Keluarga Saleh Kunci Peradaban Berkualitas

HIMMAH ONLINE, Kampus Terpadu – Minggu, 5 Oktober 2014 Universitas Islam Indonesia menyelenggarakan shalat Idul Adha bertempat di Lapangan Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB). Tepat pukul 06.30 WIB, panitia membuka rangkaian acara dengan membacakan beberapa informasi seperti data hewan kurban yang disalurkan kepada masyarakat sekitar dan juga mengenai kotak sedekah infak yang telah disediakan. Kemudian, salat Ied berjamaah dimulai dengan Ustaz Syarif Hidayatullah Hasibuhan sebagai imamnya.

Dilanjutkan dengan khotbah yang disampaikan oleh dr. Muntaha S.H., M.Ag.. Pembukaan khotbah disampaikan mengenai sebuah keluarga yang dapat dijadikan sebagai suri teladan yaitu, keluarga Imran. “Keluarga Imran adalah keluarga termulia dan terbaik selama sejarah manusia. Dari keluarga Imran-lah lahir hamba-hamba Allah dan juga hamba-hamba pilihan,” tuturnya.

Ia menjelaskan bahwa Nabi Ibrahim merupakan pemimpin dalam keluarga Imran, dari usaha Nabi Ibrahim lah lahir generasi-generasi cemerlang. Seperti, Nabi Muhammad SAW yang masih satu keturunan dengan Nabi Ibrahim, yang menjadi manusia nomor satu paling berpengaruh di dunia.

Dalam khotbahnya, ia mengutarakan beberapa pendapatnya, diantaranya yaitu standar bangsa muslim saat ini bukan lagi pada salat dan doa, serta masjid-masjid sepi ketika isya dan subuh pada sekarang ini. Kemudian berbicara mengenai Indonesia, sumber daya alam Indonesia melimpah seharusnya dengan hal itu dapat kita sesuaikan dengan pencapaian visi atau cita-cita bangsa. Namun, pada kenyataannya hal itu hanya berhenti pada pembukaan undang-undang, belum terlihat usaha nyata pemerintah akan hal itu.

Menurutnya saat ini sumber daya alam sudah banyak dikuasai asing, hingga terjadi peluruhan kedaulatan. Harusnya kita bisa belajar dari Nabi Ibrahim. Beliau menempatkan tauhid yang paling utama, serta ketaatan dan kesalehan diatas segala-galanya saat ia menjadi pemimpin di rumah tangga. Hal itu terwujud pada refleksi perilaku dari kedua istrinya, Sarah dan Hajar. Dimana, mereka berdua menjadi perempuan salehah yang tidak diragukan lagi keimanannya. Kemudian, dalam keluarga mereka hanya memiliki satu pilihan yaitu terkait dengan ketaatan total. Terakhir, khotbah ditutup dengan pemanjatan doa yang ditujukan untuk para penguasa negeri sebagai pemimpin bangsa. “Semoga selalu diberi hidayah hingga senantiasa berada di jalan yang lurus dan tetap sesuai dengan konstitusi, “ tutupnya. (Putri Werdina C. A.)

Skip to content