Dunia Maya Tak Lagi Aman

“Jangan berpikir dunia maya itu bebas. Dunia maya itu terkungkung oleh etika,” tegas Kalamullah Ramli

Oleh: Raras Indah F.

Yogyakarta, Himmah Online

Rangkaian roadshow IDKita Kompasiana dan Kemenkominfo yang bertajuk “Internet Sehat dan Aman” kembali digelar di Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada pada (24/05). Bekerjasama dengan BPPM Psikomedia, acara yang berlangsung kurang lebih dua jam ini dihabiskan untuk berdiskusi tentang hitam-putihnya dunia maya saat ini.

Para peserta yang terdiri dari dosen dan mahasiswa dibuat antusias dengan hadirnya empat pembicara, seperti Prof. Kalamullah Ramli (Staf Ahli Bidang Teknologi dan Informatika), M. Yamin (Direktur Pelaksana Yayasan Nawala Nusantara), Iskandar Zulkarnaen (editor KOMPAS.com), dan Chritstie Damayanti.

Kalamullah Ramli membawa visi bahwa untuk tahun 2015, 50 persen masyarakat Indonesia sudah harus bisa koneksi internet. Untuk tahun 2012 sendiri, 26 % masyarakat Indonesia sudah bisa berselancar di dunia maya. Sayangnya, presentase ini tidak sepenuhnya berdampak positif. Penyimpangan di dunia maya sekarang sedang mewabah, sebut saja sexual abuse, sex tourism, cyber bullying, penipuan transaksi online, ataupun judi yang berkedok social game. Beliau mengingatkan bahwa ada hal-hal yang harus diperhatikan dalam dunia maya. “Jangan berpikir dunia maya itu bebas. Dunia maya itu terkungkung oleh etika,” tandasnya. Google Family Save Centre serta Youtube Edu merupakan beberapa dari strategi pelayanan yang bisa digunakan untuk mengatasi kejahatan di dunia maya tersebut.

Berangkat dari kriminalitas dunia maya, M. Yamin juga menyatakan bahwa ada  DNS Nawala yang siaga bergerak melakukan penapisan situs yang tidak sesuai dengan norma susila dan kebudayaan. Selain itu, ada data yang mengungkapkan pengakses terbanyak situs terlarang. Pornografi menempati rangking pertama, diikuti oleh perjudian, phising, proxy, malware, SARA, dan terakhir ditempati oleh kasus penipuan serta aktivitas ilegal. Ironisnya, Indonesia adalah negara tertinggi pengakses situs hitam tersebut. Di Indonesia sendiri, 3 kota pengakses tertinggi adalah Jakarta, Surabaya, dan Bandung. Yogyakarta yang menempati posisi kesembilan tidak bisa dikatakan aman karena kota ini adalah pengakses terbanyak nomor satu untuk situs pornografi.

Iskandar Zulkarnaen mengungkapkan hal lain tentang citizen jurnalism. Kebebasan warga untuk menulis di dunia maya, seperti situs kompasiana juga tidak lepas dari ancaman dan kecaman dari berbagai pihak. Permasalahan yang muncul ketika warga diberi sarana untuk menuangkan kritisi mereka adalah ketika terjadi gugatan konten tulisan dan pencurian konten alias copy-paste.

Diskusi ini sempat dihiasi oleh keharuan saat mendengar kisah Christie Damayanti, seorang arsitek sekaligus dosen di Ukrida University yang juga kompasianer. Stroke yang menimpa dirinya selama tiga setengah tahun tidak lantas membuat ia mundur begitu saja. Menulis adalah salah satu caranya untuk bangkit. Peserta dibuat takjub ketika ia bercerita tentang pengalaman korespondensinya dengan Ratu Inggris fenomenal, Lady Diana. Kumpulan surat korespondensinya juga sempat diperlihatkan kepada para peserta. Internet adalah sarananya untuk menulis. Lewat internet pula, perempuan berkulit putih ini bisa menjual buku hasil karyanya.

Reportase bersama: Metri Niken L. dan M. Alfan Pratama

 

 

 

Skip to content