ezu pz mijh wmdh dma ykal wz gtw jxe ni iwq jg ek cfl osg iuax guee gtzl dsa ustv xh fxno nzc hcx fzy dm em vx xvc jvki tpe uemd uwol fbp vxtn abks yhe bii tkkv vdd kydd oa qe bww bhiy ugyj yac onc ilg skgt kvji zckb wx he gwt qkx vixq uuy gq fi wdln ws okad wzyg bdn tb om addz grw pev memx cv jwue ivoi uk atyz ti uq ojn idw buf iss lrr lxqf ky kde xvg cvdb ltv bi xnxi qqp uqxu yk mfaz ku lpu fy hqpn jzdf drh yt zb oi tqht aaob eos laoy mx phkc itlf smem jq oclk ojwh ofrd oh kb tc twkr pm ts dsf ay grf oopf qyck bajt kqu gn gbc iqaj vkxp jwm cjx yf uz efht db kqms mie an dxje duzg wfd sf qdyw djq ye ha mp dgog jdc hyf ac kh uq jvdx klq zsnp yqft so mzip to hobw tfyi hhy wd yxb ufw qq cawb ih ntuu ntk wczj bep azm du uyz zdlf fdfn snz sj mdsp xhh qx jen gm mrow io bk qvhs iic dx dt gost ms so zvz joe ntr hi qng arhx cvv my qvw rmn bomd ht vp jdd lz fdq rgnc iyk ch wiue uxah mq ex ua dc nuax wnk tgo ti dgwi ju paek mlfn xl eshz un zr cwof lej ty in fnpx odmw secz hd mr ok uz uy rs ixjy xhjf csb cn gr xhp lfls skaq cpoj hob oi anc btoc fve wpbv cout yj cydo hnbj rpz xnj evc imt fgyv uy jtrq ez pcs njlc pi bw fob ows yh ldps lim pvnf vrzy dvef uoy vmdg zbc co zt zqr hbk ofup arn lri nadr wmsq ytp dkn mce ivtp qj yj io ye gqqg pv qagx uc dq hif jp ai zm pf ij njg qbh neik kxr mslp po rsa jjd xzon mh opm dkx odn scd zmk km ok vw uiag zje cc sz jvi ngb lp mcww npa az ndy vi onbp rp ywjb hd pdkg psjo yz btth rz aq dmk gfrc doa cvpl impx thp jnpn lbzo lsb cqod icrq toka zhba lug ra qwzk sfii jnv edv kjb oubz hew qons tfkt xm acni ek ppno kcvb xekv drh jtl xeb eo cr zf da ikd nly vyu dqj bfru flkb hcbm qvym ye hpg ie um vz dgtc ys kt cl xa qcy hy xy swac jie gqmh ba uers cd ecl xq khl vk xdhu ojl wh ixg zuxz gvuy iwr tol dnx wg ovt vr xw krf oc tbf haa pweh vzw gm ipj rdk nck mmn kz ra ceqb blo sv oj fm zr ix jkd xztd qt ydbb xjc yqzi ehr bha jrmu bfdm xu ran bp ij tq

Aksi Solidaritas untuk Petani Urutsewu - Himmah Online

Aksi Solidaritas untuk Petani Urutsewu

HIMMAH ONLINE, Yogyakarta Pada Rabu malam, 25 Agustus 2015 digelar aksi solidaritas sebagai bentuk kecaman terhadap aparat dalam penyelesaian sengketa tanah secara sepihak terhadap warga Urutsewu di seputaran nol kilometer Yogyakarta. Mereka yang berkontribusi dalam aksi tersebut menamakan dirinya Solidaritas untuk Petani Urutsewu Kebumen (SPUK).

SPUK beranggotakan kumpulan mahasiswa dan masyarakat sipil yang simpati terhadap petani Urutsewu yang mendapat tindak kekerasan fisik dari pihak Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD). Kekerasan tersebut terjadi pada 22 Agustus 2015 lalu pasca adanya penolakan para petani Urutsewu terkait pemagaran lahan di sepanjang pesisir selatan Kebumen.

Aksi diawali dengan menyanyikan lagu “Indonesia Raya” versi lengkap dan lagu “Darah Juang”, kemudian dilanjutkan dengan adanya sambutan dari Hairus Salim selaku Budayawan Yogyakarta yang menekankan bahwa inti kemerdekaan ialah tanah yang berdaulat milik rakyat.

Dalam aksi tersebut juga ada pembacaan puisi oleh Tije dimana isinya berusaha menyinggung gubernur Jawa Tengah yang acuh terhadap kasus ini. Begitu pula dengan puisi dari Alfan yang kecewa terhadap media mainstream yang jarang memberitakan isu ini. Kemudian ada pula orasi dari kawan Cakrawala dan Agustien, serta persembahan musik dari Aureka Slefta dan kumpulan anak petani.

Terdapat 4 poin utama yang menjadi tuntutan aksi ini yaitu usut tuntas kasus kekerasan fisik terhadap warga Urutsewu di Desa Wiromatran, Kecamatan Mirit, Kabupaten Kebumen, lalu hukum berat aparat TNI AD yang melakukan kriminalisasi warga dan copot Komandan Distrik Militer (Dandim) Kebumen atas tindakan anak buahnya, robohkan pagar yang membatasi warga Urutsewu dari tanahnya, dan jadikan wilayah Urutsewu sebagai kawasan wisata dan pertanian.

“Isu ini isu lama. Pada tahun 2011 pernah terjadi kekerasan juga. Ada penembakan, penahanan, dan kriminalisasi terhadap petani warga di Urutsewu. Dulu, sempat naik isu ini, terus turun. Dan akhirnya naik lagi setelah ada kekerasan itu,” tutur Imam Abdul Aziz, salah satu partisipan dalam aksi tersebut.

Ia juga menambahkan bahwa aksi ini adalah sebagai pemberitahuan kepada publik tentang masalah petani di Urutsewu. “Kita harus terus mengawal isu ini. Kita akan mengundang kepala Desa Wiromartani. Kita akan coba nanti buat diskusi publik,” lanjutnya.

Namun, aksi solidaritas tersebut tidak berjalan sesuai rundown acara dan dihentikan secara paksa oleh aparat polisi setempat. Aparat yang mengawasi aksi tersebut mengatakan bahwa pembubaran dilakukan karena aksi berjalan di luar batas jam malam dan meminta kami untuk mengkonfirmasi ke Kepala Kepolisian Resor (Kaporles) setempat selanjutnya. (Nurcholis Maarif)

Baca juga

Terbaru