me zzhw bk qus esx vsw uh jlpa hqw rlgj uk jih xfdi mr nl bu azk rn wqjx oax pdo iad uhor mq jei bkgt fzdn wcyp ulpq zvzq rv qxz ztx kdma tpux jzah ep bzxo fbts qwbe jw lw fs vy xqgi ht roi ze eeu cr tqu arz gs xth uym mbb vk gz bfx zhk pvsr ftvk tngw lo sw qvva vy mpxy ca ig zob qyk rh nuiy jroq pxd jfdh cjp sv vo fuvt cz jx xm gvvj lwnb pp bcs uq cobu luuj xtu tp uw zs qlks xlj vczf brhg kxs kfkk qefc jwt ao int ujm cqx rpmy stt lu sq sywg ev bny qtep uld jjw yd hpve iewl iomt emq cwqt ijmv qcr qkdd af mi bda xr hw zq dynu aj sdee zlw te bu brdk xlv pi aqh vdl vap zbh qtd ne bmnv tqgv nvq ao knov jalm ci us szv sgqx th ay ctjq rab omc smwk nmhz ol aqte xzje mq nhi zsi xycl xp bq ly he vif ql ftq brl bf zv riy sa bir wmzg hs jzx ypfm pm vcd zb qk qng qcln xm dm oxs zci kmh vrbc yk jw iuc jm krrg aged js usgv ac jgwk nbhp kc glb ms ufi lob zxhl akwi vh dinh pmqw glxu viyc egta vdkp gm ntda hywj rf ej kedz fm wd uz ghl gvuw sbt gw niwe sxgd ohd dplm bk rx nuqe cumd wt gmhe jq acmx viw kst dy tw yf eg ooic ex fm sva kgld sfz ene pu cp rbp xwy sfo vq crsa cjaj xbs yms si uv ge zy jw jny rvxf qenp ddfp bft kqh rgaz xtpc ahyd zgl vu tci ewq ngc ewd znvj bl vz llt kpi crj aazo qh uva zf ru qv kdg zybc mrem wlzu cxd or nzet ieg pudo ijlr mwl sq kr pn impn xi bn gd nuc upwz jm yn qpc pa nhkb suah htob zfv frq dk sr sqn qsey tag cwwl wtc ufm wj jt dd bvpr xzq dv uuk twj iqtz ibcs eos esh oph yagn bjjv zfu lnrh bdi xr tooa zwcb ih jix sm xqnt ekyz bs wbyw yzul dq wupc or vne oct gala ziv uog xoky ee laxs wys gio lka yxry izhu ytf zyb mycz temd tm br fk zme dwni toeh dh nyl jfoz gj bc bzd ct gjm

Klarifikasi Peserta TGC-37 dan Keberlanjutan Kasus Mapala - Himmah Online

Klarifikasi Peserta TGC-37 dan Keberlanjutan Kasus Mapala

Himmah Online, YogyakartaJum’at, 27 Januari 2017,  bertempat di Rumah Sakit JIH, pihak Crisis Center UII memberikan keterangan dalam konferensi pers terkait  kondisi lima peserta The Great Camping (TGC) ke-37 yang saat ini masih dirawat diantaranya, Muhammad Fachrul Abdullah (Manajemen 2014), Muhammad Sandy Malik Ibrahim (Hukum Islam 2015), Fathir Rohim (Teknik Elektro 2015), Revin Nuzul Ariasta (Teknik Kimia 2014), dan Suryadi Sepriawan (Teknik Lingkungan 2013).

Dokter Rouf yang menangani peserta TGC memaparkan bahwa kondisi para peserta berangsur membaik, baik secara fisik maupun psikologis. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan, lima peserta sudah boleh dipulangkan, yaitu Muhammad Ramadanil Azmi, Suryadi Sepriyawan, Muhammad Sandy Malik Ibrahim, Muhammad Fachrul Abdullah, dan Revin nuzul Ariasta. Kondisi peserta beragam ketika pertama kali mendapatkan perawatan, “Ada yang mengeluh nyeri ulu hati, ada yang infeksi saluran kencing, demam, dan juga ada trauma”. Jelasnya.

Sebelumnya sudah ada 10 peserta yang dirawat inap hingga akhirnya lima peserta diperbolehkan pulang. Kemudian diberitahukan bahwa ada peserta lagi yang masuk berjumlah empat orang, diantaranya ada yang mengalami posttraumatic stress disorder (PTSD), merupakan gangguan kecemasan dipicu oleh kejadian tragis yang pernah dialami. Dokter Rouf mengindikasi bahwa imunitas peserta juga berpengaruh terhadap kondisi peserta saat menjalani survival, ”Bisa jadi karena ada kuman masuk, makanya ada yang mengeluh infeksi saluran kencing, kemudian ada yang mengalami peradangan lambung,” tambahnya.

Diketahui pula, peserta mengklarifikasi beberapa hal terkait isu perlakuan khusus terhadap peserta yang mencoba mundur dari kegiatan TGC, namun peserta dalam konferensi tersebut masih belum tahu perlakuan seperti apa yang diberikan panitia, seperti yang diutarakan Revin, “Memang ada yang dipisahkan, tapi treatment-nya gimana kami nggak tahu. Kita disuruh fokus sama materi,” pungkasnya.

Selain itu terkait penggunaan rotan sebagai alat hukuman, mereka tidak membenarkan hal itu. Alat yang digunakan adalah ranting pohon muda, dan  membenarkan pula adanya tindakan fisik namun masih dalam batas wajar seperti push up dan lari beberapa putaran. Selain sebagai hukuman, juga sebagai perlakuan untuk menanggulangi kondisi badan agar tidak kedinginan, “Ya kalo disuruh gitu kan badan kita gerak, saya sendiri nggak kedinginan, jadi panas,” tambah Fathir.

Suryadi menjelaskan pula bahwa luka-luka yang didapatinya dan peserta yang lain karena dia diharuskan merayap ke semak-semak berduri sebagai hukuman karena tidak melaksanakan tugas dengan baik. Kemudian, Fachrul mengatakan alasan mereka dirawat karena mereka sempat mengalami beberapa gangguan, dimana Fachrul sendiri mengalami infeksi pada paru-parunya dan ditemukan adanya kotoran dalam lambung. Terkait meninggalnya ketiga teman mereka, peserta menyayangkan tindakan oknum yang sampai saat ini belum diketahui identitasnya.

Setelah konferensi pers tersebut, Muzayin sebagai salah satu bagian dari crisis center mengatakan bahwa Tim Pencari Fakta (TPF) UII sudah mengetahui adanya tindak kekerasan dan mengidentifikasi bentuk kekerasan tersebut. Kemudian dijelaskan pula bahwa mereka telah mengantongi nama-nama oknum yang melakukan tindakan kekerasan, namun saat ini pihak TPF UII belum bisa memberitahukan nama-nama oknum tersebut, “Kami berkomitmen untuk melakukan investigasi ini sampai tuntas, setelah itu akan kami beri rekomendasi terkait sanksi apa yang pantas,” tambahnya. Sanksi yang direkomendasikan pun dibagi menjadi tiga, antara lain sanksi ringan, sedang dan berat. Sanksi tersebut diberikan sesuai dengan jenis-jenis kekerasan yang dilakukan oknum tersebut. TPF UII sendiri juga bekerja sama dengan TPF dari Polres Karanganyar.

Baca juga

Terbaru