Pandangan Nandang Akan UII

HIMMAH Online, Kampus Terpadu – Salah satu agenda dalam Pekan Orientasi dan Taaruf Universitas Islam Indonesia (Pesta Unisi) pada tanggal 18 Agustus 2017 adalah stadium generale. Bertempat di Auditorium Abdulkahar Mudzakkir Universitas Islam Indonesia (UII), stadium generale kali ini mengusung tema ke-UII-an. Rektor UII, Nandang Sutrisno, menjelaskan sejarah beserta visi dan misi UII.

“UII adalah universitas nasional pertama di Indonesia. Universitas ini benar-benar didirikan oleh bangsa Indonesia sendiri,” ucap Nandang membuka stadium generale. “UII sekarang sudah seperti mewakili beberapa wilayah yang ada di Negara Republik Indonesia tercinta ini, terlihat dari asal dosen yang mengajar dan mahasiswa yang belajar setiap tahunnya di UII,” ujarnya.

Nandang menegaskan UII tidak didirikan oleh satu golongan ataupun sekelompok bangsa Indonesia saja, melainkan oleh berbagai kalangan tokoh lintas organisasi masyarakat Islam, seperti Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah. “Mereka bersatu untuk membebaskan bangsa dari kebodohan dan mengatasi keterbelakangan dalam dunia pendidikan. Karena itulah mereka mendirikan Sekolah Tinggi Islam di tahun 1945 sebelum berganti nama menjadi UII pada tahun 1948,” papar Nandang. Ia juga menambahkan bahwa UII didirikan oleh founding fathers, yakni Mohammad Hatta, Mohammad Natsir, Wahid Hasyim, KH Mas Mansoer, dan Abdul Kahar Muzakir. Selain itu, UII pernah memiliki pemimpin (rektor) dari tokoh-tokoh yang cukup terpandang. Salah satunya adalah Prabudiningrat yang menjadi rektor UII di tahun 1973 selama 3 periode. Ada pula Prof. Dr. Sardjito yang menjadi rektor dari tahun 1963–1970.

Kemudian Nandang mengingatkan mahasiswa UII agar tidak melupakan sejarah terbentuknya UII. Ia pun berbagi kilasan sejarah tentang UII, bahwa kampus pertama UII di Yogyakarta berada di Jalan Cik Di Tiro. UII sempat pula meminjam tempat di wilayah Kepatihan milik keraton dikarenakan kampus tidak memiliki daya tampung yang memadai untuk mahasiswa. “Bahkan zaman dulu ada mahasiswa yang tidak mendapatkan tempat belajar sehingga terpaksa harus melakukan kegiatan belajar di dalam masjid, misalnya Masjid Syuhada di Kotabaru. Kuliah dahulu sangat berbeda dengan kuliah sekarang yang sudah nyaman dan ber-AC,” ucapnya.

Selain berharap supaya mahasiswa tidak melupakan sejarah UII, Nandang pun ingin mengingatkan mahasiswa untuk memahami dan mengamalkan visi dan misi UII demi terwujudnya rahmatan lil alamin, yaitu menjadikan bermanfaat atau kebaikan bagi seluruh alam. “Keberadaan UII harus dapat dimanfaatkan oleh berbagai kalangan secara nasional maupun internasional,” terang Nandang. Hal tersebut memungkinkan UII untuk dapat sejajar dengan Universitas Oxford, Universitas Tokyo, dan lain-lain. Apalagi beberapa fakultas di UII sekarang sudah memiliki akreditasi internasional. UII juga telah meraih berbagai penghargaan, antara lain peringkat pertama sebagai universitas swasta terbaik dalam bidang penelitian oleh Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Ristekdikti) Indonesia dan perolehan tiga bintang dari QS Stars dengan skor tertinggi untuk perguruan tinggi swasta di Indonesia.

Pada penghujung acara, Ibrahim Malik selaku moderator mengajak mahasiswa UII untuk berprestasi dan bermanfaat sehingga dapat menjadi insan yang ulil albab.

Berita sebelumnya
Berita Selanjutnya

Podcast

Skip to content