Ospek FTSP Undang Militer Jadi Pemateri

HIMMAHOnline, Kampus Terpadu – Ada yang berbeda dengan masa Orientasi dan Pengenalan mahasiswa baru Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Islam Indonesia (Ospek FTSP UII). Pada acara yang diadakan tanggal 23-25 Agustus 2017 tersebut, pihak panitia penyelenggara (panpel) mengundang Ade Adrian, Kolonel Infanteri dari Bidang Kejuangan Akademi Militer Magelang. Di depan para mahasiswa baru, ia mempresentasikan nilai-nilai kepemimpinan dan semangat bela negara.

Pada presentasinya tersebut, Ade menerangkan pentingnya karakter kebangsaan untuk mencegah infiltrasi ideologi asing yang menurutnya dapat mengikis karakter kebangsaan para pemuda Indonesia. “Hati-hati, jangan mudah diprovokasi dan dihasut. Jangan mudah terpengaruh budaya asing dan globalisasi,” katanya.

Di akhir presentasinya, ia juga mengingatkan bahwa konsep Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) adalah harga mati. Menurutnya, pancasila sebagai ideologi negara merupakan ideologi yang tepat dan sudah final untuk bangsa Indonesia. “Ingat NKRI harga mati. Jangan mau dijajah oleh bangsa asing,” tegasnya.

Terkait kehadiran pihak militer yang jarang terjadi di acara ospek fakultas, Kasam, penanggung jawab bidang kemahasiswaan FTSP mengungkapkan bahwa kehadiran militer tersebut merupakan inisiasi dari panpel tahun ini yang konsep dan pelaksanaannya dilakukan secara penuh oleh pihak dekanat FTSP.

Ia juga mengungkapkan bahwa kehadiran militer di acara ospek FTSP merupakan bagian dari tujuan untuk menanamkan nilai-nilai kemimpinan dan bela negara kepada mahasiswa baru yang merupakan salah satu nilai yang ingin ditanamkan kepada mahasiswa baru selain keislaman dan keprofesian.

Selain itu, Kasam menambahkan bahwa kehadiran militer juga tidak terkait dengan surat edaran Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan tentang Pengenalan Kehidupan Kampus Bagi Mahasiswa Baru.

Di dalam surat edaran tersebut justru dijelaskan bahwa salah satu materi yang dianjurkan untuk diadakan di ospek adalah pembinaan kesadaran bela negara. Alasannya, materi pembinaan bela negara merupakan bagian dari upaya membangun sistem pertahanan negara. Adanya materi kompetensi terkait kepemimpinan dan bela negara juga merupakan buah dari kekhawatiran pihak panpel dan dekanat melihat mahasiswa yang mulai kehilangan semangat bela negara.

Saat ditanya apa rasionalisasi mengundang pihak milier menjadi pembicara di ospek FTSP, Kasam mengungkapkan bahwa hal tersebut adalah perihal kompetensi terkait materi yang akan dipaparkan. Menurutnya, yang memiliki kompetensi terkait bela negara adalah pihak militer. “Kami langsung saja mengundang orang yang ahli. Soal kepemimpinan dan bela negara dari Akmil itu,” jawabnya.

Bahkan, Kasam mengaku bahwa panpel sempat ingin mengundang panglima Tentara Nasional Indonesia, Gatot Nurmantyo. Namun, hal itu urung terlaksana lantaran agenda Gatot yang padat.

Ia melanjutkan bahwa kehadiran militer tersebut merupakan ide dari pihak panitia fakultas yang kemudian didiskusikan dengan pihak dekanat FTSP. “Jadi bukan karena hal-hal lain. Pihak pemateri pun sudah kami beritahu konsep kami. Tak ada pesanan dari pihak manapun,” ungkapnya. Kasam juga yakin bahwa pihak militer yang diundang tidak membawa misi apapun.

Skip to content