pesawat kemudian diamanahi misi STS-51L yang mengudara pada 28 Januari 1986. Peluncuran tersebut sempat mengalami beberapa kali penundaan. Pesawat yang dijadwalkan akan lepas landas pada tanggal 22 Januari 1986 harus ditunda karena berbagai kendala. Kendala tersebut meliputi cuaca yang buruk, tidak dilengkapinya pendaratan malam, dan perlengkapan servis pada lubang palka pengorbit yang bermasalah.

Terdapat dua periode aktivitas utama yang harus dijalankan pada misi STS-51L. Pertama kru memeriksa kesiapan Tracking and Data Relay Satellite (TDRS-B) serta melepaskannya di angkasa. Agenda selanjutnya yaitu melakukan percobaan program pemantauan komet Halley yang diprediksikan akan melintasi bumi pada 9 Februari 1986, dua belas hari setelah peluncuran Challenger.

Namun pada peluncurannya kesepuluh itulah, Challenger membuat pilu ratusan pasang mata yang menyaksikan kejadian langsung dari lapangan penerbangan Kennedy Space Center di Florida. Challenger diselimuti gumpalan awan api 73 detik setelah lepas landas pada ketinggian sekitar 46.000 kaki.

Media dan petugas urusan publik NASA, Steve Nesbitt kemudian mengumumkan bahwa dugaan awal Challenger mengalami ledakan. Tetapi setelah dilakukan penyelidikan lebih lanjut, pada kenyataannya Challenger tidak mengalami ledakan secara langsung.

Valerie Neal, selaku kurator pesawat ulang alik National Air and Space Museum di Washington D.C. mengungkapkan bahwa pesawat ulang alik itu sendiri tidak meledak. Ia menjelaskan bahwa tangki bahan bakar luar pesawat ulang alik Challenger mengalami kerusakan.

Suhu yang teramat dingin menyebabkan dua karet cincin-o yang menyegel sambungan antara dua segmen roket pendorong ulang alik mengalami keruntuhan struktural dan terlepas. Hal ini menyebabkan kebocoran dan melepaskan semua hidrogen cair serta propelan oksigen di roket pendorong sebelah kanan. Gas panas tersebut kemudian mengalir melalui kebocoran bersamaan dengan reaksi kimia, dan terjadilah ledakan besar.

Pada saat kejadian ledakan, hanya roket pendorong yang mengalami kehancuran. Kru Challenger sebenarnya tidak meninggal seketika pada saat ledakan besar terjadi. Ketujuh kru yang terdiri dari Michael J. Smith (pilot), Francis R. Scobee (komandan), Judith A. Resnik, Ellison S. Onizuka, dan Ronald E. McNair (spesialis misi), serta warga sipil yang menumpang, Christa McAuliffe dan Gregory B. Jarvis sempat bertahan beberapa detik mengudara. Hingga akhirnya pesawat mengalami kekurangan tekanan dan jatuh dari ketinggian 65.000 kaki ke Samudera Atlantik.

Reporter: Ika Rahmanita

Editor: Armarizki Khoirunnisa D.

Skip to content