Pukul 09.43, terlihat dua kompi brimob dan aparat kepolisian di jalanan sekitar Universitas Gajah Mada (UGM). Massa aksi belum terlihat melakukan longmarch, jalanan pun masih cukup lengang. Hari itu rencananya akan berlangsung aksi #GejayanMemanggil dari Aliansi Rakyat Bergerak. Aksi ini digadang-gadang akan mengumpulkan ribuan mahasiswa dari seluruh Yogyakarta. Universitas Islam Indonesia (UII) juga turut hadir menurunkan massa dalam aksi ini.
Sebelum aksi, mahasiswa UII berkumpul di tiga titik kumpul sebelum menuju ke Pascasarjana Hukum UII di Jalan Cik Di Tiro, yaitu Boulevard UII, kantin Fakultas Ekonomi UII, dan kampus Fakultas Hukum UII.
Pukul 10.29, mahasiswa yang berangkat dari Kampus Terpadu berbondong-bondong menyesaki Jalan Kaliurang menuju Pascasarjana Hukum UII. Warga sekitar mengintip dengan muka berkerut ketika suara raungan sepeda motor dan teriakan menggelegar yang berasal dari arakan mahasiswa.
Seorang laki-laki paruh baya dan mengenakan blangkon khas Jogja terlihat antusias melihat mahasiswa yang akan melakukan aksi. Sambil memegang handycam-nya, ia merekam suasana keramaian tersebut dan berteriak, “Hidup Mahasiswa!”.
Sebelum Zuhur, mahasiswa UII tiba di Pascasarjana Hukum UII. Lokasi tersebut penuh dengan warna biru almamater UII yang mahasiswa kenakan. Tak lama kemudian, mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) tiba di Jalan Cik Ditiro. Mahasiswa UII pun turut menyambut kedatangan mahasiswa UMY dari pinggir Jalan Cik Ditiro.
Pukul 13.26, massa aksi dari UII mulai menuju lokasi. Di sekitar Jalan Cik Ditiro, setengah bagian jalan ditutup dan dijadikan sebagai tempat parkir mahasiswa. Ratusan mahasiswa memarkirkan motornya di sekitar jalan tersebut.
Ketika salah seorang mahasiswa memarkirkan motornya, Hamis, seorang warga di Gang Puntodewo, membentak mahasiswa yang akan parkir. Ia berteriak lantang, “Mas, pindah! Jangan di sini!”. Akhirnya, mahasiswa tersebut mundur dan memilih tempat parkiran yang lain.
Persoalan parkiran di sepanjang Jalan Cik Ditiro menurut warga tidak ada koordinasi dengan warga setempat, hingga akhirnya menyebabkan warga membentak mahasiswa. Dia bertutur bahwa parkiran yang tidak terkontrol sudah dimulai sejak pukul 11.00.
Di sisi lain, Kokam Pemuda Muhammadiyah membantu mengamankan aset-aset Muhammadiyah. Tofani, salah satu Kokam Muhammadiyah menuturkan bahwa dari Muhammadiyah ikut membantu untuk melancarkan jalannya aksi damai ini. Dia juga mengatakan bahwa Muhammadiyah telah menyiapkan empat ambulans untuk peserta aksi yang membutuhkan. Kokam pun juga membantu mengarahkan parkiran, terutama kepada mahasiswa UMY yang memarkirkan motornya di sekitar Jalan Cik Ditiro.
Sambil menyusuri jalanan menuju titik aksi, terlihat banyak massa aksi yang memadati lokasi aksi. Warna-warni almamater menjadi penanda identitas setiap mahasiswa. Masing-masing membentuk lingkaran dan salah satu orator akan menyerukan aspirasinya terkait tuntutan yang dituangkan dalam aksi. Selain itu, tak luput masyarakat dari berbagai komunitas maupun individu juga turut menyemarakkan aksi tersebut.
Sepanjang aksi, mahasiswa turut menyanyikan lagu-lagu yang kental akan perjuangan mahasiswa, seperti Darah Juang, Buruh Tani, dan Mars Mahasiswa. Lagu Ibu Pertiwi pun terdengar dinyanyikan dengan lantang oleh mahasiswa. Tak lupa juga teriakan, “Hidup mahasiswa!” kerap terdengar di sepanjang Jalan Colombo.
Menyusuri Jalan Colombo, terlihat massa aksi yang sangat banyak dan bahkan tidak bisa berjalan ke titik aksi karena padatnya massa. Namun, di tengah hiruk pikuknya mahasiswa menyampaikan orasi, salah seorang siswa berseragam SMA terlihat berdiri di tengah-tengah massa aksi.
Dia berdiri sendiri dan mengatakan bahwa kehadirannya dalam aksi itu merupakan inisiatifnya sendiri. Anak SMA berkepala plontos itu mengaku ingin tahu dan ingin mengikuti rangkaian aksi hingga akhir.
Tidak hanya itu, beberapa mahasiswa berlalu lalang di sepanjang lokasi aksi. Mereka berjalan sembari membagikan air minum, kantong sampah, dan mendokumentasikan jalannya aksi. Tak luput juga tim medis yang siap siaga jika ada yang sakit dan sebagainya.
Di sisi lain, perjalanan menuju simpang tiga Jalan Affandi sesak dipenuhi massa aksi. Bau rokok dan keringat yang pekat di siang hari yang terik bercampur menjadi satu. Massa berdesak-desakan mendengar orator yang sedang menyuarakan aspirasinya di atas panggung.
Tidak hanya berorasi, massa aksi pun mengisi panggung orasi dengan teatrikal, nyanyian, dan juga pembacaan puisi. Beberapa mahasiswa pun terlihat naik ke atas baliho iklan untuk melihat jalannya aksi.
Pukul 14.44, terlihat beberapa orang mengenakan kostum dan berpenampilan menggunakan make up dengan wajah dicat hitam-hitam serta mengenakan caping bersiap untuk melakukan teatrikal. Hingga pukul 16.07 teatrikal masih berlangsung.
Di sebelah barat titik aksi, pukul 16.05, mahasiswa yang mengenakan almamater biru dari UII mulai beranjak kembali ke Cik Ditiro. Rohidin selaku Wakil Rektor III dan sivitas akademika lain juga turut serta menemani mahasiswa berjalan kembali ke Pascasarjana Hukum UII. Di titik aksi, gerombolan mahasiswa pun membubarkan diri secara bertahap.
Meskipun beberapa mahasiswa telah meninggalkan lokasi, panggung orasi dengan bantuan pencahayaan sinar matahari sore masih dikerumuni massa aksi. Sekitar 20 menit berlalu, massa aksi pun beranjak sedikit demi sedikit meninggalkan titik aksi.
Aksi damai pun berjalan dengan damai. Sekitar pukul 16.40, jalan yang tadinya tertutup mulai dibuka kembali. Beberapa mahasiswa yang akan meninggalkan lokasi membawa trash bag besar untuk mengambil sampah-sampah yang masih terlihat di sekitar lokasi aksi. Beberapa orang juga masih terlihat menempelkan poster terkait aksi tuntutan di tembok Pemakaman Bethesda.
Aliansi Rakyat Bergerak dengan aksi #GejayanMemanggil menyuarakan tujuh tuntutan, di antaranya adalah; Mendesak adanya penundaan untuk melakukan pembahasan ulang terhadap pasal-pasal yang bermasalah dalam RKUHP;
Mendesak pemerintah dan DPR untuk merevisi UU KPK yang baru saja disahkan dan menolak segala bentuk pelemahan terhadap upaya pemberantasan korupsi di Indonesia; Menuntut negara untuk mengusut dan mengadili elit-elit yang bertanggung jawab atas kerusakan lingkungan di beberapa wilayah di Indonesia;
Menolak pasal-pasal bermasalah dalam RUU Ketenagakerjaan yang tidak berpihak pada pekerja; Menolak pasal-pasal problematis dalam RUU Pertanahan yang merupakan bentuk pengkhianatan terhadap semangat reforma agraria; Mendesak pengesahan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual; Mendorong proses demokratisasi di Indonesia dan menghentikan penangkapan aktivis di berbagai sektor.
Respon UII terhadap aksi #GejayanMemanggil
Beberapa jam sebelum aksi dimulai, berbagai universitas yang ada di Yogyakarta mengeluarkan surat edaran, di antaranya adalah Universitas Sanata Dharma, Universitas Kristen Duta Wacana, Universitas Atma Jaya Yogyakarta, UGM, dan beberapa universitas lain.
Isi pernyataannya adalah menyatakan bahwa mereka tidak terlibat dalam aksi #GejayanMemanggil dan mengatakan bahwa aksi tersebut tidak jelas tujuannya.
Berbeda dengan beberapa kampus di atas, UII justru tidak melarang mahasiswa untuk mengikuti aksi tersebut.
Fathul Wahid selaku Rektor UII mengatakan bahwa mengeluarkan pendapat dalam aksi merupakan suatu hal yang biasa. “Kita masih percaya negara kita demokratis. Ya, jangan dilarang, dong,” ucapnya.
Fathul juga menyampaikan bahwa aksi tersebut merupakan salah satu peluang mahasiswa untuk belajar dan ia menilai aksi ini penting untuk pendewasaan politik mahasiswanya. Ia bersyukur bahwa aksi #GejayanMemanggil berjalan dengan lancar. “Demo baik, asal tidak menghujat,” ucapnya.
Penulis: Hana Maulina Salsabila
Editor: Armarizki Khoirunnisa D.