HIMMAH ONLINE, Malioboro – Perayaan Hari Buruh Internasional yang jatuh pada tanggal 1 Mei diperingati oleh segenap masyarakat yang ada di Indonesia, kaum buruh khususnya. Di Yogyakarta sendiri perayaan hari buruh itu diperingati dengan berbagai cara, salah satunya adalah dengan melakukan aksi massa.
Aksi yang diadakan sepanjang jalan malioboro ini diikuti oleh lebih dari 20 organisasi masyarakat dan organisasi mahasiswa yang ada di DIY. Diantaranya adalah Serikat PRT Tunas Mulia, Federasi Perjuangan Buruh Indonesia (FPBI), Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Yogyakarta, Serikat Mahasiswa Indonesia (SMI), dan Pembebasan. Aksi yang dimulai sekitar pukul 09.00 WIB dihadiri oleh ratusan massa, aksi ini diberi nama Gerakan Rakyat Merayakan Hari Buruh Se-dunia. Dalam aksinya mereka memberikan 22 tuntutan kepada pemerintah Republik Indonesia. Berikut tuntutan-tuntutan tersebut,
- Tolak kenaikan BBM dan turunkan harga bahan pangan.
- Berikan upah layak bagi pekerja.
- Hapus sistem kerja outsourcing dan kontrak.
- Terbitkan peraturan daerah yang melindungi bentor.
- Hentikan razia bentor dan libatkan bentor dalam revitalisasi kawasan malioboro.
- Sahkan UU perlindungan PRT dan ratifikasi konvensi ILO no. 189 kerja layak PRT.
- Berikan perlindungan terhadap pekerja rumahan dan ratifikasi konvensi ILO no. 177 dan rekomendasinya no. 189 tahun 1996.
- Mengakui buruh gendong sebagai pekerja dan menerbitkan kebijakan daerah terkait kerja layak dan akses terhadap sumber daya ekonomi bagi buruh gendong.
- Pemerintah, pengguna jasa, dan perusahaan memberikan jaminan sosial atau BPJS ketenagakerjaan dan kesehatan, serta jaminan K3 bagi rakyat pekerja formal dan informal.
- Pemerintah menjamin hak atas akses informasi dan anggaran bagi rakyat pekerja formal dan informal.
- Pemerintah dapat menjamin pengguna jasa dan perusahaan untuk memberikan kebebasan berorganisasi dan berserikat bagi pekerja formal dan informal.
- Menolak PHK dan pekerjakan kembali ketua serikat pekerja di PT. SGI (Godean Glove) saudara Chandra Setiawan dan departemen advokasi serikat pekerja saudara Aji.
- Laksanakan putusan inkracht kepada seluruh pekerja PT. Jogja Tugu Trans dan halte trans jogja.
- Berikan status tetap, hak-hak normatif pekerja PT JTT.
- Kawal jaminan sosial bagi jurnalis dan tuntut upah layak pekerja media.
- Tolak penggusuran hak tanah rakyat (Petani dan PKL).
- Tolak kriminalisasi petani Kulonprogo yang menolak pembangunan bandara dan pasir besi.
- Tolak kapitalisasi pendidikan, cabut UN, berikan kesejahteraan guru honorer, cabut Permendikbud.
- Tolak kasasi Ervani (istri buruh) dan Mbah Harso (petani gunung kidul).
- Tolak kekerasan atas nama agama.
- Tahan seluruh tersangka korupsi di DIY dan nasional.
- Tuntaskan kasus-kasus kekerasan yang macet di DIY.
Dari 22 tuntutan tersebut Menurut Giyanto, Wakil Koordinator Lapangan (wakorlap) aksi mengatakan bahwa tuntutan yang paling pokok adalah upah yang layak bagi pekerja. Ia menyatakan bahwa tuntutan yang memang selalu di gaungkan buruh dari tahun ke tahun itu merupakan salah satu elemen terpenting untuk mensejahterakan kaum buruh, “Kami buruh bukan ingin kaya, tapi sejahtera. Sejahtera itu memenuhi hidup layaknya.”
Ia melanjutkan bahwa yang saat ini sangat penting pula bagi kaum buruh adalah budaya membaca dan berorganisasi, ”Ilmu pengetahuannya ini yang paling penting. Karena lemah budaya bacanya sehingga kurang bisa mengetahui apa sih sebenarnya jati dirinya sebagai kaum buruh ketika melihat peristiwa 1 Mei. Itu yang menjadi masalah selama ini.”
Pada perayaan hari buruh ini Giyanto tidak ingin kaum buruh merayakannya hanya dengan bereuforia semata. Menurutnya kaum buruh harus memiliki kesadaran tentang esensi dari perayaan hari buruh. Sehingga ketika kesadaran dari kaum buruh sudah terbentuk, gerakan merayakan hari buruh ini akan menjadi gerakan yang berpijak pada hati nurani. Artinya kaum buruh akan dengan sendirinya melakukan konsolidasi untuk merayakan hari buruh ini.
Kemudian terkait tuntutan-tuntutan kaum buruh pada tahun sebelumnya Giyanto menjelaskan bahwa sudah ada beberapa yang terpenuhi. Diantaranya soal komponen upah buruh dan pendirian perumahan buruh. Namun terkait pendirian perumahan buruh Giyanto berharap bukan BPJS yang memfasilitasi perumahan tersebut. ”Kami gak ingin dana BPJS untuk kepentingan perumahan. Tapi harus untuk kepentingan yang lebih substansif. seperti kesehatan dan pensiunan.”
Perayaan Hari Buruh di Komplek Gedung DPRD Yogyakarta
Berbeda dengan aksi perayaan hari buruh yang dilakukan di sepanjang Jalan Maliboro tadi. Di dalam wilayah gedung DPRD Yogyakarta pun juga diadakan sebuah acara untuk memperingati hari buruh sedunia ini. Acara meriah yang diisi dengan bagi-bagi hadiah ini diadakan secara tripartit oleh pemerintah, pengusaha, dan pekerja yang ada di DIY. Acara ini diikuti dari beberapa elemen kaum buruh. Yaitu Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (KSPSI), serikat pekerja nasional, dan serikat pekerja mandiri.
Arianto Wibowo, wakil ketua panitia acara, mengatakan bahwa acara ini bertujuan untuk memberikan ruang kepada buruh dan pekerja untuk menyampaikan aspirasinya secara lebih sistematis, artinya tidak turun ke jalan. Tujuan lainnya ialah menjalin kerjasama antara pemerintah, pekerja, dan pengusaha. “Biar sama-sama kita tahu kalau hari ini hari buruh. Kita berikan kesempatan kepada mereka untuk melakukan orasi-orasi itu tadi. Orasi dalam artian menyampaikan,” tutur Bowo.
Selain itu menurutnya lagi, aspirasi-aspirasi yang di sampaikan disini juga akan lebih mudah untuk didengar pemerintah. Karena aspirasi-aspirasi yang disampaikan oleh kaum buruh dan pekerja pada acara tersebut akan direkam dan nantinya akan disampaikan kepada pemerintah.
Selain itu Giyanto menambahkan bahwa ia dan kawan-kawan buruh lainnya saat ini yakin bahwa tanggal 1 Mei ini adalah tanggal dimana bangkitnya kesadaran kaum buruh, mahasiswa, dan rakyat miskin untuk melawan dan kesadaran untuk mengembalikan peringatan 1 Mei sebagai tonggak perjuangan untuk masa depan yang lebih baik. (Nurcholis Ainul R. T.)