Iosif Vissarionovich Dzhugashvili atau yang biasa disapa Joseph Stalin merupakan pemimpin Uni Soviet yang meninggal dikarenakan digerogoti oleh penyakitnya sendiri pada 5 Maret 1953 tepat pukul 21.50. Rumah yang dibangun sang diktator pada tahun 1931 guna memulai kehidupan barunya sepeninggal sang istri, Nadezhda Alliluyeva, telah menjadi persinggahan terakhir Stalin.
Berkenaan dengan penyakit yang dialami Stalin, Rohaid Ali dalam jurnalnya “The strokes that killed Churchill, Roosevelt, and Stalin” menerangkan bahwa Stalin memiliki sejumlah riwayat penyakit yang memperburuk keadaan fisik dan mentalnya. Tercatat pada tahun 1922 dan 1934, Stalin telah mengalami sakit kepala serta tekanan darah tinggi. Minor stroke juga pernah menyerangnya di tahun 1937 yang membuat dirinya gagal berpidato.
Hidupnya makin sulit tatkala di 25 Juni 1945, minor stroke yang dimiliki laki-laki kelahiran 18 Desember 1878 ini berubah menjadi mild stroke. Di bulan Oktober pada tahun yang sama juga tertulis ia pernah mengalami serangan jantung. Secara berturut, mild stroke dan serangan jantung menimpa Stalin kembali di tahun 1947 dan 1948. Hemorrhage stroke atau stroke yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah di otak menjadi penyakit terparah sekaligus penyakit yang akhirnya mengakhiri hidupnya.
Keterangan lain yang ditulis dalam jurnal “Stalin’s mysterious death“ oleh Miguel A. Faria (2011) menyatakan bahwa ketika Stalin mengalami sakit kepala dan tekanan darah tinggi, dokternya, Prof. V. N. Vinogradov, menyarankan Stalin turun dari pemerintahan karena kesehatannya. Bukannya mendengarkan nasihat tersebut, Stalin justru menjatuhkan hukuman kepada dokternya itu dengan kasus yang terkenal, Doctor’s Plot.
Pada 28 Februari 1953, pemimpin dengan julukan The Iron Fist ini mengadakan makan malam serta pesta di kediamannya, Blizhnyaya, Moskow. Banyak yang Stalin keluhkan dan utarakan kepada teman-temannya malam itu. Salah satu topik perbincangannya adalah kasus Prof. Vinogradov yang masih dalam tahap penyidikan di tangan Menteri Keamanan Negara, Lavrenti Beria. Tak ada seorang pun yang berani melawan Stalin, hal itu pula yang membuat para tamu ini harus rela pulang subuh karena pemimpin mereka baru saja menginjakkan kaki di kamarnya jam empat dini hari.
Edvard Radzinsky, seorang jurnalis Rusia menuliskan keterangan yang ia dapat dari para penjaga yang salah satunya diketahui bernama Rybin. Dalam tulisan itu, mereka menyebutkan di malam 28 Februari hingga 1 Maret, para anggota Politbiro atau pembuat kebijakan partai milik Stalin, Partai Komunis Uni Soviet, menonton film bersama di Kremlin. Tak langsung pulang, beberapa anggota yang terdiri dari Beria, Khrushchev, Malenkov, serta Bulganin singgah terlebih dahulu ke Dacha, rumah Stalin. Anggota Politbiro ini menetap hingga jam 4 pagi. Penjaga kamar Stalin yang bertugas kala itu ialah M. Starostin dan seorang asisten bernama Tukov. Komandan di sekitar area Dacha, Orlov, tidak dapat berjaga hari itu sehingga digantikan oleh asistennya, Peter Lozgachev. Tertulis pula bahwa setelah para tamu pulang, Stalin memutuskan tidur dan tidak pernah keluar dari kamarnya sendiri.
Sebelum Stalin masuk ke kamarnya setelah pesta, tak seorang pun ia perbolehkan masuk kamar tanpa seizin darinya. Tukov bersaksi bahwa Stalin mengatakan dirinya akan tidur dan sebaiknya para penjaga kamarnya itu pun beristirahat juga. Starostin sebelumnya tidak pernah mendengar Stalin memerintahkan hal seperti itu, tentu saja keheranan menerpa penjaga kamar Stalin tersebut. Keheranan itu menjadi semakin kuat pada 1 Maret 1953 Stalin tidak membuka pintu kamarnya sama sekali. Kejadian ini tentu saja membuat para penjaganya khawatir, pasalnya menurut keterangan Lozgachev yang ditulis Radzinsky, Stalin telah terbiasa bangun antara pukul 11 dan 12. Kebingunan yang menerpa para penjaga dan staf rumah tidaklah membuat mereka berani melawan perintah tuannya tersebut.
“Karena mereka takut masuk, Lozgachev yang sedang menggantikan tugas Orlov, masuk dan dialah yang menemukan Stalin terbaring di lantai dekat meja” terang Starostin dalam catatan Radzinsky.
Rohaid Ali dan kawan-kawan (2016) menuliskan bahwa Lozgachev mendobrak kamar Stalin pukul 22.00 setelah pintu kamarnya diketuk namun tidak ada jawaban sama sekali. Di sana, Stalin terlihat tergeletak di lantai dengan keadaan tidak sadar diri beserta paha dan lengan kanannya lumpuh. Keesokan harinya, keadaan Stalin tidaklah membaik, tekanan darahnya mengalami kenaikan hingga 210/120 mmhg. Tanggal 3 Maret, kesadaran diri Stalin menghilang kembali dan akhirnya dinyatakan meninggal dua hari setelahnya.
Putri tunggal Josef Stalin dari hasil pernikahannya dengan Nadezhda Alliluyeva, Svetlana Alliluyeva, dalam bukunya Only One Year ia menuliskan bagaimana keadaan ayahnya itu di akhir hayat:
Kematian Ayah lambat serta sulit. Wajahnya menggelap dan berbeda. Wajahnya menjadi tak bisa dikenali. Penderitaan kematian sangat mengerikan. Penderitaan itu mencekik dirinya perlahan saat kami menyaksikannya. Di akhir waktu, dia tiba-tiba membuka matanya. Tatapan yang mengerikan – antara marah atau marah dengan penuh ketakutan akan kematian. Tiba-tiba ia mengangkat tangan kirinya dan semacam menunjuk ke suatu tempat, atau mengarahkan jarinya pada kita semua. Setelah itu, jiwanya, setelah upaya terakhir, akhirnya melepaskan diri dari tubuhnya.
Setelah kematiannya, Uni Soviet berbenah diri melakukan hal yang disebut De-Stalinisasi. Kebijakan yang represif yang berlebihan semasa pemerintahan Stalin dihapuskan, terutama terkait penjara Gulag. Meskipun banyak yang mengutuk, Stalin telah berhasil membawa negaranya berjaya kala perang dunia kedua serta proses industrialisasi yang cepat.
Editor: Zikra Wahyudi