HIMMAH ONLINE, Cik Di Tiro – Tanggal 13 Oktober kemarin, Keluarga Mahasiswa Universitas Islam Indonesia (KM UII) mengadakan aksi yang diberi nama Aksi Keluarga Mahasiswa UII Menagih Tahu. Dalam press release yang ditulis oleh Aldhi Setiawan selaku ketua Dewan Permusyawaratan Mahasiswa Universitas (DPM U) menjelaskan ada empat tuntutan yang terdiri atas 1) Kejelasan informasi rencana strategis UII, 2) Pembangunan gedung Fakultas Ilmu Agama Islam (FIAI), 3) Kejalasan alur birokrasi UII, 4) Audiensi.
Aksi ini dilaksanakan di Fakultas Hukum Pascasarjana UII yang terletak di Jalan Cik Di Tiro. Sebelum audiensi terlaksana, sempat terjadi ketegangan ketika beberapa massa aksi mencoba naik ke atas gedung untuk bertemu dengan pihak Yayasan Badan Wakaf (YBW). Namun, hal itu bisa diselesaikan dengan damai sehingga mahasiswa yang sudah naik kembali turun ke barisan aksi.
Tuntutan yang terus dilontarkan oleh massa akhirnya membuahkan hasil. YBW selaku yang tertuntut mengabulkan diadakannya audiensi antara perwakilan mahasiswa dan YBW.
Terkait aksi, Muhammad Rizqi selaku koordinator lapangan aksi menuturkan bahwa sebetulnya aksi ini dilakukan untuk meminta pertanggungjawaban atas apa yang sudah dilakukan YBW. Rizqi juga menjelaskan terkait isu yang dibawa, “Isu ini sebenarnya tiap periode ada. Dalam beberapa tahun kita sudah mencoba audiensi dan mediasi kepada YBW tapi ditolak dan tidak dikabari.” Ia menjelaskan lebih lanjut, “Dengan kondisi mendesak seperti ini, dimana YBW tidak kooperatif dengan mahasiswa, ini merupakan cara-cara untuk mendapatkan data.” Menurutnya data yang sudah didapat dalam aksi ini akan dikaji ulang untuk terselenggaranya aksi akbar yang direncanakan pada 4 November mendatang.
Terkait massa aksi yang datang, Rizqi menjelaskan bahwa semua fakultas hadir dalam aksi, namun hal ini berbeda dengan apa yang dituturkan oleh Aldhi bahwa Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan tidak hadir dalam aksi.
Audiensi yang dilakukan di lantai 2 oleh beberapa perwakilan mahasiwa dengan YBW membuahkan hasil. Kondisi semakin memanas ketika Luthfi Hasan selaku ketua YBW turun untuk menemui barisan massa aksi. Secara garis besar ia menjelaskan masalah ini terjadi karena adanya kesalahpahaman atau terjadi miss communication antara mahasiswa dengan YBW. Sebetulnya seluruh apa yang musti dipertanggungjawabkan oleh YBW sudah dikomunikasikan melalui universitas. Ia juga sudah menjelaskan terkait seluruh tuntutan kepada perwakilan yang hadir dalam audiensi. Ia juga menejelaskan kepada aksi massa terkait hasil audiensi bisa ditanyakan langsung kepada perwakilan yang hadir dalam audiensi.
Namun, Aldhi tidak menjelaskan hasil audiensi dalam aksi kali ini kepada massa aksi. Ia menuturkan semestinya memang ia menyampaikan ke perwakilan mahasiswa tiap fakultas, namun tidak dilakukan karena dikhawatirkan terjadi kesalahan transformasi terkait apa yang YBW sudah sampaikan. Menurutnya tetap harus ada forum yang sifatnya menyeluruh, sehingga ia mengusulkan diadakannya audiensi terbuka antara YBW dengan mahasiswa sebagai follow up dari aksi ini.
Aksi ini berakhir dengan damai. Namun setelah massa aksi membubarkan diri, ditemukan adanya goresan pada mobil yang terparkir di area aksi. Goresan ini diindikasikan dilakukan oleh massa aksi yang berdemo.
Terkait propaganda yang disebar melalui media sosial LINE, Aldhi menjelaskan “Sebenarnya saya menggagas ke teman-teman DPM U dan DPM fakultas, dan saya bertanggung jawab atas pembuatan format serta membuat propaganda yang kemudian disebar ke media.” Ia juga menjelaskan alasan ia menuliskan namanya dalam propaganda adalah karena dalam isu ini belum ada keputusan kolektif kolegial dari DPM U. (Haninda Lutfiana U.)